NovelToon NovelToon
Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Cintapertama
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: secretwriter25

Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.

Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.

Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Mencoba menghancurkan

Suara langkah kaki bersepatu hak terdengar jelas memasuki gedung hotel terbengkalai itu, tempat persembunyian beberapa kriminal bayaran. Selina melangkah masuk dengan tatapan dingin dan angkuh. Di belakangnya, tiga bodyguard berjalan rapi, langkahnya kokoh mengikuti irama langkah sang majikan.

Begitu pintu depan dibuka, aroma lembap bercampur bau alkohol yang menguap dari ruangan dalam langsung menghantam hidung. Namun Selina tidak menunjukkan reaksi apa pun. Para penculik yang berjaga di dekat pintu buru-buru berdiri tegap dan menundukkan kepala dengan hormat. 

“Apa semuanya sesuai rencana?” suara Selina meluncur tenang.

Seorang pria melangkah mendekati Selina. “Tidak ada kesalahan, Nona. Karena kami tidak pernah melakukan kesalahan,” jawab salah satu dari mereka.

"Bagus." Selina mengangguk cepat.

Ia melangkah perlahan masuk ke area utama, tumit sepatunya mengetuk lantai beton. Salah satu penculik membuka pintu menuju ruang sempit tempat Seraphina dikurung. 

“Dia ada di dalam, Nona," ucapnya.

Selina tidak menanggapi, ia hanya mengangguk kecil, isyarat yang cukup untuk membuat laki-laki itu mengerti. 

Selina berdiri tegak di tengah ruangan, matanya menyapu seluruh ruangan dengan pandangan tajamnya. Tatapannya berhenti pada seorang pria yang asyik menghisap rokoknya.

"Apakah ada ruangan untukku?" tanyanya.

Pria itu melempar puntung rokoknya ke lantai lalu menginjaknya. "Tentu, Nona. Di lantai atas ada kamar VIP yang masih sangat bagus dan nyaman untuk dijadikan tempat beristirahat," jelasnya.

"Baiklah Tuan Joe, saya ingin beristirahat di sana. Berikan privasi untuk saya dan bodyguard saya," pinta Selina.

Joe—pemimpin sindikat kriminal bayaran itu mengangguk pelan. "Antar ke atas!" ucapnya memerintah salah satu anak buahnya.

Selina di tuntun oleh seorang pria ke lantai dua. Di sana suasananya sedikit berbeda dengan di lantai satu. Beberapa kamar di sana juga tampak bersih dan rapi.

Selina pun masuk ke dalam kamar terbaik. Ia meminta Sergio menemaninya, sementara dua bodyguard lain menjaga di depan pintu.

"Sudah waktunya melakukannya, Gio. Kau ingat perintahku kemarin?" Selina menatap Sergio.

"Saya mengingatnya, Nona…" Sergio mengangguk cepat.

"Lakukan sekarang! Hancurkan dia!" perintah Selina.

Dengan suara dingin dan tak berperasaan, Selina memberi perintah pada Sergio untuk melakukan sesuatu yang akan membuat Seraphina hancur. 

Sergio kembali turun ke lantai satu, lalu melangkah masuk ke tempat Seraphina disekap. Sementara Selina menunggu Sergio sambil memantau Cctv di depan pintu kamar Sera.

Selina tertawa keras saat melihat pintu kamar Sergio tertutup. Sebenarnya dia ingin melihat pemandangan itu secara langsung tapi Sergio tidak ingin Selina melihatnya meniduri gadis lain. Sergio mengatakan dia akan terluka jika Selina melihatnya secara langsung.

“Padahal akan jauh lebih menyenangkan jika aku bisa melihatnya secara langsung!” gerutu Selina. Tapi dia memilih menuruti permintaan Sergio daripada melihat Seraphina di tiduri pria lain.

Setelah beberapa jam di dalam ruangan Seraphina—Sergio pun keluar dari kamar tanpa ekspresi. Ia bergegas naik ke lantai dua, menemui kembali sang Nona yang sedang menunggunya.

“Nona… aku sudah melakukannya,” ucap Sergio melapor.

“Kau menikmatinya?” tanya Selina.

“Dia terlalu banyak meronta. Menyebalkan sekali!” jawab Sergio. 

Selina tertawa kecil. Dia bisa melihat banyak sekali cakaran di tubuh Sergio. “Dia tahu kalau kau yang menidurinya?”

Sergio menggeleng cepat. “Tentu saja tidak, Nona. Matanya ditutup kain putih. Dia tidak bisa melihatku.” 

“Sedang apa dia sekarang?”

“Dia pingsan karena lelah, Nona.”

Selina menarik napas panjang lalu tersenyum lebar. “Aku akan turun dan melihatnya.”

Selina turun ke lantai bawah—diikuti oleh Sergio. Ia melangkah masuk ke dalam kamar Seraphina, melihat kondisi saudarinya yang berantakan dan tak berdaya. Seraphina sama sekali tidak sadarkan diri. Gaun dan rambutnya tampak berantakan dan lusuh, bau sperma bercampur dengan bau rokok dan alkohol dari luar ruangan. Darah di seprai putih membuat Selina semakin yakin bahwa Sergio menjalankan perintahnya dengan baik.

“Biarkan dia istirahat hari ini. Besok—kalian akan mengambil giliran.” Selina menatap Joe.

“Lima belas orang?” tanya Joe sekali lagi.

“Aku tidak peduli. Bahkan jika itu seratus orang!” ujar Selina. “Aku hanya ingin dia hancur, sehancur-hancurnya.”

“Bagaimana jika dia mati?” tanya Joe.

“Jangan sampai dia mati. Aku akan membunuh kalian jika dia mati. Pakai saja sepuasnya tanpa membunuhnya!” tegas Sera.

“Apa tidak bisa melakukan kekerasan sedikit?” tanya Joe menawar.

“Lakukan saja. Asal jangan sampai mati,” jawab Selina. “Dan… jangan sentuh dia sampai aku mengizinkan kalian menyentuhnya!”

“Baik, Nona!” jawab Joe.

“Pasang Cctv di ruangan ini. Aku ingin memantaunya!” perintah Sera.

“Kami akan memindahkannya ke kamar yang terpasang cctv,” jawab Joe.

“Cepat lakukan!” ucapnya lalu tersenyum miring.

“Selamat datang di neraka yang aku ciptakan, Sera…” batinnya.

Langit malam terasa lebih gelap dari biasanya, seolah ikut menampung amarah dan kecemasan Orion yang terus mendidih. Sudah berjam-jam sejak Seraphina menghilang tanpa jejak. CCTV kota tidak memberi jawaban, telepon tak tersambung, sinyal ponselnya mati. Orion tahu ini bukan penculikan biasa. Dan siapa pun yang melakukannya, bergerak dengan cara yang terlalu bersih.

Ia tidak mau menunggu polisi yang bergerak lambat dengan prosedurnya. Sera mungkin sedang ketakutan, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Orion menekan satu nomor—kontak darurat yang hanya dipakai jika situasi benar-benar mengancam hidup seseorang.

Beberapa jam kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di depan rumahnya. Dari dalam mobil turun empat orang berpakaian serba gelap. Gerakan mereka cepat, tegas, dan tidak menunjukkan emosi. Mereka bukan detektif biasa. Mereka adalah agen pencari profesional, kelompok yang bekerja dalam bayang-bayang, biasa dipakai untuk menyelamatkan anak hilang, korban perdagangan manusia, hingga kasus perburuan tingkat tinggi.

Pemimpinnya, seorang pria berwajah tirus bernama Varden, langsung menyapa Orion dengan anggukan singkat. “Kami butuh semua detail dari awal,” katanya tanpa basa-basi.

Orion menyerahkan semua yang dia punya, screenshot pesan terakhir Sera, rekaman CCTV dari villa dan sekitar taman bermain, lokasi terakhir ponsel Sera sebelum mati, dan nama-nama orang yang mungkin punya motif mencelakainya. 

Dalam hitungan menit, rumah Orion berubah menjadi pusat operasi. Mereka memasang laptop, layar besar, peta digital, dan beberapa perangkat yang bahkan Orion belum pernah lihat sebelumnya. Suasana terasa seperti gabungan antara ruang interogasi dan markas intelijen.

“Ada jeda enam menit saat lokasi ponsel Nona Seraphina keluar villa, setelah itu sinyal ponselnya berpindah tiga kilometer ke arah barat lalu mati,” ujar salah satu agen wanita bernama Lyra sambil memperbesar peta digital. “Itu terlalu cepat untuk berjalan kaki.”

“Jadi dia dibawa paksa ke mobil,” gumam Orion, rahangnya mengeras.

Lyra mengangguk. “Kemungkinan besar, ya.”

“Tapi tidak sembarangan mobil bisa masuk ke area villa itu, sementara villa dan taman bermain sedang ditutup,” ucap Orion.

“Kemungkinan penculik bekerja sama dengan seseorang yang punya akses ke villa,” jelas Lyra. “Tapi yang terpenting sekarang, melacak lokasi Nona Seraphina, bukan?”

Orion  mengangguk cepat. “Temukan saja lokasinya. Sisanya biar saya yang urus!”

Mereka menelusuri rekaman CCTV lain di sekitar wilayah itu. Satu per satu kamera kota dibuka, namun banyak kamera yang entah kenapa mati di jam yang sama. Lyra menatap layar dengan alis berkerut. “Ini sengaja. Bukan kebetulan.”

Varden menatap Orion. “Pelakunya terlatih. Mereka tahu titik buta kota ini.”

Meski begitu, mereka tidak menyerah. Mereka memperluas pencarian hingga radius lima belas kilometer. Beberapa rekaman CCTV dari toko kecil akhirnya menunjukkan sedikit petunjuk—sebuah mobil van gelap melintas cepat tanpa plat.

“Arah utara,” ujar Varden. “Mereka menghindari jalur utama. Kemungkinan menuju kawasan industri atau daerah kosong.”

Orion merasakan sesuatu menusuk dadanya—campuran harapan dan ketakutan. “Kejar mereka sampai dapat. Jika Seraphina terluka, aku akan menghancurkan kota ini!” ujarnya dengan tatapan dingin.

🍁🍁🍁

Bersambung

1
Puji Lestari Putri
Makin ngerti hidup. 🤔
KnuckleBreaker
Beneran, deh, cerita ini bikin aku susah move on. Ayo bertahan dan segera keluarkan lanjutannya, thor!
Victorfann1dehange
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!