NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Tuan Ximen

Gadis Kesayangan Tuan Ximen

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Kaya Raya
Popularitas:24k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.

Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.

Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Damien menatap Barbie tajam, matanya gelap seperti lautan dalam yang penuh bahaya. Wajahnya mendekat perlahan, hingga napas hangatnya terasa menyapu kulit wajah Barbie.

“Apakah kau sangat suka mencium aroma pria?” tanyanya pelan, tapi nadanya mengandung ancaman.

Barbie mendongak, matanya penuh ketegasan. Dengan gerakan cepat, ia menepis tangan Damien dari wajahnya. “Tidak suka! Aku bahkan tidak suka dengan yang namanya pria. Kalau bukan karena jarakmu terlalu dekat denganku, mana mungkin aku bisa mencium aromamu,” balasnya ketus.

Damien menyunggingkan senyum kecil, bukan senyum hangat, melainkan senyum penuh ironi dan bahaya. Ia berdiri tegap di hadapan Barbie, tatapannya tak beranjak sedikit pun dari mata gadis itu.

“Barbie Lu,” ucapnya pelan, seolah menyebut nama itu dengan penuh pertimbangan. “Katakan di mana Andy Yang? Kalau kau beritahu, aku akan melepaskanmu... bahkan memberimu apa saja yang kau minta.”

Di sudut ruangan, Calvin melirik Damien dengan bingung. "Kenapa bos bisa begitu baik pada gadis ini? Biasanya wanita yang berhubungan dengan pengkhianat pasti disiksa sampai trauma. Tapi dengan Barbie Lu... bos terlalu murah hati," batinnya, masih belum paham perubahan sikap atasannya.

Steven yang berdiri di sampingnya juga mulai resah. “Tuan, bagaimana kalau serahkan saja pada kami? Kita gunakan cara biasa untuk memaksa seseorang bicara,” ucapnya pelan, sopan namun tegas.

“Masukkan ke dalam karung, lalu rendam ke air. Biasanya cara itu ampuh,” timpal Calvin dengan nada mengancam, sengaja menakut-nakuti Barbie.

Tiba-tiba, Damien menoleh tajam ke arah mereka berdua. Tatapannya seperti pisau yang menusuk langsung ke dada. “Apakah aku butuh saran dari kalian?” tanyanya dingin. Suaranya rendah, tapi tekanan kata-katanya membuat udara ruangan seolah ikut membeku.

Steven dan Calvin langsung terdiam. Bahkan napas pun terasa berat untuk diambil.

Barbie memperhatikan interaksi mereka dengan tatapan sinis. Ia menyilangkan tangan di dada, menyandarkan punggung ke sofa. “Percuma wajah kalian tampan, tapi begitu jahat padaku,” gumamnya pelan tapi cukup terdengar oleh semua orang.

Damien perlahan menoleh lagi ke arah Barbie. “Ulangi apa yang kau katakan tadi,” pintanya dingin.

Barbie mengangkat dagunya dengan berani. “Aku bilang, percuma mereka tampan.”

“Tampan?” Damien mengulang kata itu pelan, nyaris seperti gumaman, namun senyum dipaksanya memperlihatkan sesuatu yang lebih dalam: cemburu. Cemburu yang bahkan tidak disadari oleh Barbie.

“Kalian berdua, keliling lapangan,” perintah Damien tegas tanpa menoleh pada Calvin dan Steven.

“Ha?” Calvin dan Steven berseru serempak, tidak percaya dengan perintah konyol itu.

“Pergi sekarang juga!” bentak Damien dengan suara dalam penuh tekanan.

Tanpa pilihan lain, kedua pria itu hanya bisa menurut. “Iya...” jawab mereka serempak sebelum meninggalkan ruangan, masih dengan tatapan penuh tanda tanya.

Kini hanya ada mereka berdua di ruangan itu. Suasana mendadak hening, namun bukan hening yang nyaman—melainkan menegangkan, seperti sebelum badai.

“Kenapa menyuruh mereka keliling lapangan? Lalu, kapan kalian akan melepaskan aku?” tanya Barbie sambil menyibakkan rambutnya yang berantakan. “Sungguh memalukan sekali aku harus berdiri di sini dengan pakaian tidur seperti ini.”

Damien melangkah mendekat lagi, satu langkah, dua langkah, hingga bayangannya menutupi cahaya lampu di wajah Barbie. “Apa kau yakin tidak ingat kemana perginya tunanganmu itu? Atau... kau sengaja menyembunyikannya?” ucapnya, "Aku tidak suka kalau ada yang berbohong padaku.”

Barbie mendesah keras. “Aku hanya tahu dia suka ke klub malam dan hotel. Aku tidak tahu lebih dari itu. Aku dan dia hanya pernah bertemu sekali. Jadi untuk apa aku harus ingat kemana dia pergi?” jawabnya santai, seolah ancaman pria itu tak ada artinya.

Tiba-tiba, Damien bergerak cepat. Ia menahan bagian belakang kepala Barbie, menarik wajah gadis itu mendekat hingga hidung mereka hampir bersentuhan. Napas keduanya bertemu di udara yang panas karena ketegangan.

“Baiklah,” gumam Damien akhirnya. “Aku percaya padamu. Katakan apa yang kau minta.”

Barbie menelan ludah. Ia bisa merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang, tapi ia berusaha tetap tenang. “Aku... hanya ingin pulang,” bisiknya, mencoba menyingkirkan tangan pria itu.

Namun bukannya dilepaskan, Damien malah menariknya lebih dekat lagi, merengkuh pinggang Barbie dengan kuat. Pelukan itu membuat tubuh Barbie seolah tak berkutik.

“Hei! Apa yang kau lakukan?! Cepat lepaskan aku!” seru Barbie, mendorong dadanya, tapi pelukan Damien seperti rantai besi.

Kemudian, dengan suara rendah yang nyaris berupa bisikan, Damien mendekat ke telinganya. Suara itu lembut, tapi menggema menusuk hati.

“Apa kau sudah lupa denganku, Baby?” bisiknya pelan.

"Apakah kita pernah bertemu?" tanya Barbie.

Damien melepaskan pelukannya perlahan, menatap gadis itu dalam-dalam dengan sorot mata yang tajam namun lembut. Suaranya rendah dan hangat saat ia berkata, “Kalau kau lupa padaku… aku akan membuatmu mengingatku selamanya.”

Tanpa memberi waktu untuk menjawab, Damien menunduk dan mencium bibir Barbie. Ciumannya lembut di awal, penuh perasaan, seolah ingin menyampaikan segala yang tak pernah ia ucapkan.

Barbie terkejut dan berusaha menjauh, namun tangan Damien dengan sigap menahan tengkuknya, menahannya tetap dalam pelukannya. Ciuman itu pun berubah menjadi lebih dalam, lebih dalam lagi—menggoda, membakar, dan membawa Barbie tenggelam dalam rasa yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Bibir mereka menyatu dalam kehangatan yang tak terbendung. Damien mencium dengan penuh penguasaan namun tetap penuh kelembutan, seolah ingin meninggalkan jejaknya di setiap inci rasa yang ia berikan.

1
Isnanun
lebih baik jangan cari masalah David nanti kamu sendiri yg akan nangung
Nabil abshor
wasyeeekkkk,,,,,
Bu Kus
wah ada yang cemburu berat nih Barbie dapat hukuman apa lg ya cium udah sebentar lg dapat apa ya jadi penasaran e
Bu Kus
apakah Barbie anak nya davit juga ya jadi penasaran aja nih
merry
cari penyakit tuu si David dami pasti tau perbuatan y yg ingin mencelakai berbie ya
Bu Kus
bagus bar robek aja dari pada cuma di manfatkan
Bu Kus
iii sih Eliza gak ada ya jerah jerahnya main jahat terus sama Barbie cari mati rupanya
Bu Kus
hadeh main sosor aja e
Bu Kus
bagus Barbie
Suci Dava
cerdas, cepat dan tepat Barbie Lu
Isnanun
tebakan mu gak salah Barbie
Isnanun
hebat kamu Barbie
Akai Kakazain
duhhh thor scuil amat😔
Isnanun
iya ya Barbie karena di sosor terus
Wine Wins
ah damian bikin hareudang..
dobel.up
Wine Wins
up nya mana thor..
dobel up
Bu Kus
saking cinta nya sih daim
Isnanun
kasihan Barbie cuma di kasih ciuman
rarr
ada ga ya damien versi riel🫵😭
yuning
Barbie kenyang karena ciumanmu 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!