Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kondisi Jendral Rakha
Beberapa saat kemudian Putri Ayu perlahan sadar, dia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk kedalam retina mata Putri Ayu. Saat dia membuka matanya,orang yang pertama kali dia adalah Anggun,Beni dan Vano yang saat ini sedang berdiri di samping ranjangnya. Dia mengernyit heran bukannya tadi Jendral Rakha berada di sampingnya, lantas kemana dia sekarang?
"Yu kamu sudah sadar," gumam Anggun sembari menggenggam tangan Putri Ayu dengan erat.
Putri Ayu tersenyum meskipun wajahnya masih terlihat sangat pucat. Dia menoleh ke samping di sana terdapat ayah dan juga ibu mertuanya yang berdiri disana.Ayu yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi langsung saja angkat bicara.
" Ma, dimana Jendral Rakha?" tanya Putri Ayu.
Putri Ayu merasa heran kemana perginya Jendral Rakha,bukannya tadi saat proses persalinan dia tetap di sampingnya, menunggu dan membantu saat proses melahirkan itu.Lantas kemana dia sekarang. Di saat seperti ini dia menghilang, padahal seharusnya dia saat ini sudah mengadzani anaknya dan memangkunya tapi dia justru malah menghilang bak di telan bumi.
" Tuh suamimu,Ayu," tunjuk Mama mertuanya ke arah Jendral Rakha yang saat ini sedang menutup matanya di atas kursi sederhana yang berada di rumah sakit itu.
"CK, padahal aku yang capek, setelah melahirkan anaknya, tapi kenapa malah dia yang istirahat," gumam Putri Ayu dengan pelan menatap ke arah Rakha.
Anggun dan yang lainnya saling tatap, mereka merasa aneh dengan situasi seperti ini, apalagi tentang jendral Rakha yang tiba-tiba saja sudah berada di ruang persalinan. Bahkan tidak ada yang tahu kalau saat ini Jendral Rakha berada di rumah sakit kota.
"Kami juga tidak tahu Yu,tadi saat kami masuk kesini,suamimu sudah tidak sadarkan diri di lantai dengan posisi tengkurap," timpal Vano menatap Putri Ayu.
"Hah, tidak sadarkan diri? Bukannya dia tadi...." Putri Ayu tidak melanjutkan ucapannya dia hanya mengingat apa yang tadi terjadi di ruangannya saat bersama dengan Jendral Rakha.
"Atau jangan-jangan dia...." Ayu terdiam apakah mungkin Jendral Rakha tadi melihat jalur bayi untuk melahirkan tapi itu sangat mustahil.Putri Ayu hanya menggelengkan kepala mengusir pikirannya yang kacau itu.
" Ayu,kamu sudah sadar?" teriak salah satu dokter kepada Putri Ayu berjalan mendekat ke arah putri Ayu. Memeriksa luka di tubuhnya baik itu luka bagian luar atau bagian dalam.
Putri Ayu tersenyum sembari menganggukkan kepala." Iya dokter, hanya saja Ayu masih sedikit lelah pasca melahirkan," keluhnya kepada sang dokter.
Dokter itu hanya tersenyum tipis menatap Putri Ayu yang terlihat kondisinya sudah mulai membaik,apalagi saat ini keadaan bayinya juga sehat dan sempurna.
"Syukurlah kalau begitu,saya senang mendengarnya." Dokter itu mengulas senyumnya dengan lembut.
"Iya dok,terima kasih,"
"Sama-sama Ayu,lagian semua ini sudah menjadi tugas saya," jawabnya dengan lemah lembut.
Putri Ayu menoleh menatap ke arah Jendral Rakha yang saat ini masih tidak kunjung bangun juga. Ada rasa khawatir yang tiba-tiba saja hinggap dalan hati Putri Ayu padahal selama ini Jendral Rakha sudah melukai hatinya tapi entah kenapa Putri Ayu tidak bisa membencinya.Pikirannya bahkan sekarang bertanya-tanya ada apa dengan Jendral Rakha dan kenapa dia bisa seperti itu.
"Dokter, sebenarnya ada apa dengan suami saya kenapa dia masih belum bangun juga, Ayu khawatir dia tumbang karena kelelahan," kata Putri Ayu kepada sang Dokter dengan raut wajah yang terlihat sangat cemas.
Sedangkan Dokter yang menangani Ayu melahirkan dia hanya menyunggingkan senyumnya menatap ke arah Jendral Rakha yang saat ini tidak kunjung sadarkan diri.
"Kamu tenang saja Ayu, Jendral Rakha baik- baik saja dia tidak kenapa-napa kok," jawabnya kepada Ayu.
Semua orang mengernyitkan dahinya heran, menatap dokter itu dengan tatapan tak percaya apakah dokter itu tidak salah? Sudah jelas-jelas Jendral Rakha itu tidak sadarkan diri masih saja dia bilang Jendral Rakha baik- baik saja.
" Dok jangan bercanda, bukannya dokter tahu sendiri sedari tadi sang Jendral masih saja tidak sadarkan diri seperti orang mati," kata Anggun yang tidak percaya dengan ucapan Dokter itu.
"Memang seperti itu kenyataanya,Jendral Rakha baik-baik saja." Dokter itu menatap ke arah Jendral Rakha dan semua orang secara bergantian.
Vano yang sedari tadi diam saja ikut angkat bicara. Dia penasaran sebenarnya kenapa dengan Jendral Rakha dan bagaimana kondisinya sekarang.
"Dokter jika Jendral Rakha baik-baik saja lantas dia kenapa bisa seperti itu, setidaknya kasih kami alasan supaya kami percaya dengan ucapan dokter." Semua orang mengangguk cepat mereka semua juga penasaran apa yang terjadi dengan sang Jendral.
"Kalian yakin ingin tahu kenapa Jendral kalian bisa seperti itu?" tanya Dokter itu menatap ke arah Vano dan Beni bergantian.
Sedangkan Anggun dan Ayu mereka justru semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Tidak mungkin dokter itu bertanya seperti itu jika bukan ada sesuatu yang seharusnya tidak di ketahui mereka berdua.
"CK,Dokter katakan saja jangan membuat kita menunggu dan malah semakin penasaran," jawab Vano yang sudah geregetan kepada dokter itu.
"Iya dokter lagian kita siap kok mendengar nya," timpal Beni dengan percaya diri.
Karena merasa semua orang di sana sudah mendesak nya akhirnya dokter itu angkat suara. Menatap Vano dan Beni dengan tatapan serius lalu menjelaskan kondisi Jendral Rakha yang sebenarnya kepada mereka semua.
"Jendral kalian berdua itu pingsan karena dia melihat jalan lahir sang bayi saya gunting, lagian salah sendiri kenapa dia iseng banget, istrinya lagi menahan sakit juga dia masih sempat-sempatnya mengintip ," kata dokter itu dengan gamblang kepada Vano dan Beni.
Ayu membuang mukanya ke arah lain, merasa malu dengan penuturan sang Dokter begitu juga dengan Mama mertuanya dan Anggun sedangkan Vano dan Beni mereka berdua melebarkan matanya dengan mulut menganga lebar.
"Apa? Digunting?"
Vano dan Beni dengan Reflek memegangi aset berharganya.Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya jika aset mereka berdua di gunting dengan gunting yang sangat tajam, atau gunting yang tumpul.
"Dokter,kamu tidak akan menggunting aset kami kan dok?" tanya Beni dengan raut wajah yang sudah terlihat pias dan pucat pasi.
"Tentu saja saya akan mengguntingnya, apakah kalian mau saya gunting sekarang?" tanya dokter itu kepada Beni sambil tersenyum licik.
"Tidak dok kami tidak mau, pasti rasanya ngilu sekali dok," jawab Vano sambil memegangi tengkuk lehernya,bergidik ngeri.
Dokter itu mengeluarkan sebuah Gunting kecil dalam saku Jasnya memperlihatkan kepada Vano dan Beni.
" Tidak dok jangan Aaaaa,"
"Jangan Dok, Aaaa."