Istri Titipan

Bang Harley mengacak rambutnya kasar, frustrasi mencengkeramnya. Perceraiannya dengan Ciara terasa seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Sisa cinta untuk Ciara memang masih ada tetapi provokasi Ibu Jujum dan tindakan nekat Ciara meracuni Gita telah menghancurkan segalanya. Kata-kata perpisahannya pada Ciara terus terngiang di telinganya.

'Kita pisah saja..'

"Hidupku sudah hancur lebur, Tuhan. Rasanya aku tidak sanggup. Cabut saja nyawaku ini..!!!!!!" Teriaknya.

Bang Vial yang tadi sempat melihat sahabatnya itu meninggalkan kesatrian dengan laju kecepatan yang tidak biasa langsung segera mengikutinya.

Benar saja kecemasannya saat ini. Bang Harley begitu frustasi. Di satu sisi, ia harus menangani sahabatnya ini tapi disisi lain, Bang Harra pun juga frustasi berat, ia baru mendapatkan kabar bahwa Gita keadaan kembali kambuh pasca keracunan.

Dengan cepat Bang Vial menghubungi letingnya yang lain sebab Bang Eijaz tidak berada di tempat.

"Herliz, cepat merapat ke batu belah. Heldar ke rumah sakit. Saya butuh bantuan kalian..!!"

//

Bang Harra kembali dilanda kepanikan. Kondisi Gita yang sempat membaik, kini kembali memburuk. Racun serangga itu sepertinya memberikan dampak yang lebih parah dari yang diperkirakan. Bang Harra tidak bisa menyembunyikan rasa stresnya. Ia mondar-mandir di depan ruang ICU, menunggu kabar dari dokter.

"Ya Tuhan, selamatkan istriku," bisik Bang Harra dengan cemas. Ia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Gita dengan baik. Bayangan Gita yang terbaring lemah dengan selang infus di tubuhnya terus menghantuinya.

"Piye, Har??" Sapa Bang Heldar.

"Saya belum tau."

Tiba-tiba, seorang dokter keluar dari ruang ICU. Bang Harra langsung menghampirinya dengan wajah penuh harap.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Bang Harra dengan suara bergetar.

Dokter itu menghela napas. "Kondisi istri Pak Harra kritis. Racun itu telah merusak organ dalamnya. Kami sedang berusaha semaksimal mungkin, tapi kami tidak bisa menjamin apa pun."

Mendengar itu, Bang Harra lemas. Ia terduduk di kursi tunggu dengan air mata yang mulai membasahi pipinya. Ia merasa dunianya runtuh seketika.

"Istighfar, Black. Kita pasrahkan semua pada yang di atas. Mudah-mudahan semua segera membaik..!!" Kata Bang Heldar mencoba menenangkan.

"Dok.. Bu Gita.........."

Bang Harra meremas dadanya, pandangannya gelap, tubuhnya terasa ringan seketika.

"Kalau begini caranya saya tidak kuat, Heldar..!! Saya minta selamatnya Gita.. Apapun akan saya lakukan, asal Gita dan anak ku selamat..!!!"

"Iya.. Iyaa.. Sabar..!!"

Saat Bang Harra kehilangan kesadarannya, Bang Heldar dengan sigap menangkap tubuhnya. Ia memanggil perawat untuk membantu memindahkan Bang Harra ke ranjang terdekat.

"Ya Allah, cobaan apa lagi ini," gumam Bang Heldar sambil mengusap wajahnya. Ia merasa kasihan melihat kedua sahabatnya harus menghadapi cobaan seberat ini.

//

Di Batu Belah, Bang Vial berusaha menenangkan Bang Harley yang terus meracau tidak jelas. Bang Harley menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi. Ia merasa bersalah karena telah melibatkan Gita dalam masalah keluarganya.

"Tenang, Ley. Semua akan baik-baik saja," kata Bang Vial sambil memeluk Bang Harley erat. "Kita hadapi ini bersama-sama. Kau tidak sendiri."

"Tapi aku merasa bersalah. Aku merasa bertanggung jawab atas semua ini." jawab Bang Harley dengan suara tercekat.

"Aku tau, Le'. Tapi menyalahkan diri sendiri tidak akan menyelesaikan masalah. Sekarang yang penting adalah bagaimana kita bisa membantu Harra dan Gita." Ujar Bang Herliz.

Tiba-tiba, ponsel Bang Herliz berdering. Ia mengangkat telepon itu dan mengaktifkan loudspeaker, ia mendengar kabar kurang menyenangkan dari Bang Heldar.

"Liz, Harra pingsan di rumah sakit. Sepertinya dia sudah tidak kuat menahan beban pikirannya, badannya sampai demam tinggi karena Gita belum juga sadar." kata Bang Heldar dengan suara cemas.

Mendengar itu, Bang Vial terkejut. Ia tidak menyangka bahwa keadaan Harra juga akan sampai seperti ini.

"Allah Ya Rabb. Cobaan apa lagi ini." gumam Bang Herliz. Ia merasa semakin khawatir dengan keadaan kedua sahabatnya.

"Kita harus ke rumah sakit sekarang," kata Bang Vial kepada Bang Harley. "Harra membutuhkan kita."

Tanpa banyak bicara, Bang Harley langsung bangkit dan mengikuti Bang Vial dan Bang Herliz menuju rumah sakit. Ia berharap bisa memberikan dukungan kepada Bang Harra dan membantu meringankan bebannya.

Di perjalanan, Bang Harley terus merenungkan semua yang telah terjadi. Ia menyadari bahwa hidup ini penuh dengan cobaan dan tantangan. Namun, ia juga menyadari bahwa ia tidak boleh menyerah begitu saja. Ia harus kuat dan tegar demi sahabatnya, demi Gita, dan demi dirinya sendiri.

...

Di ruang kamar perawatan, Bang Harley melihat Bang Harra sedang terbaring tak berdaya.

'Aku akan melakukan apa pun untuk membantu mereka.'

Tekad Bang Harley dalam hati.

'Aku tidak akan membiarkan mereka menderita menjalani pernikahannya.'

"Atas nama pribadi, mewakili Ciara.. Saya minta maaf atas semua kejadian ini. Sungguh saya tidak pernah tau kalau Ciara masih terprovokasi perintah Bu Jujum. Malam ini, saya juga sudah menceraikan Ciara." Kata Bang Harley.

Bang Harra semakin kalut memejamkan matanya. Lelehan bening kembali mengalir. Ia seakan kehabisan kata, pikirannya penuh tak sanggup lagi menganalisa banyak hal.

"Saya memang kecewa dengan tindakan Ciara, tapi keputusanmu untuk menceraikan Ciara.. Jujur saya angkat tangan. Dia sedang mengandung anakmu."

"Tidak apa-apa. Ini adalah keputusan saya dan saya akan tetap bertanggung jawab pada kedua anak saya meskipun tidak bisa bersama dengan ibunya." Jawab Bang Harley dengan penuh kesadaran.

.

.

.

.