NovelToon NovelToon
KU HARAMKAN AIR SUSUKU

KU HARAMKAN AIR SUSUKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Balas Dendam / CEO / One Night Stand / Anak Kembar / Dokter
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Rindi, seorang perempuan berusia 40 tahun, harus menelan pahitnya kehidupan setelah menjual seluruh hartanya di kampung demi membiayai pendidikan dua anaknya, Rudy (21 tahun) dan Melda (18 tahun), yang menempuh pendidikan di kota.

Sejak kepergian mereka, Rindi dan suaminya, Tony, berjuang keras demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya agar mereka bisa menggapai cita-cita. Setiap bulan, Rindi dan Tony mengirimkan uang tanpa mempedulikan kondisi mereka sendiri. Harta telah habis—hanya tersisa sebuah rumah sederhana tempat mereka berteduh.

Hari demi hari berlalu. Tony mulai jatuh sakit, namun sayangnya, Rudy dan Melda sama sekali tidak peduli dengan kondisi ayah mereka. Hingga akhirnya, Tony menghembuskan napas terakhirnya dalam kesedihan yang dalam.

Di tengah duka dan kesepian, Rindi yang kini tak punya siapa-siapa di kampung memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin bertemu kedua anaknya, melepas rindu, dan menanyakan kabar mereka. Namun sayang… apa yang dia temukan di sana.........

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. PREMAN BAYARAN.

Dari kejauhan, sebuah mobil melaju kencang dan berhenti di samping mobil Rudy.

Dari dalamnya keluar beberapa pria berbadan kekar yang kemudian menghampiri Rudy, yang duduk di dalam mobil dengan kaca jendela terbuka.

“Bos, apa yang harus kami lakukan?” tanya salah satu dari mereka.

“Aku ada pekerjaan untuk kalian. Malam ini, pergilah ke rumah sakit. Di ruang rawat inap ada seorang pasien perempuan bernama Rindi, usianya sekitar empat puluh tahun. Aku ingin kalian melenyapkannya. Tapi ingat, jangan sampai ketahuan. Lakukan tanpa meninggalkan jejak,” ucap Rudy dengan nada datar.

“Tenang saja, Bos. Kami sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti ini. Dari Sekian banyak kasus yang sudah kami tangani, tidak ada satu pun yang gagal apalagi ketahuan,” jawab pria itu dengan percaya diri tinggi.

Rudy mengangguk, lalu mengambil sebuah amplop tebal dari dalam jaketnya.

“Ini uang muka kalian. Setelah selesai malam ini, sisanya akan aku bayar,” katanya singkat.

Salah satu dari mereka menerima amplop tersebut tanpa banyak bicara, lalu mengajak temanya untuk kembali ke mobil dan melaju pergi. Rudy masih duduk di tempatnya, menatap jalan yang basah oleh hujan.

Mobil orang suruhan Rudy terus berjalan menembus gelapnya malam menuju rumah sakit, tempat target mereka berada untuk melaksanakan aksinya.

“Ternyata mencari uang di kota semudah membalikkan telapak tangan. Hanya perlu sedikit keberanian dan koneksi yang tepat,” ujar salah satu pria yang duduk di kursi depan sambil tertawa kecil.

“Keberanian?” sahut pria di belakangnya.

“Yang penting ada uangnya. Urusan nyali, nanti juga hilang kalau sudah terbiasa.”

Mereka tertawa pelan, seolah apa yang akan mereka lakukan hanyalah pekerjaan biasa. Di kursi kemudi, sopir mereka tetap fokus pada jalanan yang licin karena hujan. Lampu jalan berkilau redup di kaca depan, memantulkan bayangan wajah-wajah tanpa rasa berdosa.

“Targetnya di ruang rawat nomor berapa?” tanya salah satu dari mereka.

“Ruang 207,” jawab yang lain singkat sambil menatap pesan di ponselnya.

“Perempuan, umur sekitar empat puluh tahun. Kata bos, selesaikan tanpa meninggalkan jejak.”

Suasana di dalam mobil tiba-tiba menjadi hening. Tak ada lagi canda. Yang tersisa hanyalah napas berat dan pandangan dingin yang saling bertukar dalam kegelapan.

Mobil mereka akhirnya berhenti di dekat area parkir rumah sakit. Mereka turun satu per satu, mengenakan jaket gelap dan topi untuk menutupi wajah.

“Lakukan dengan hati-hati dan ingat, jangan sampai ketahuan. Kita bagi tugas: Andy dan Anton, alihkan perhatian satpam supaya kami bisa masuk. Ramli, pantau CCTV rumah sakit. Sedangkan kami bertiga akan menuju ruang target untuk membereskan semuanya. Setelah itu, kita langsung pergi,” perintah salah satu dari mereka sambil berbisik Tegas.

Mereka mengangguk cepat. Tanpa banyak bicara, kelompok itu berpisah sesuai rencana.

Andy dan Anton berjalan menuju pos keamanan di dekat pintu utama rumah sakit. Dengan pura-pura mabuk, mereka mulai membuat keributan kecil agar perhatian satpam teralihkan. Dua petugas keamanan segera keluar dari pos, mencoba menenangkan mereka.

Sementara itu, Ramli menyelinap ke ruangan kontrol kamera. Ia membuka pintu perlahan dan segera menonaktifkan dua monitor yang menyorot lorong menuju ruang rawat Rindi.

"Aman,” gumamnya pelan sambil menekan tombol rekam ulang agar tak ada jejak aktivitas malam itu.

Tiga pria lainnya bergerak cepat melalui lorong gelap yang lengang. Lampu beberapa kali berkelip, membuat bayangan mereka tampak samar di dinding.

“Ruang 207… di ujung,” bisik salah satu dari mereka.

Sesampainya di depan pintu, mereka berhenti sejenak. Salah satu dari mereka membuka tas kecil, mengeluarkan sarung tangan dan kain hitam.

Ketika hendak memutar gagang pintu, langkah kaki terdengar dari ujung koridor. Seorang perawat sedang mendorong troli obat, berjalan ke arah mereka.

“Cepat, sembunyi!” bisik pemimpin mereka.

Mereka segera menepi ke balik pintu darurat. Perawat itu berhenti tepat di depan kamar Rindi, lalu membukakan pintu dan mendorong troli obatnya masuk ke Dalam.

Di dalam kamar, perawat itu memeriksa kondisi Rindi dengan teliti. Ia melihat cairan infus yang menetes perlahan, memastikan tekanan darah stabil. Semuanya tampak normal, namun perawat itu sempat mengernyitkan dahi saat melihat ekspresi Rindi yang tampak gelisah meski masih terlelap.

“Sepertinya pasien ini mengalami tekanan batin cukup berat,” gumamnya pelan. Ia kemudian menuliskan catatan kecil di papan data pasien sebelum menutup kembali selimut Rindi hingga dada.

Rara yang tertidur di kursi sempat terbangun setengah sadar dan berkata dengan suara serak,

“Bagaimana keadaannya, Suster?”

“Semua baik-baik saja. Tekanan darahnya stabil, hanya perlu istirahat yang cukup,” jawab sang perawat lembut sambil tersenyum tipis.

"Kalau nanti pasien terbangun, tolong jangan biarkan dia terlalu banyak berpikir. Kondisinya masih terlalu lemah.”

Rara mengangguk pelan.

“Baik, Suster.”

Perawat itu lalu keluar dari kamar dengan langkah hati-hati, mendorong kembali troli obatnya ke lorong rumah sakit.

Setelah memastikan situasi aman, ketiga pria yang bersembunyi di balik pintu darurat saling berpandangan.

“Sekarang saatnya,” bisik salah satu dari mereka.

Pemimpin mereka mengangkat tangan, memberi isyarat agar anak buahnya menahan diri dan tidak bertindak gegabah.

“Tunggu dulu, biarkan suster itu benar-benar pergi sebelum kita masuk dan memulai semuanya,” bisiknya tegas namun tenang.

Suasana rumah sakit kembali hening. Hanya suara jangkrik dan hewan malam yang saling bersahutan berpadu dengan deru lembut angin malam yang menyusup melalui ventilasi lorong. Cahaya lampu redup di sepanjang koridor menambah kesan sunyi yang mencekam.

Beberapa menit berlalu. Setelah yakin situasi aman, mereka mulai bergerak. Langkah kaki mereka begitu hati-hati, nyaris tanpa suara, mendekati pintu kamar Rindi. Salah satu dari mereka membuka sedikit celah pintu dan mengintip ke dalam.

“Target masih tertidur,” bisiknya pelan.

Pemimpin mereka memberi isyarat dengan anggukan kepala. Dua anak buahnya langsung melangkah masuk, sedangkan ia sendiri berjaga di depan pintu untuk memantau situasi. Udara di dalam ruangan terasa dingin dan lembap. Lampu kecil di sisi ranjang memantulkan bayangan samar di dinding.

Rindi tertidur pulas dengan wajah pucat, selang infus masih terpasang di tangannya. Di kursi dekat ranjang, Rara terlihat terlelap, tubuhnya sedikit meringkuk dengan kepala bersandar di sandaran kursi.

Salah satu dari pria itu memberi kode pada temanya agar tidak membuang-buang waktu.

Temannya paham maksud perintah itu, lalu mulai menarik sebuah benda logam dari balik jaketnya — sebilah pisau kecil yang berkilat di bawah cahaya redup. Ia mendekat perlahan, menahan napas, berusaha agar tidak menimbulkan suara sedikit pun. Kedua tangannya terangkat, siap mengayunkan senjata itu. Targetnya saat itu jantung Rindi.

Ia yakin, dengan satu kali tusukan saja, Rindi pasti akan mati.

Gerakan tangannya dengan cepat turun dan.........

1
Purnama Pasedu
Rara mana?
Widia: tidur
total 1 replies
Ayesha Almira
semoga rindi selamat...
lin s
ckck sirudi GK tau bls budi, kpn kena krma, ibu sendiri mau dimusnahin, apa gk ada rasa ksih sayang,/Right Bah!/
Erchapram
Kak Othor, 40 tahun sudah punya anak yang menjadi pengusaha sukses dan punya bayi. Apa si Rindi menikah muda umur 15 thn, atau bagaimana? Menurutku 47 thn - 50 thn lebih ideal usia untuk Rindi.
Ma Em
Dasar anak durhaka kamu Rudy demi harta kamu malah jadi anak yg tdk akan dapat keberkahan dlm hidupmu karena kamu tdk mau mengakui ibu kandungmu sendiri pasti azab akan datang untuk menghukum mu .
Ayesha Almira
kejamnya Kamu Rudy...mata hati mu sudah tertutup
Ma Em
Semoga Rindi dan anak dlm kandungan ya baik baik saja dan selamat .
Ayesha Almira
ceritanya menarik bagus
Ayesha Almira
smga janinnya baik2 ja...
Ma Em
Tegang Thor deg degan baca bab ini , semoga Rindi bisa tertolong dan bisa sehat kembali agar bisa menyaksikan kehancuran Rudy dan Melda si anak durhaka .
Ma Em
Thor hukuman apa nanti yg akan diterima anak durhaka seperti Rudy dan Melda , jgn langsung mati Thor buat Rudy dan Melda karma yg sangat pedih .
Purnama Pasedu
tuan Luis ya
Ayesha Almira
saking udh g bisa mahn sesk di dada rindi mengeluarkan kata2 sakral.smga rindi sembuh..
Jordan Nbx
Rasakan Rudy dan melda, sudah dapat kutuk.
Ayesha Almira
smga rindi g bersujud...d bersarkan dengan kasih sayang...tp pa blsnnya...yg kuat rindi,ambaikan mereka suatu saat penyesalan dtng
Ayesha Almira
ibu kandungpun ingn mempermalukan sebegitunya Melda ma Rudy...dsaat penyesalan dtng smga hati rindi tertutup buat anak durhaka sprt Melda jg rindi
Ayesha Almira
slh tangkap Aldo...smga Luis BS melindungi rindi
Ayesha Almira
slh tangkap Aldo...smga Luis BS melindungi rindi
Purnama Pasedu
waduh,,,rindi gimana ya
Ayesha Almira
duh smga rindi selamet,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!