Gwen si buruk rupa merasa putus asa dengan jalan hidupnya saat dia ingin mengakhiri semuanya justru Gwen dipertemukan dengan boss mafia.
Gwen menjadi gadis buruk rupa kesayangan boss mafia dan berusaha menuntut balas pada orang yang menindasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fantasi Peter
"Aku akan menunggumu besok jadi datanglah tepat waktu karena kau harus berkenalan dengan pemain lainnya dan mendapat naskahmu," jelas Peter sebelum Gwen pergi.
Peter meraih tangan Gwen dan mengecup punggung tangannya. Peter memperlakukan Gwen dengan begitu manis.
"Baik Peter, terima kasih atas jamuan makan malamnya," balas Gwen dengan menunduk hormat.
Peter melihat kepergian Gwen sambil mengusap-ngusap dagunya. Awalnya dia berniat untuk memberi obat pada minuman Gwen tapi Gwen berbeda dari wanita yang pernah dia tiduri selama ini. Peter selalu mendapatkan mereka dengan mudah karena mereka sendiri yang menawarkan diri mereka termasuk Carol.
Tapi Gwen berbeda, gadis itu seperti tidak tertarik padanya. Peter yang biasa dipuja merasa tertantang untuk menaklukkan Gwen sampai gadis itu tergila-gila padanya.
"Anna... Anna... Anna...," Peter seperti mengucapkan mantra dan memanggil nama samaran Gwen.
*****
Carol yang berada di apartemen Peter menunggu kepulangan kekasihnya. Dia sudah menyiapkan makan malam romantis tapi Peter tak kunjung pulang juga.
"Dimana Peter?" gumam Carol. Gadis itu mencoba menghubungi Peter tapi lagi-lagi nomor ponsel kekasihnya itu tidak aktif.
"Ada apa dengan Peter? Awas kalau sampai dia mengingkari janjinya!" geram Carol yang merasa dipermainkan.
Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya Peter pulang juga. Carol yang sengaja belum tidur menyambut kekasihnya itu.
"Sayang, kau dari mana saja? Kenapa ponselmu tidak aktif?" cecar Carol tapi Peter enggan menanggapi.
Peter memang sudah bosan pada Carol jadi dia akan memutuskan gadis itu di waktu yang tepat nanti, saat dia sudah bisa memiliki Gwen.
"Peter!" teriak Carol yang tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia sudah cukup sabar selama ini.
"Aku lelah, okay. Aku tidak ingin berkelahi dan juga jangan dekati aku dulu," sahut Peter sambil menanggalkan semua bajunya. Dia ingin mandi tanpa gangguan.
Tapi tidak sesuai keinginannya karena Carol tidak akan berhenti untuk mengganggunya saat dia ingin sendiri.
"Apa sebenarnya salahku? Aku sudah melayanimu sepenuh hati tapi kau selalu saja begini. Tidak menghargai semua usahaku," ucap Carol dengan derai air mata. Dia merasa sakit hati.
Peter mendengus kasar, dia semakin risih dengan sikap Carol yang seperti itu.
"Kemarilah!" Peter akhirnya berusaha bersikap baik. Dia meminta Carol mendekat dan Peter ingin memeluk gadis itu.
Carol tentu saja senang bukan kepalang, dia ingin Peter tergila-gila padanya bukan dia yang mengejar-ngejar Peter seperti ini.
Saat berada di pelukan Peter, Carol menghentikan tangisnya. Dia membalas pelukan kekasihnya kemudian dia mengadahkan kepalanya. Carol ingin mencium bibir Peter.
Peter tak acuh, dia membalas ciuman itu. Suara decapan lidah mereka memenuhi kamar dan keduanya sudah terbakar api gairah.
Suara lenguhan Carol mulai terdengar tatkala Peter menyesap kedua bukit kembarnya. Kini keduanya sudah dalam keadaan polos di atas ranjang.
"Anna..." Peter menggeram dalam hatinya dengan menyebutkan nama samaran Gwen saat melakukan penyatuan dengan Carol.
Peter berfantasi jika dirinya saat ini tengah bermain dengan Gwen.
Berbeda dengan Peter justru Carol sangat menikmati permainan Peter malam ini. Rasanya Peter begitu bersemangat dari percintaan mereka sebelumnya.
"Peter pasti sudah menggilai tubuhku," batin Carol percaya diri.
Hampir setengah jam mereka bercinta akhirnya Peter mendapat pelepasan dan ambruk di samping tubuh Carol. Rasanya begitu meledak.
Carol berusaha mencumbu Peter tapi disaat itulah, Peter langsung sadar jika dia bercinta bukan dengan Gwen.
"Sayang..." Carol bingung karena melihat perubahan wajah Peter.
"Carol, di film baru nanti kau tidak akan menjadi peran utama!" ucap Peter kemudian.
"A--apa?" Carol sangat syok mendengar itu. Apa-apaan ini, semua usahanya menjadi sia-sia.