Memang semua sudahlah takdir sang ilahi.
Azmia atau biasa di panggil Mia tanpa ada aba-aba tiba-tiba dia harus menggantikan pernikahan Kakaknya dengan terpaksa dia harus menjadi peran pengganti Kakaknya.
Akankah Azmia bahagia dengan pernikahannya dan bisa menjalankan perannya sebagai peran pengganti Kakaknya.
Jangan lupa untuk membaca kisah Azmia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon surya mafaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Sebenarnya Mami Erna sudah mengetahui semuanya saat Azmia mulai tinggal di rumahnya. Tidak sulit baginya untuk mencari informasi tentang Azmia.
Angga dengan cepat langsung mengerahkan anak buahnya untuk mencari informasi tentang Azmia. Tak butuh waktu lama dia sudah mengantongi semua tentang kehidupan Azmia.
Namun, Mami Erna ingin mengetahui semua dari Azmia sendiri, tapi ternyata Azmia tidak banyak cerita padanya karena mungkin itu adalah aib rumah tangganya. Sekalipun dengan orang tua sendiri memang seharusnya kita bisa menjaga aib rumah tangga kita.
*
*
*
"Hai ... peri kecil Abang lagi ngapain, sepertinya sibuk sekali?" Angga menghampiri Azmia yang sedang duduk di bangku teras rumah sambil menatap layar laptopnya.
"Ah, tidak. Mia hanya ngecek laporan dari Nina," jawab Azmia.
"Bagaimana hasil selama beberapa bulan ini?" tanya Angga.
"Alhamdulillah, setiap bulan ada peningkatan," jawab Azmia.
"Kamu memang hebat, Dik." Angga mengelus lembut kepala Azmia.
"Semua ini juga berkat Abang," ucap Azmia.
"Apa kamu ingin ke kafe?" tanya Angga.
"Bolehkah?" bukan menjawab Azmia malah balik bertanya.
"Boleh, ayo!" ucap Angga.
Azmia langsung menutup layar laptopnya berdiri dari duduknya bergegas masuk ke dalam rumah menuju kamar. Sedangkan Angga menunggu di ruang tamu.
Sampai di kamar Azmia menaruh laptop kemudian mengambil tas kecil untuk hp yang ia selempang di sebelah bahunya.
"Sudah siap?" Angga yang melihat Azmia menuruni anak tangga.
Azmia mengangguk sebagai jawaban kemudian mereka berjalan keluar rumah menuju garasi.
"Abang," panggil Azmia. Kini mereka sudah berada di dalam mobil.
"Apa." Angga menoleh sekilas kearah Azmia.
"Abang sudah punya pacar belum?" tanya Azmia.
"Kepo," jawab Angga.
"Ih, Abang. Jangan bilang Abang masih jomblo," ucap Azmia dengan tertawa kecil.
"Biarin jomblo yang penting bahagia," balas Angga.
"Nyindir." Azmia memasang wajah cemberut.
"Dih ada yang ngambek," ucap Angga.
"Biarin." Azmia mengarahkan pandangannya ke luar jendela.
Tak lama kemudian mobil mereka sampai di kafe. Setelah memarkirkan mobilnya mereka berjalan masuk kedalam kafe.
"Malam, Sin," sapa Azmia saat berpapasan dengan salah satu karyawan.
"Malam juga, Mba Mia.
Azmia berjalan menuju kasir. "Gimana, hari ini, Nin?" tanya Azmia.
"Alhamdulillah ramai, Mba," jawab Nina.
"Apa tadi Melia dan Karina kesini?" tanyanya lagi.
"Iya, Mba tadi sore baru pulang," balas Nina.
"Mba ingin bayar pesanan nomor satu," ucap pembeli.
"Iya, Mba totalnya jadi seratus dua puluh lima ribu rupiah." Azmia memberikan struk pembelian setelah pembeli memberikan uangnya dan tak lupa mengucapkan terima kasih.
"Pak Angga, ingin saya buatkan minuman?" tawar Nina
"Boleh, Nin. Coffe latle satu ya," balas Angga.
"Baik, Pak." Nina berjalan menuju dapur membuatkan minuman untuk Angga.
Azmia berdiri dari kursi kasir, berjalan menghampiri Angga yang duduk di sofa belakang kasir. "Abang, apa Mami perginya lama?" tanya Azmia. Dia pasti akan sangat kesepian kalau tidak ada Mami Erna di rumah, apalagi dia juga lagi nggak ada jadwal kuliah pasti sangat membosankan berada di rumah sendiri.
"Tidak, paling hanya dua hari," jawab Angga karena tadi Papi Bagas bilang cuma sebentar.
Tadi sore tiba-tiba Papi Bagas dapat telpon harus berangkat ke kantor cabang untuk tanda tangan dokumen karena tidak bisa di wakilkan jadi mau tidak mau Papi Bagas harus pergi bersama sang istri. Papi Bagas setiap pergi pasti selalu bersama Mami Erna.
Menjelang malam kafe semakin ramai apalagi ini malam minggu banyak orang yang menghabiskan waktu bersama.
"Abang, Mia bantuin melayani pembeli dulu ya," pamit Azmia.
"Iya," balas Angga yang sibuk dengan ponselnya.
"Sini, Ren biar saya bantu," ucap Azmia mengambil alih nampan yang berada di tangan Rendi.
"Terima kasih, Mba." Rendi memberikan nampan tersebut kemudian kembali mengambil pesanan yang lain.
Azmia mengantarkan pesanan nomor tujuh.
"Silakan, Kakak." Azmia menaruh dua gelas es krim coklat dengan toping kacang.
Setelah mengantarkan pesanan Azmia melangkahkan kakinya menuju dapur, tapi saat akan ke dapur dia di kejutkan dengan kedatangan orang yang sangat ia kenal.
"Azmia," sapanya.
Azmia hanya membalas dengan senyuman, ada rasa kecewa dalam hatinya saat melihat orang tersebut yang sepertinya tidak akan pernah berubah.
"Pelayan itu, lagi. Kenapa sih setiap kesini gue harus ketemu lu lagi lu lagi," omel wanita yang berada di samping orang tersebut.
"Maaf, karena saya karyawan di sini pasti saya akan selalu ada di sini," balas Azmia dengan berani.
"Tapi gue males lihat muka lu terus," ucapannya.
"Jika anda tidak suka anda bisa pergi dari kafe ini," balas Azmia dengan nada tegas.
"Lu berani usir gue, siapa lu, baru jadi babu aja belagu. Mana atasan lu biar di cepat lu dari sini." Wanita tersebut marah-marah tidak jelas.
"Sudah, El. Malu itu di lihatin orang." Laki-laki tersebut menyuruh wanitanya agar diam. Ya dia adalah Elvina mantan kekasih Alby dan di kafe bersama Alby karena ajakan dari Brian.
Angga yang mendengar ada suara berisik ia pun berdiri dari duduknya menoleh ke sumber suara, betapa terkejutnya saat melihat Azmia di marahin pembeli dengan langkah cepat Angga langsung menghampiri mereka. "Ada apa ini?" tanya Angga.
"Ini nih karyawan tidak tahu sopan santun," jawab Elvina.
Angga menatap kearah Azmia. "Ada apa?" tanya Angga dengan nada yang lembut.
"Entah, Mia juga nggak tahu. Orang gila kali," jawab Azmia dengan entengnya kemudian melingkarkan tangannya di lengan Angga dan mengajak Angga pergi dari wanita gila itu.
"Kau __." Ucapan Elvina harus berhenti karena Alby menariknya menuju meja yang paling pojok.
'Siapa laki-laki itu, ada hubungan apa mereka sepertinya mereka sangat dekat sekali, apa itu atasan Azmia, tapi kenapa Azmia dekat sekali dengannya, apa Azmia pacaran sama dia,' batin Alby dengan segudang pertanyaan.
"Woi, udah datang lu," ucap Brian.
"Iya, kebetulan tadi sekalian keluar," balas Alby.
"Daffa, mana?" tanya Brian.
"Sebentar lagi juga datang," jawab Alby dan benar saja baru di omongin orangnya datang.
"Panjang umur dia," ujar Brian dengan tertawa kecil.
"Apaan?" Daffa yang heran.
"Tak apa, duduklah!" Alby menyuruh Daffa untuk duduk.
"Mba." Brian melambaikan tangannya memanggil salah satu karyawan.
"Iya, Kak." Karyawan tersebut menghampiri Brian.
"Ini pesan saya." Brian memberikan selembar kertas menu pesanannya.
"Baik, Kak." Karyawan itu mengambil kertas tersebut kemudian berjalan menuju dapur memberikan kertas pesanan pada bagian dapur.
Sambil menunggu pesanannya datang mereka saling bercerita, berdiskusi tentang bisnis mereka.
Namun, tanpa sengaja Alby melihat pemandangan yang sangat membuatnya seakan tak berarti lagi.
***
Hai ... hai ... terima kasih sudah mampir di cerita author.
Lha kq udah tamat