NovelToon NovelToon
Jawaban Untuk Kimi

Jawaban Untuk Kimi

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: EmbunPagi25

Kimi Azahra, memiliki keluarga yang lengkap. Orang tua yang sehat, kakak yang baik, juga adek yang cerdas. Ia miliki semuanya.

Namun, nyatanya itu semua belum cukup untuk Kimi. Ada dua hal yang belum bisa ia miliki. Perhatian dan kasih sayang.

Bersamaan dengan itu, Kimi bertemu dengan Ehsan. Lelaki religius yang membawa perubahan dalam diri Kimi.

Sehingga Kimi merasa begitu percaya akan cinta Tuhannya. Tetapi, semuanya tidak pernah sempurna. Ehsan justru mencintai perempuan lain. Padahal Kimi selalu menyebut nama lelaki itu disetiap doanya, berharap agar Tuhan mau menyatukan ia dan lelaki yang dicintainya.

Belum cukup dengan itu, ternyata Kimi harus menjalankan pernikahan dengan lelaki yang jauh dari ingin nya. Menjatuhkan Kimi sedemikian hebat, mengubur semua rasa harap yang sebelumnya begitu dasyat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmbunPagi25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

09. Pilihan Arkana

Tepat saat kelulusannya, dan Arkan dapat menjadi seorang guru sejarah di SMA BANGSA. Om Galang datang bertamu. Sejenak membuat nya tertegun karena semenjak Ayah wafat, hubungannya dengan Om Galang juga mulai renggang. Mungkin karena ketiadaan nya saat ia menempuh pendidikannya, membuat pertemuan mereka jadi sangat jarang.  

"Masuk, Om." Pintanya saat menyambut kedatangan Om Galang yang hanya berdiri diteras depan.

"Bunda, ada Om Galang." Ujar Arkan lagi memberitahu Bunda yang sedang menjahit pakaian pelanggan nya. Semenjak ditinggal Ayah, Bunda memiliki usaha kecilan seperti tailor jahit.

Mendengar itu, membuat Bunda beranjak dari tempatnya. 

"Assalamualaikum, Fatma."Salam Om Galang pada Bunda. 

"Wa'alaikumussalam, Galang.  Silakan duduk."

Bunda dan Om Galang duduk disofa ruang tamu, perbincangan mereka terdistraksi dengan Arkan yang kembali duduk ke ruang tengah setelah meletakkan segelas teh hangat beserta pisang goreng diatas meja.

Om Galang sempat melirik pisang goreng itu sebelum dia berucap lagi." Apa kabar kamu, Ar?" 

"Sehat. Om sendiri bagaimana?"

Om Galang mengangguk "Baik, Ar."

Obrolan itu terus berlanjut hingga Bunda beranjak saat ada pelanggan nya menanyakan pakaian yang dijahit oleh Bunda. Untuk sejenak keduanya terdiam, seakan sibuk dengan pikiran masing-masing.  Namun, entah kenapa. Arkan ingin menyingkirkan kecanggungan itu.

"Mau main catur, Om? Lawan mainnya, saya." Tawarnya. 

Dan untuk satu itu Arkan bisa melihat senyum Om Galang yang dulu disertai anggukan mantap nya.

"Oke! Om pastikan kamu bakal kalah, kali ini, Ar!"

Keduanya beranjak menuju teras belakang. "Kita buktikan disini, Om!" Tantang nya. Membuat keduanya saling bertatapan dengan sudut bibir yang tertarik keatas. 

Kursi panjang, sepiring pisang goreng beserta segelas teh hangat dan kopi yang tadi. Cahaya sore dengan semilir angin, juga sebidang papan catur. Semuanya sama seperti kali terakhir mereka disini. Hanya saja, untuk kali ini tidak ada kehadiran Ayah sebagai pendukung yang tanpa memihak salah satunya.

Saat mereka bermain, Arkan berhasil menempatkan Raja, Om Galang dalam posisi diserang, dan tidak ada kemungkinan untuk melarikan diri, memblokir serangan, atau memakan bidak penyerang.

"Skakmat! Om Galang kalah." Ujarnya dengan jumawa. 

"Kamu curang, Ar. Om ngga terima." Protes Om Galang dengan menampilkan wajah tidak terima sayangnya, Ekspresi Om Galang tidak mendukung. Karena yang nampak setelahnya adalah senyum yang diikuti tatapan bangga nya.

"Kamu sudah seperti Ayahmu, dalam segala hal, Ar."

Untuk yang satu itu, membuat keduanya terdiam. Mereka seolah sengaja memberi Jeda demi bisa mengenang momen manis itu.  Atau, orang itulah yang ternyata membuat momen itu terasa manis.

Tetapi ucapan Arkan berikutnya membuat mata tegas itu terbelalak, namun dengan cepat kembali redup.

"Saya menerima perjodohan, yang dulu Om bilang." 

Om Galang tersenyum sekilas sembari menepuk pundak Arkan sebentar. "Jangan memaksakan diri, Ar. Lupakan saja tentang ambisi, om, itu."

Arkan menggeleng cepat, "Saya tidak memaksakan diri. Saya sungguhan menginginkan putri, Om."

Arkan dapat menemukan kilatan dikedua mata itu, dan semakin jelas saat ia melanjutkan ucapannya. 

" Tetapi saya menginginkan perjodohan itu bersama putri Om, Kimi.  Bukan Yana."

Saat itulah Arkan dapat merasakan rengkuhan hangat dari pria paruh baya yang sebelumnya begitu dekat dengannya, hingga ia menganggap pria itu sebagai Ayah keduanya. Namun hubungan itu merenggang dimakan waktu. Oleh sebab itu, Arkan tidak ingin lagi membuat jarak. Arkan membalas pelukan hangat itu, bersama dengan senyum terkembang nya.

" Saya akan menunggu, Kimi. Hingga ia siap, Om. Meski dengan menunggu ia sampai dengan lulus wisuda nya."

Menurut Arkan, menikah merupakan ibadah terpanjang. Yang adalah bentuk ibadah yang berlangsung sepanjang hidup, melibatkan berbagai aspek kehidupan dan tanggung jawab. Pernikahan juga sebagai penyempurnaan separuh agamanya dan sarana untuk mencapai ketenangan, kasih sayang dan kebahagiaan. Yang setiap perjalanan panjangnya dapat bernilai ibadah jika di niatkan karena Yang Maha Kuasa.

Arkan sudah siap dengan setelan jasnya. Kepalanya juga ditutupi songkok hitam. Diseberang nya, Om Galang mengulurkan tangan yang disambut nya dengan gugup.

Jantungnya berdebar lebih cepat, suasana seketika terasa menegangkan. Ia merasakan semakin gugup meskin tadi malam terlambat tidur demi latihan kalimat qabul nya. Perasaan cemas itu masih saja terasa.

Padahal sekarang dikanan sudah ada paman nya. Juga banyaknya kerabat darinya dan juga kerabat Om Galang. Namun ternyata hal itu justru membuatnya semakin gugup.

"Arkana Savero" Ucap Om Halang

suasana mendadak terasa hening, bahkan ia yang sebelumnya bisa mendengar celotehan Rania dengan teman kecilnya itu, juga ikut hening. Seolah hanya ialah fokus utama.

"Saya!"

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putriku yang bernama Kimi Azahra binti Galang Pramudya dengan mas kawin berupa photobook dan cincin emas seberat tiga gram dibayar tunai."

Arkan menjawab dengan satu tarikan napas. "Saya terima nikah dan kawinnya Kimi Azahra binti Galang Pramudya dengan Mas kawin tersebut diatas tunai."

"SAAAH!!"

Seruan itu menjadikan pernikahan itu sah dimata agama. Arkan mengucapkan hamdalah bersamaan dengan keluarnya seorang wanita dengan kebaya putih yang dipadukan dengan hijab yang senada dari dalam kamar. Digandeng di sisi kiri dan kanannya oleh Tante Amy dan Yana.

Inilah pernikahan tanpa resepsi yang Kimi maksud, sangat sederhana. Dan Arkan tahu dirinya tidak keberatan sama sekali meski hanya dihadiri oleh orang terdekat mereka. Namun mampu membuat acara itu penuh dengan kebahagiaan. Orang-orang disekitarnya terus melebarkan senyumnya. Membuat sudut bibir Arkan juga ikut tertarik berlawanan.

Matanya menatap wanita yang kini duduk disebelahnya dengan wajah tertunduk itu. Ia tidak bisa melihat wajahnya hingga suara Pak penghulu itu menginterupsi.

"Silakan dibaca kan doa, mempelai pria."

Dengan gugup Arkan mengulurkan tangannya, Ia dapat merasakan dinginnya telapak tangan Kimi itu saat menyambut tangannya.

"Dicium tangan suami, mu. Kim" ujar Om Galang pada putrinya yang hanya diam menatap tautan tangan mereka.

Kimi menunduk mengecup punggung tangannya, dan saat tautan tangan mereka terlepas. Ia lekas menyentuh ubun-ubun Kimi dengan telapak tangan kananya seraya melafalkan doa yang dibimbing oleh Pak penghulu.

Ini adalah pilihan Arkana, dan ia tahu setelah ini. Ia akan mengenyam tanggung jawab besar. Bukan lagi tentang dirinya melainkan tentang dia, mereka.

Orang-orang mulai menikmati acara sederhana itu dengan mulai menyantap hindangan dirumah minimalis itu. Arkan menatap Bunda yang sesekali tertawa bersama Tante Amy yang memeluk Kimi. Wanita itu hanya mengangguk kecil menanggapi beberapa wejangan dari Ibunya.

Juga kini ia yang tersenyum menyambut pelukan hangat dari Om Galang.

" Selamat, yah!"

"Terima kasih, om."

"Papa, Ar!" Protes Om Galang mengoreksi panggilannya.

Ia mengangguk seraya membalas pelukan itu. Anehnya, ia seolah bisa merasakan kehadiran Ayahnya yang juga ikut tersenyum, lalu lekas berganti oleh suara gadis berambut pendek yang seperti memenuhi ingatannya. Yang setiap ucapannya masih sama meski sudah beberapa tahun berlalu.

"*Kaka ngga harus selalu kuat, karena Kaka juga berhak untuk rehat. Berhak juga untuk mengutarakan isi hati. Dan menangis ngga akan, buat Kaka kelihatan lemah*."

1
Asrar Atma
Abang Ar, hati-hati dijaga hatinya istri/Angry/
Kesini
lanjut Thor
Kesini
ah manis
Kesini
Alhamdulillah, ada hikmahnya saya tidak jadi pelakor
Asrar Atma
beda emang doa orang baik, kata-kata nya terusan indah nih
Asrar Atma: tersusun
total 1 replies
Abel Peony
Unyuk?/Drowsy/
Asrar Atma
tumbuhkan lah benih cinta itu/Determined/
Asrar Atma
aku malah bacanya ngga cantik tadi, jadi ngulang lagi baca nya ternyata salah
Kesini
ku kira murahan tadi/Curse/
Kesini
lah lah bearti kamu sayang kimi
Kesini
mang Danang sama man dang memang kembar
Kesini
habis panen langsung ngembengkel
Kesini
belikan saya kue
Asrar Atma
cuma dinovel yang nyebelin gini jadi lucu
Asrar Atma
itu adalah kebiasaan perempuan yang ngga tahu kenapa, tapi percaya deh aku juga kesal kalo jadi abang Arkan
Asrar Atma
kimi ngga butuh apapun, biar dicintai suaminya /Doubt/
Asrar Atma
sedikit kesal pada abang Ar/Grimace/
Asrar Atma
oh gitu tuh, ngerti jadi sih dari sudut pandang kimi. eh akhirnya Arkan deh yang suka. jadi berbalik gitu/Angry/
Kesini
mellow
Kesini
pantas kau kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!