NovelToon NovelToon
Di Antara Dua Hati

Di Antara Dua Hati

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Patahhati / Perjodohan / Tamat
Popularitas:4.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Suesant SW

Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.

Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.

Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?

Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?

Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29 SESAL DALAM DIAM

Dara dan Windu duduk di dalam mobil yang sama, tapi mereka tak saling bicara. Sopir pribadi keluarga Danuar menjemput mereka dari rumah sakit setelah di hubungi oleh Windu.

Papa Windu mendengar kabar ini dari Sanghai sangat mencemaskan keadaan menantunya itu.

"Kenapa kamu sampai tidak tahu istrimu hamil, Win? Sekarang bagaimana kalau sudah begitu? Kamu ini tidak bisa menjaga istri dengan baik...!" Papanya yang keras menyalahkannya untuk kejadian yang di alami Dara. Hampir lima belas menit papanya itu mengomel kepadanya lewat telpon.

Windu tidak mau membela diri, dia sadar sedikit banyak sikapnya yang keterlaluan belakangan ini sangat menekan Dara.

"Jaga istrimu itu baik-baik! Jangan sibuk sendiri...sekarang kamu sudah jadi suami, jangan bersikap seolah-olah kamu masih lajang. Belajar bertanggungjawab, jangan suka bertingkah semaumu. Ini pembelajaran buatmu." Kecaman dari papanya tentu saja sampai ke hatinya.

Wajah Dara semuram mendung, wajahnya di arahkannya ke luar jendela mobil setengah membelakangi Windu.

Dokter Pram telah mengijinkan mereka untuk pulang pagi ini, degan catatan Dara tidak boleh banyak bergerak, meminum obat dan vitamin yang di berikan dokter. Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan setelah keguguran adalah beberapa hari hingga seminggu.

"Ibu setelah mengalami keguguran akan mengalami guncangan secara emosional, atau bahkan depresi setelah keguguran. Kondisi ini membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih. Mohon bapak untuk lebih memberikan dukungan kepada ibu karena dalam masa-masa seperti ini, apalagi ibu Dara mengalaminya pada kehamilan pertama tentu saja sangat diperlukan dukungan dari pasangan dan keluarga." Pesan dokter Pram masih membekas di benak Windu.

Windu masih bertanya-tanya dalam hati, kenapa Dara menyembunyikan kehamilannya darinya sampai sejauh ini, bahkan dalam masa kehamilannya itu Windu malah hampir menceraikannya.

Entah bagaimana nasib Dara andai perceraian itu benar-benar terjadi, hamil pada saat di ceraikan oleh suaminya sendiri?

Seperti apa hidup yang akan di laluinya?

Windu tak habis fikir.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kamu sedang hamil...?"

Akhirnya Windu tak bisa menahan diri untuk tidak mengulang pertanyaan yang sama.

Dara tidak bergeming, rasa sakit hatinya tak pernah di alaminya sebesar ini.

Windu boleh memakinya, Windu bisa memberinya sejuta serapah, Dara masih bisa menahannya.

Tapi saat dia memikirkan kehilangan bayinya karena Windu, dia membenci laki-laki itu mati-matian.

Dara yang baru saja bisa menerima kehadiran sang bayi dalam tubuhnya, berfikir itulah keluarga satu-satunya saat Windu menceraikannya adalah hiburan tersendiri.

Dia akan menyematkan cintanya pada Windu di dalam anak yang akan di besarkannya sendiri, setidaknya itulah kenangan terbaik yang di berikan Windu padanya.

Andai Windu tak datang padanya malam itu, andai Windu tidak memaksa berbicara dengannya, andai dia tidak bersikap terlalu berlebihan, andai dia bisa mengendalikan diri dan sedikit tenang...mungkin bayi itu masih berada di rahimnya.

Kalimat-kalimat penyesalan itu terus bermain di kepalanya, membuat hatinya hancur sendiri.

Dalam diamnya dia menyesali diri, dalam diamnya dia merutuki Windu sebesar rasa benci yang kini memenuhi rongga dadanya.

"Dara..." Windu memanggil Dara dengan penuh harap supaya Dara memalingkan muka kepadanya.

Dara kaku seperti patung, hanya matanya berkedip menandakan dia masih dalam kesadaran.

"Seharusnya kamu memberitahuku..."

Perlahan wajah pucat itu menoleh kepada Windu, memandang lurus pada mata Windu.

"Kenapa aku harus memberitahumu?" Tanya Dara untuk pertama kali berbicara, setelah dia tahu kehilangan bayinya.

Windu sejenak terdiam, pertanyaan Dara begitu menohok sampai ke jantungnya.

"Karena seharusnya sebagai suamimu, aku harus tahu." Jawab Windu perlahan sambil menelan ludahnya sendiri.

"Apakah kamu benar-benar suamiku?" Pertanyaan Dara berikutnya terasa lebih dingin dari batu es.

Windu menahan nafasnya, dia tidak pernah melihat wajah muram yang sebeku raut Dara hari ini.

Dia terbiasa melihat wajah Dara yang polos, yang ketakutan, yang pasrah. Dan ketika wajah itu berubah sangat berbeda, Windu hampir merinding melihatnya.

"Tentu saja aku suamimu, kita telah menikah..."

"Kapan? kapan kamu merasa bahwa kamu adalah suamiku? Sejak kapan kamu melihatku sebagai istri, bukan sebagai pembantu?

Kapan kita benar-benar selayakya suami istri?" Pertanyaan beruntun itu tanpa ekspresi, dia sungguh sangat sedih saat berbicara tapi Dara sama sekali tidak menangis.

"Aku..." Windu tak tahu harus menjawab apa, mulutnya terasa kelu, sekarang dia menyadari luka yang ditorehkannya secara lisan dan tindakan telah menggores hati perempuan ini begitu dalam.

"Bukankah kamu yang berharap kita bercerai secepatnya, jika kamu tahu aku hamil, apakah ada sesuatu yang berubah? Apakah kamu akan mencintaiku dengan benar? Tidak bukan? Kamu mungkin tidak terburu-buru menceraikanku hanya demi seorang anak yang suatu saat akan kamu rampas dari hidupku jika dia telah kulahirkan! Tidak akan ada yang berubah antara kita berdua kecuali setiap hari kita akan saling membenci." Dara mengerjap matanya memandang Windu yang tak bisa berkata apa-apa.

"Pada saat kita hampir menandatangani surat perceraian itu, kamu membatalkannya sepihak dengan begitu mendadak entah karena alasan apa. Aku tak tahu niat apa yang kamu sembunyikan di balik semua tipuan ini. Tapi, apakah setelahnya kita baik-baik saja? Tidak bukan?" Dara melanjutkan, suaranya datar, sedatar air tak beriak.

"Aku dulu berfikir aku sungguh mencintaimu, tapi semakin lama perasaan itu semakin jelas berubah, aku bahkan sekarang tak ingin melihatmu lagi. Harapan terakhirku adalah melihat wajah anakku, itupun sudah kamu rampas dengan membunuhnya bersamaku. Tak ada yang benar-benar baik dengan kita berdua." Dara memalingkan mukanya, menyadari mereka sudah sampai di depan tembok rumah keluarga Danuar yang seperti istana itu.

"Dara..." Windu seperti seorang bodoh sekarang, setelah memanjakan keegoisannya dengan bersikap seperti laki-laki setia tapi ternyata dia tak lebih dari pecundang, saat berkaca pada mata yang hancur luluh tak berdaya di depannya itu .

"Tidak usah berbicara, jika hanya untuk menambah luka.Jika kamu merasa ingin membuat skenario baru untuk menyakitiku, ku mohon berhentilah...aku sudah lelah." Ucapan Dara itu begitu mengiris hati Windu, sebelum mobil itu berhenti dan Dara membuka pintunya, keluar meninggalkan Windu tanpa berbicara lagi.

Kesalahpahaman antara mereka berdua begitu lebar sekarang, jurang yang memisahkan mereka begitu dalam, hanya karena dia begitu berlebihan dalam bersikap.

Setiap kata yang menyakiti tak mungkin bisa ditarik lagi, setiap hati yang terluka tak bisa pulih seperti sedia kala. Semua akan selalu meninggalkan bekas. Dan penyesalan selalu datang di belakang.

Mereka berdua hanya dua orang yang begitu sulit untuk terbuka dan berbicara dengan baik, sehingga membangun satu chemistry adalah suatu hal yang hampir mustahil di lakukan.

Sebuah pernikahan tanpa komunikasi yang baik, suatu saat akan berakhir dengan sendirinya.

"Aku minta maaf..." Ucapan itu begitu lirih hampir tercekat di kerongkongannya.

Windu benar-benar menyesal!

(Terimaksih untuk selalu bersama Dara melewati masa-masa sulitnya, support para readers adalah sesuatu yang sangat berarti buat Mak author untuk terus menulis dan memberikan karya terbaik, karena sebuah kisah bisa saja menjadikan pembelajaran hidup untuk kita semua😅🙏💪💪💪)

...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...

...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...

...I love you all❤️...

1
Arlini Pakan
Kecewa
Arlini Pakan
Buruk
Visencia Alingga
Luar biasa
Visencia Alingga
Lumayan
heni hariati
nyimak
Mebang Huyang M
Luar biasa
Mebang Huyang M
ngulang lagi baca ceritamu thor . kangen dgn mba dara yg imut.
Riska Afzal
😭😭😭
Tiara
Novel terbaik yg pernah aq baca di aplikasi ini 🙏🙏🙏🙏
Terimakasih
Tiara
Cerita ini ada "isi" nya. Terimakasih penulis udah menuangkan sesuatu yg sangat baik, sesuatu yang sangat menginspirasi. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, sangat mengagumkan.
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Eny Frihdihastuti
aku suka jalan ceritanya.
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏
JandaQueen
apakah itu harus cuci darah spt pd org yg alami gagal ginjal ya..?
JandaQueen
dan kata2 keramat itu akhirnya meletusss
JandaQueen
berani ngapa2in bocah imut ku, tak santet onlen kau pak eko...🤣🤣
JandaQueen
ah si imut radith, suka sama cewek lebih tua ini rupanya... sini nak... tante aja yg peluk kamu... 😄
Vitriani
Lumayan
Dewa Rana
nangis aku thor 😭😭😭
Romi Tama
ya Allah😭😭😭
ami
Luar biasa
iren thezer
suka ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!