WARNING!!! CERITA INI HANYA UNTUK MEREKA YANG MENYUKAI ALUR SUPER LAMBAT DAN PERMAINAN KATA-KATA!
Layaknya Princess Hours, Melody Hwang tiba-tiba harus menikah dengan pewaris tahta tampan Emperor Group demi darah 250 cc dan uang 100 juta.
Menyelamatkan kakek yang sekarat, malah dinikahkan dengan cucunya.
Menikah tanpa cinta adalah lagu baru yang harus ia tulis dalam melodi romantisme kisah cintanya.
Berisi kisah sederhana yang sangat manis. Dialog yang ngegemesin. 😈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sata Erizawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bebek Kesal
Mobil yang Melody dan Yudha tumpangi berhenti di depan gedung kelas Melody.
"Akhirnya sampai di kampus!" Kata Melody semangat.
Ketika Melody ingin membuka pintu mobil, Yudha menghentikannya. Yudha menahan bahu kirinya.
"Tunggu sebentar!" Pinta Yudha.
"Ada apa?" Tanya Melody heran.
Tangan Yudha bergerak dan mengambil sebuah dompet dari saku celananya. Ia membuka cepat dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang, lalu memberikannya pada Melody.
Melody menatap bingung uang yang ada di tangannya. Itu sangat banyak jumlahnya! Mungkin jika dihitung setara dengan gaji dua bulannya kerja paruh waktu di cafe.
"Untuk apa ini?" Tanya Melody.
"Untuk jajan, memang apa lagi?" Jawab Yudha.
"Kenapa kau harus memberiku uang?"
"Untuk jajan!" Yudha tidak suka mengulangi kata-kata yang sama.
Melody menghela nafas, ia harus bertanya lebih jelas lagi. "Iya tahu untuk jajan, maksudku kenapa kau harus melakukannya? Kau kan bukan siapa-siapaku. Jadi kau tak memiliki kewajiban untuk memberiku uang jajan. Itu tugas ibuku!"
"Bukan siapa-siapamu? Aku tunanganmu, bodoh! Kau melupakan acara tukar cincin senalam? Kau tidak amnesia, kan?"
Ah, itu.
Melody mengingatnya dengan sangat baik. "Aku tidak lupa, aku tidak amnesia!"
"Tapi tadi terlihat bingung?"
"Ih, iya iya, aku sempat lupa tadi. Soalnya mendadak, kau tahu itu, kan?"
"Ah, kapasitas otakmu untuk mengingat memang terbatas rupanya." Simpul Yudha dengan polosnya.
Melody meremmas uang yang ada di tangannya. Ia kembali menghela nafas. Ia akan mencoba sabar menghadapi Yudha. Masih tiga hari kenal, ia harus mempelajari bagaimana karakter Yudha itu.
"Iya aku akui aku ini tidak sejenius dirimu! Ini kukembalikan uangmu! Aku tidak butuh!" Kata Melody sambil mengembalikan uang yang Yudha berikan kepadanya.
Yudha tidak suka uangnya dikembalikan. Baginya, apapun yang sudah ia berikan pantang untuk dikembalikan! Dengan cepat Yudha mengembalikan uang itu dan memasukkannya ke saku dada seragam Melody.
Melody mendelik karena itu artinya Yudha sudah menyentuh 'dadanya' secara tidak langsung.
"Yudha, kau mesum sekali sih!" Bentak Melody yang menghempaskan cepat tangan Yudha dari dadanya. Melody menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Yudha tak kalah mendelik. Bagaimana bisa Melody mengatainya mesum? Memang apa yang sudah ia perbuat?
"Siapa yang mesum, hah? Aku hanya memasukkan uang ke dalam saku bajumu!"
"I-iya tahu, tapi kau tadi menyentuh dadaku!" 😖
Yudha memalingkan wajahnya. "Maaf.."
"U-uhmm." Melody juga memalingkan wajahnya.
"..."
"..."
Suasana tiba-tiba jadi canggung. Sunyipun menyapa.
"Pakailah uang itu! Aku ingat semalam kau tak makan nasi karena pesta pertunangan kita. Gunakan uang itu untuk makan di kantin. Bukankah ibumu juga tak memberimu uang jajan, kan? Kata Yudha yang masih memalingkan wajah dari Melody.
Jadi itu maksud Yudha?
Yudha ternyata cukup dermawan juga padanya. Untuk kali ini ia akan melupakan kejadian memalukkan tadi.
Melody berbalik dan menatap Yudha yang sedang memalingkan wajah darinya. "Hn, te-terima kasih banyak. Ano, bolehkah aku menghabiskannya?"
"Itu sudah menjadi uangmu, kau punya hak untuk memutuskannya."
Melody meraih lengan Yudha dan reflek memeluk lengan kekar itu untuk mengekspresikan betapa bahagianya ia. Ia butuh uang untuk mengganti uang Mia yang ia gunakan untuk tambahan bayar uang semesteran.
Merasa sesuatu yang hangat di lenganya, Yudha menoleh dan mendapati wajah bahagia Melody yang begitu dekat dengannya. Ada sensasi unik yang ia rasakan. Ia tak pernah melakukan kontak fisik sedekat ini apalagi dengan seorang cewek.
"Tadi marah saat dipegang, kini kau membuatku sesak dengan dadamu itu!" Ceplos Yudha yang tak mau memaknai lebih jauh pesona Melody.
😡
Sebuah cubitan keras Melody daratkan di lengan Yudha. Yudha berteriak kesakitan.
"Sakit, bodoh!"
"Biar!"
"😠"
"😈"
"..."
"..."
"Mau sampai kapan kalian bermesraan? Sebentar lagi masuk loh.." Tiba-tiba suara Shuhei yang duduk di kursi sopir terdengar.
Melody dan Yudha bersungut ria. Astaga, mereka tak sadar jika sudah melupakan keberadaan Shuhei di mobil itu.
"Ka-kalau begitu, aku masuk kelas. Bye-bye.."
"Hn"
"Yudha-sama, kau harus menjawab dengan bye-bye juga!" Kata Shuhei.
"Apaan sih?" Gerutu Yudha.
Melody tertawa. Yudha mana mau melakukan hal itu.
.
.
.
Melody keluar dari mobil itu dan dengan santai ia berjalan menuju kelasnya. Ia tidak berniat menanggapi ocehan tidak jelas dari mahasiswa lain yang sebagian besar mengkritisinya dengan kata-kata mencela.
Ditanggapipun tidak akan ada habisnya. Melody sadar betul kekuatan publik itu seperti apa. Satu vs Banyak?
Yang benar saja!
"Haah, jika cuma mendengar kata pedas, aku sudah kebal. Itu kurang mempan padaku. Aku sudah kenyang dengan ocehan yang aku dapatkan saat kerja paruh waktu. Haah, untung saja aku tidak mendapatkan lemparan telur busuk. Apa jadinya jika aku benar-benar mendapatkannya?" Batin Melody.
Melody masuk ke dalam kelasnya. Hari ini ia tidak telat masuk ke dalam kelasnya meski janji bangun paginya masih belum berjalan. Apa karena hidupnya berubah? Mungkin bisa dibilang begitu. Terhitung sudah sehari ia menjadi bagian keluarga Kazehaya, ya walau belum resmi.
Pekerjaannya lebih ringan karena hampir tidak memiliki pekerjaan berat seperti hidupnya sebelum menjadi bagian keluarga Kazehaya.
Mata Melody memandangi setiap sudut kelasnya. Ia mencari sosok sahabatnya, Mia si bebek cerewet. Semua teman sekelasnya memberikan ucapan selamat kepada Melody.
Rupanya teman sekelasnya mendukung pertunangannya dengan Yudha. Entah apa rasanya, yang jelas ia merasa senang. Jujur saja Melody tidak tahu sama sekali jika pertunangannya akan diketahui oleh semua orang, terutama teman sekampusnya.
Setahunya, ia tidak mengundang siapapun untuk menghadiri acara pertunangannya dengan Yudha.
"Selamat pagi, Bebek." Sapa Melody riang.
Mia hanya diam saja. Melody kembali berusaha menyapa sahabatnya itu. Tapi tetap sama, Mia masih terdiam, bahkan beranjak meninggalkan Melody. Melody meraih tangan Mia untuk mencegahnya pergi.
"Kau kenapa, Mia? Kenapa kau mendiamkanku? Apa kau marah karena aku menyapamu dengan sebutan bebek?" Tanya Melody.
"Apa kau tidak berniat meminta maaf padaku karena kau sudah menyakitiku? Kau jahat sekali, Melody!" Mia masih kesal.
Jika mereka berdua sedang terlibat dengan masalah, mereka berdua akan memanggil nama asli masing-masing.
"Minta maaf bagaimana?"
Melody belum paham duduk permasalahannya. Bukankah ia tidak membuat kesalahan? Apa lagi sampai menyakiti perasaan sahabat tercintanya.
"Kenapa kau mau menikah dengan Yudha? Kau mengetahui jika aku sangat menyukainya. Aku ngefans berat padanya. Kenapa kau merebutnya dariku? Kau sendiri yang bilang jika kau akan mendukungku. Kau bahkan juga bilang jika kau sama sekali tidak tertarik padanya. Kenapa tiba-tiba kau bertunangan dengannya setelah kemarin kau menghilang? Kau juga akan melangsungkan pernikahan dengannya. Kau jahat sekali, Melody. Kau tega padaku. Itu kejam!"
Ah. Melody ingat. Tapi, meski begitu bukan berarti semua orang akan menyalahkannya, kan? Itu sangat rumit bagi Melody sekalipun.
"Kenapa semua orang sesuka hati menghakimiku? Asal kau tahu, aku melakukan semua ini karena aku hanya ingin berbakti kepada orang tuaku! Apa aku salah jika aku melakukannya?" Kata Melody yang langsung menangis.
Mia tersentak. Ia baru sadar jika kata-katanya jauh lebih menyakiti perasaan Melody. Ini pertama kalinya ia melihat Melody menangis semenjak menangisi kepergian ayahnya.
Dengan cepat ia mengucapkan maaf pada Melody. Melody memaafkannya dan menceritakan semua hal yang terjadi padanya kepada Mia. Mulai dari awal pertemuannya dengan kakek Wijaya, terlibat hutang dengan para renternir, dan sampai saat ini ia menjadi tunangannya Yudha.
Mia mendengarkan setiap detil kisah yang Melody kisahkan. Mia merasa iba dengan Melody.
Bru ngeh ternyata likenya masih dikit mungkit alurnya terlalu lambat dan di situ2 aja
pdhal berharap bnyak adegan romantis nya tp masih gtu2 aja udh berjalan stengah thun dan jg udh hubungan suami-istri terlalu aneh mungkin .
makasih thor untuk karyanya