"kamu pembunuh"
"kamu pembawa keburukan bagi kehidupanku"
"seharusnya kamu tidak pernah lahir"
Sabrina harus menanggung semua perkataan dan perlakuan buruk dari ayah kandungnyan yang sangat membencinya. Hingga akhirnya Sabrina di buang oleh ayah kandungnya sendiri.
Semua kesedihan Sabrina berakhir saat Bibi adik dari ibunya mengajaknya tinggal bersama keluarga besar ibu Sabrina di kota Solo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 28
Mobil milik Raka memasuki pelataran rumah sakit Arbecio Medical hospital. Wibisana dan Helena telah sampai di rumah sakit lebih cepat, mereka segera mendorong bankar dengan di bantu perawat membantu membaringkan Candra. Eliana menangis sesegukan melihat opanya yang tidak berdaya.
Adrian tidak banyak bicara, dia dan Wibisana masuk ke dalam ruangan khusus untuk memeriksa Candra. Helena mulai menginterogasi Raka dan Eliana. Bertanya apa yang sebenarnya terjadi, Eliana menatap Raka untuk meminta persetujuannya untuk menceritakan apa yang membuat Candra terkena serangan.
Helena sangat terkejut dan sedih, dia sama sekali tidak menyangka jika Bima dan Anjani melakukan sesuatu yang di larang agama.
Satu jam berlalu, Adrian dan Wibisana keluar dengan wajah sedih. Helena segera menghampiri suaminya bertanya tentang papa mertuanya.
“Bagaimana dengan keadaan papa, pi?” tanya Helena khawatir.
“saat sekarang papa masih dalam keadaan kritis. kami harus segera mengoperasi papa, saat ini jantung untuk transplantasi dalam perjalanan dari kota Bandung” Adrian duduk di ruang tunggu dengan wajah tertekuk.
“lalu kenapa papa belum di operasi pi?” tanya Helena heran.
“dokter bedah Fendi yang seharusnya menangani operasi opa, berada di jepang untuk pertemuan tentang metode bedah terbaru. Jika kita menunggu dokter Fendi takutnya opa...” Wibisana tidak melanjutkan perkataannya membuat Helena, Raka dan Eliana mengerti jika kondisi Candra sangat mengkhawatirkan.
“kak Raka, papi bagaimana keadaan opa?” tanya Bima baru saja datang bersama Anjani. Tampak kemarahan di mata Adrian yang langsung menghampiri Bima melayangkan tamparan cukup kuat ke wajahnya.
Raka dan Wibisana segera memegangi Adrian yang terlihat sangat marah, Helena dan Eliana menghampiri Bima juga Anjani yang terlihat ketakutan.
“pi, tenang.... semua ini pasti ada penjelasannya. Jangan tersulut emosi, bicarakan dengan baik-baik, papa pasti tidak akan menyukai hal ini” Helena menengahi Adrian.
Adrian menarik nafasnya berusaha tenang, Raka membantu menjelaskan duduk permasalahan hingga kecurigaannya pada Adrian.
“pi, semua ini kecelakaan. Ada orang yang ingin mencelakai Raka dengan memberi minuman yang sudah di campur obat. Tapi minuman itu Raka berikan pada Bima membuat Bima bereaksi sehingga terjadilah hal yang kita lihat di kamar itu” jelas Raka membantu Bima dan Anjani.
Eliana teringat saat Anjani yang menghilang dari toilet.
“Jani, sewaktu di toilet kamu menghilang kemana? Kenapa kamu bisa berada di kamar Kak Bima?” Eliana bertanya pada Anjani yang juga kebingungan menjelaskan bagaimana.
“aku...aku nggak terlalu ingat. Samar-samar aku melihat seseorang menolongku mengantar ke kamar setelah itu aku nggak bisa ingat apa pun sampai opa dan om datang” jelas Anjani dengan wajah tertunduk.
“Elia bilang kamu sempat meminum minuman, minum apa?” tanya Wibisana yang sudah mengetahui ceritanya dari Raka Dan Eliana.
“aku nggak tahu itu minuman apa, tapi setelah meminumnya aku merasa pusing dan panas” jelas Anjani lagi.
Adrian termenung mendengar pembelaan diri mereka, sudah sangat jelas ada yang menjebak mereka.
“Raka, apa kamu sudah menyuruh orang untuk memeriksa CCTV?” tanya Adrian,
“sudah pi, kita hanya menunggu kabar saja” kata Raka menenangkan Adrian.
“sekarang, gi mana dengan opa kak?” Tanya Bima.
“kurang baik” Raka terlihat cemas,
“pi, bukannya papi merekrut murid berbakat Dr. James yang di Jerman itu. Kalo tidak salah dia ponakannya Wulan, namanya... “ Helena mengingat ponakan sahabatnya yang juga dokter bedah.
“mbak Sabrina!!” Anjani memberanikan diri menatap keluarga Wiguna.
“iya Sabrina, Jani tolong hubungi mbakmu. Kami sangat butuh bantuannya, Mami mohon, “ pinta Helena, saat ini lebih penting baginya menyelamatkan Candra.
Adrian menatap dingin Anjani, dia masih terlihat sangat marah namun dia harus mengesampingkan rasa amarahnya demi Candra.
“Jani, tolong hubungi Sabrina dan minta juga seluruh keluarga besarmu datang ke Jakarta. Kita harus membicarakan permasalahan ini. Katakan pada Sabrina jika kami mengirimkan pesawat jet malam ini” Adrian menatap dingin Bima.
“ba ba ba baik om” Anjani segera mengeluarkan ponselnya menghubungi Sabrina, dia menatap layar ponselnya yang menunjukkan pukul setengah satu malam.
“Raka, siapkan pesawat jet pribadi kita untuk menjemput Sabrina dan keluarga besarnya. Semakin cepat semakin baik” pinta Adrian berdiri di depan pintu ruang ICU, perintahnya langsung di laksanakan Raka. Dia lalu menghubungi sekretarisnya Selly untuk segera memerintahkan pilot melakukan penerbangan tengah malam karena emergency.
Anjani mencari kontak Sabrina lalu menekan tombol hijau menghubungi. Sabrina yang baru saja menyelesaikan shalat malamnya segera mengangkat telepon dari adiknya,
“Assalamualaikum dek, kamu belum tidur?” tanya Sabrina sambil melipat mukenanya, rambut panjang lurus dan lebat terurai menambah nilai plus kecantikannya.
“waalaikum salam, belum mbak”
Kening Sabrina mengkerut saat mendengar suara Anjani yang lemah,
“Kamu kenapa Jani? Apa kamu sakit atau ada masalah?” tanya sabrina membuat Anjani terdiam,
“Jani, kamu kok diam?” Sabrina bingung, dia dapat merasakan jika Anjani dalam keadaan yang tidak baik.
“Jani baik-baik saja kok mbak, Mbak papinya Elia meminta mbak dan seluruh keluarga untuk datang ke Jakarta sekarang. Opanya Elia terkena serangan jantung Mbak dan harus segera di operasi. Terus jantung yang akan di gunakan untuk transplantasi dalam perjalanan ke Arbecio Medical Hospital. Beliau juga mengatakan akan ada pesawat jet yang akan menjemput mbak dan keluarga di sana” Jelas Anjani.
“Jani ada apa sebenarnya? Kenapa tuan Adrian meminta keluarga kita juga datang?” Sabrina bingung saat Adrian juga meminta seluruh keluarga untuk datang.
“mbak, saat ini Jani nggak bisa menjelaskannya lewat ponsel, lebih baik saat semuanya sudah di sini akan Jani jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, sebaiknya sekarang mbak dan keluarga bersiap-siap untuk berangkat malam ini” jelas Anjani
“Baiklah kalo itu maunya kamu, mbak akan bersiap-siap dulu. Sampai jumpa di sana yo. Assalamualaikum” Sabrina mengakhiri panggilannya dan segera membangunkan semua anggota keluarga Adiwijaya.
Walaupun masih mengantuk, Selly segera melaksanakan perintah Raka menghubungi pilot untuk melakukan penerbangan ke Surakarta yang memakan waktu sekitar sejam lebih.
Raka menatap iba pada Anjani yang terlihat kacau,
“mi, lebih baik mami, Eliana dan Anjani pulang saja biar Bima yang akan mengantar mami dan yang lainnya. Ada Raka, papi dan Wibisana yang menemani opa di sini” Raka meminta Helena untuk pulang.
Helena ingin menolak, namun dia melihat Anjani dan Eliana yang sudah kelelahan. Terlebih Anjani yang terlihat kacau dan pucat, walau rasa sakit di bagian sensitifnya sudah berkurang.
“baiklah, jika terjadi sesuatu segera hubungi mami” Helena mengikuti saran Raka, dia lalu mendekati Adrian memegangi pundak memberi kekuatan pada suaminya.
“Pi...” Helena dapat melihat kesedihan di mata Adrian yang berusaha tegar.
“Nggak apa-apa mi, papi akan menghubungi mami jika terjadi sesuatu. Sebaiknya mami dan Elia mengajak Anjani pulang, dia terlihat kacau” kata Adrian yang memegang kedua bahu istrinya.
*************
secepatnya author akan up lagi tiap hari, mohon bersabar menunggu kelanjutannya...🤗🤗🤗🤗
tetap terus dukung Author😊😊😊
dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻
jangan lupa juga kasih rate dan commetnya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat nulisnya...✍️✍️✍️
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
❤️❤️❤️❤️❤️ all...
Bagus kak cerita nya,, semoga aku bisa terinspirasi dari novel nya kakak...
jaman now koq lelet🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Happy....
ditunggu karya lainnya
awak dewek = Ibu dewe
Ngapa = Ngopo