Trapped in a forced marriage siapa yang mau? Apalagi dengan ceo dingin!!!!
Tapi, kenyataannya itulah yang harus di terima oleh Violette. Lahir di keluarga yang cukup terpandang dan berpengaruh tidak membuat nya lepas dari plot twist kehidupan. Ya, Violette lahir di lingkungan mafia dan ayahnya adalah mob boss. Tanpa sepengatahuan dia, ayahnya memaksanya menikah dengan seorang CEO tampan namun Dingin bernama kang Junho. Tentu itu semua karena urusan bisnis dan kerjasama.
"Aku? Wanita cantik, seceria dan semanis aku harus menikah dengan kulkas, eww! never!!"
akankah kisah pernikahan mereka berjalan mudah semudah membalikkan telapak tangan? Atau malah ambyar?
We'll never know.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violette_lunlun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaget
Suara itu menggema dari kamar utama hingga ke tempat mereka berdiri, suara tersebut memangil Bi Lis dengan tidak sabar. Dia berteriak keras seolah memaksa Bi Lis untuk segera datang.
Bi Lis menatap Violette dengan tatapan prihatin, "saya akan mengobati luka nyonya nanti. Saya sekarang di panggil oleh tuan besar. Saya permisi dulu." Bi Lis membungkukkan tubuhnya sedikit. Wanita paru baya itu berlari kecil ke kamar utama.
Violette mengangguk, "Baiklah, Bi." Violette menatap Bibi Lis sebentar sebelum masuk ke dalam kamar. Saat dia hendak buka pintu, suara berat pria terdengar tak jauh dari tempatnya.
"Madame."
Violette menoleh perlahan ke sumber suara. Dia tersenyum kecil saat melihat Robert datang dengan dua koper berisi baju-bajunya.
Robert kini berada di hadapannya. "Madame, ini pakaian mu. Mau sekalian saya tata di lemari atau anda sendiri?" Robert bertanya dengan sopan.
Violette berfikir sejenak, "kurasa tak perlu. Aku bisa merapikan sendiri. Makasih banyak sudah mau membawakan hingga ke kamar. Aku merasa tak enak dengan mu."
Robert tertawa sambil menggaruk tengkuknya, "ah, madame. Kau tak perlu berterimakasih! Ini sudah tugas saya. Saya senang jika anda merasa terbantu. Jika lain kali madame butuh sesuatu bisa panggil saya ataupun Bi Lis. Kami siap membantu."
Violette ikut tertawa, "kau ini. Aku akan mengingatnya dan jika lain waktu aku butuh bantuan, aku akan memanggilmu."
Robert mengangguk cepat, dia mengacungkan ibu jarinya dengan kedipan mata, "that's good, madame. Oh ya, kalau begitu saat izin untuk melakukan hal lain."
Violette mengangguk. Dia menatap Robert saat pria itu berjalan menjauh darinya. Wanita itu menatap kopernya sejenak sebelum membawa mereka Masuk ke dalam kamar.
Kamar itu tampak sederhana, Hanya ada kasur untuk satu orang di tengah, lemari pakaian dengan cermin, meja rias yang sudah lengkap dengan berbagai skincare dan produk kecantikan lainnya.
Violette menatap kamar itu, itu bukan kamar yang mewah ataupun luas mengingat kalau kamar yang akan dia tempati adalah kamar tamu. Wanita itu meletakan kedua kopernya di sudut ruangan. Violette perlahan duduk di tepi kasur.
Kasur itu di tata rapi dan Violette bisa tahu kalau sprei nya baru saja diganti. Dia melihat pergelangan tangannya yang masih memerah. Dia menghela nafasnya. Pernikahan mereka bahkan belum satu hari, namun Junho sudah menunjukkan sikap kasarnya padanya.
Saat memikirkan itu, pikiran untuk mengadu pada ayahnya terbesit di pikirannya, namun dia ragu. Hingga pintu kamarnya tiba-tiba di ketuk.
"Nyonya..." Suara Bi Lis terdengar dari dalam. "Bolehkah saya masuk?"
Violette menatap pintu kamarnya, "masuk saja, Bi."
Bi Lis perlahan membuka pintu kamar, dia melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya perlahan. Di tangannya terdapat kotak p3k. Dia melangkahkan ke tempat tidur dan duduk di samping Violette. Senyum kecil menghiasi wajahnya.
"Nyonya, boleh saya lihat lagi tangan anda?" Tanyanya lembut.
"Boleh..." Violette memperlihat lagi pergelangan tangannya. Bi Lis mengambil perlahan dan dengan lembut mengusapnya dengan lembut.
"Bi, bukan terlalu berlebihan? Ini hanya merah..." Kata Violette.
Bi Lis menggelengkan kepalanya, "tidak! Ini tidak baik...semua luka ataupun bekas kemerahan tak ada yang baik." Tegas Bi Lis.
Violette hanya bisa tersenyum kecil, dia pasrah karena dia tahu Bi Lis akan tetap mengobati lengannya meskipun sebenarnya itu bukan luka parah. Hati Violette tak bisa tidak merasa hangat melihat betapa perhatian Bi Lis padanya.
Setelah beberapa saat Bi Lis selesai mengobati lengan Violette. Dia menatap wanita itu, "sudah selesai, nyonya. Lebih baik anda segera tidur. Ini sudah malam. Nyonya pasti lelah setelah hari pernikahan yang panjang."
Violette tersenyum kecil, dia mengangguk setuju. "Anda benar, Bi. Aku akan istirahat. Makasih udah mengobati luka ku."
Bi Lis meremas lembut jari-jari violette, "sama-sama.."
****
Malam berganti dan waktu terus berjalan. Violette yang awalnya tertidur nyenyak terbangun dari mimpinya karena suatu alasan. Dia haus. Violette masih mengenakan krim masker wajah yang dia gunakan sebelum tidur. Violette melihat jam dinding.
"ternyata masih malam, tapi aku haus banget."
Violette turun dari kasur. Dia keluar dari kamar dan berjalan di antara kegelapan menunju dapur untuk mengambil minuman.
Sesampainya di dapur, Violette tidak menyalakan lampu terlebih dahulu, melainkan langsung membuka kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa menyegarkan tenggorokannya yang kering.
***
Sementara itu Junho masih terjaga, dia sedang berada panggilan dengan Lily. Junho juga merasa haus dan sudah mengantuk.
"sayang, udah malam nih. Aku tidur, ya. Aku besok masih harus kerja loh." kata Junho.
"ih sayang, temani aku. Aku tak bisa tidur tanpa mendengar suaramu, sayang. Temani aku sebentar lagi, ya." Lily berbicara dengan suara imut.
Junho tertawa. "sudah deh, lanjut nanti, ya. selamat malam cintaku."
"selama malam juga, sayang." jawab Lily.
Panggilan berakhir. Junho perlahan turun dari kasur. Dia keluar dari kamar dan berjalan ke dapur. Saat sampai di dapur, Junho mendengar suara berisik di dapur. Dia mengintip sedikit. Alisnya mengerut saat dia melihat pintu kulkas terbuka dengan seseorang yang terlihat sedang membungkuk.
Junho mengambil payung yang ada di sudut tembok. perlahan dia berjalan berusaha agar langkahnya tak terdengar sama sekali. Semakin dekat dengan kulkas, Junho semakin mengangkat payungnya.
Dia perlahan menggeser pintu kulkas agar semakin terbuka. Violette yang sedang membuka botol minuman menoleh.
Jantung Junho seakan berhenti berdetak saat melihat wajah putih dihadapannya. Violette juga terkejut melihat payung melayang kearahnya.
"AHHHHHHHHHH!" keduanya berteriak karena terkejut. Violette dengan cepat menunduk.
Mata Junho masih terbuka lebar, "Violette?!!" dia menjatuhkan payungnya dan menyisir rambutnya. Dia terengah-engah dengan tangannya menyentuh dadanya. "Sial...."
Violette juga terkejut, dia segera berdiri, "hubby, hampir saja mengenai kepalaku."
Junho menatap tajam Violette, "kau...kau...benda apa di wajahmu itu?! ya ampun, aku hampir saja terkena serangan jantung."
Violette menyentuh wajahnya, "ini masker wajah. kau ini kenapa mau memukul ku dengan payung?"
"kupikir kau maling." jawab Junho.
Mereka berdua menghela nafas bersamaan. Mereka benar-benar gak menyangka akan kaget berbarengan.
Junho kembali berbicara, "kau sedang apa di dapur tengah malam begini?" tanya Junho.
"aku ingin minum, hubby. aku merasa haus." jawab Violette. Dia menutup pintu kulkas. "kau kenapa berada di dapur, hubby?"
Junho mengangguk, "ohh begitu. aku? aku juga haus, maka dari itu aku ke dapur." jawab Junho. Dia membuka pintu kulkas untuk mengambil sebotol air mineral.
Violette menatap suaminya saat dia meneguk air di botol. Violette mengulurkan tangannya, "minta." kata Violette dengan entengnya.
Junho mengangkat alisnya, "gak!" jawabnya ketus.
"ihh hubby!" violette mengunakan puppy eyes-nya untuk merayu suaminya.
___________________________________
To Be Continued
___________________________________
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak dengan like dan komen ya!!!
Follow ya!!
Aku datang 🤗
Semangat Updatenya kakak. Ceritanya bagus