NovelToon NovelToon
KU HARAMKAN AIR SUSUKU

KU HARAMKAN AIR SUSUKU

Status: tamat
Genre:Duda / Balas Dendam / CEO / One Night Stand / Anak Kembar / Dokter / Tamat
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Rindi, seorang perempuan berusia 40 tahun, harus menelan pahitnya kehidupan setelah menjual seluruh hartanya di kampung demi membiayai pendidikan dua anaknya, Rudy (21 tahun) dan Melda (18 tahun), yang menempuh pendidikan di kota.

Sejak kepergian mereka, Rindi dan suaminya, Tony, berjuang keras demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya agar mereka bisa menggapai cita-cita. Setiap bulan, Rindi dan Tony mengirimkan uang tanpa mempedulikan kondisi mereka sendiri. Harta telah habis—hanya tersisa sebuah rumah sederhana tempat mereka berteduh.

Hari demi hari berlalu. Tony mulai jatuh sakit, namun sayangnya, Rudy dan Melda sama sekali tidak peduli dengan kondisi ayah mereka. Hingga akhirnya, Tony menghembuskan napas terakhirnya dalam kesedihan yang dalam.

Di tengah duka dan kesepian, Rindi yang kini tak punya siapa-siapa di kampung memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin bertemu kedua anaknya, melepas rindu, dan menanyakan kabar mereka. Namun sayang… apa yang dia temukan di sana.........

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. 99.87%

Satu bulan kemudian, kondisi Rindi berangsur membaik. Tubuhnya mulai pulih, dan perutnya sudah tampak buncit layaknya perempuan hamil pada umumnya.

Sesuai janjinya waktu itu, Rindi mengundurkan diri dari restoran tempat ia bekerja. Kini ia hanya bekerja paruh waktu sebagai petugas kebersihan di hotel, biasanya pada sore hari hingga malam menjelang.

Setiap pagi, Rindi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah kecil tempat mereka tinggal. Ia membantu berbagai kebutuhan Rara sebagai bentuk balas budi atas kebaikan perempuan itu selama ini.

Terkadang, Rindi duduk di teras sambil mengelus perutnya dengan lembut, berbicara pelan seolah sedang berdialog dengan bayi yang tumbuh di dalam kandungannya.

“Anakku, kamu harus kuat, ya… Mama akan berjuang demi kamu,” bisiknya dengan senyum tipis meski matanya tampak lelah.

Di balik ketenangan yang tampak, Rindi masih sering diliputi rasa waswas. Ia tahu, masalahnya dengan keluarga Rudy belum benar-benar berakhir. Sejak peristiwa itu, tak ada lagi kabar dari mereka, namun entah mengapa, firasat buruk terus menghantui pikirannya.

Beberapa kali, ia merasa seperti diawasi. Saat bekerja di hotel, terkadang ia melihat sosok asing yang berdiri di lobi terlalu lama, atau bayangan mobil hitam yang terparkir di depan kontrakannya setiap malam.

Rindi mencoba menenangkan diri, meyakinkan hatinya bahwa itu hanya perasaan cemas berlebihan. Tapi malam itu, ketika ia pulang dari bekerja dan membuka pintu rumah, ia melihat secarik kertas diselipkan di bawah pintu.

Tangannya bergetar saat mengambilnya. Di atas kertas itu tertulis dengan huruf besar dan tegas:

“KAU TIDAK AKAN TENANG SELAMANYA PEREMPUAN KAMPUNG."

Rindi terpaku. Jantungnya berdetak kencang, dan hawa dingin tiba-tiba menyelimuti tubuhnya. Ia tahu, ancaman itu bukan sekadar kata-kata.

Seseorang di luar sana benar-benar menginginkan dirinya celaka.

Sore itu, seperti biasa, Rindi bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Setelah membereskan rumah dan menyiapkan kebutuhan Rara, ia mengenakan pakaian santainya lalu memasukkan seragam kerja, bekal makanan, serta minuman ke dalam tas.

Rara, yang merupakan rekan sekaligus teman serumahnya, saat itu sedang berada di dapur menyiapkan minuman hangat sebelum berangkat kerja malam nanti.

“Udah siap, Rin?” tanya Rara sambil menatap sekilas ke arah Rindi.

Rindi mengangguk sambil merapikan rambutnya di depan cermin kecil.

“Iya, tinggal berangkat. Kamu nanti jangan lupa makan sebelum berangkat kerja, ya.”

Rara tersenyum sambil mengaduk minumannya.

“Tenang aja, aku masih sempat santai sebelum giliran malam. Hati-hati di jalan, ya.”

Rindi mengangguk, lalu mengambil tasnya dan keluar dari rumah.

Di depan, Pak Yoyon—ojek langganannya—sudah menunggu sambil duduk di atas motor, memainkan ponsel seperti biasa.

“Lama banget, Bu Rindi,” sapa Pak Yoyon dengan senyum lebar.

“Saya kira sore ini libur kerja.”

Rindi tersenyum kecil.

"Nggak, Pak. Kalau libur malah bingung mau ngapain di rumah.”

Pak Yoyon tertawa kecil, lalu menyalakan motor.

"Seperti biasa ke hotel, ya?”

“Iya, Pak. Ke hotel,” jawab Rindi sambil naik ke boncengan.

Motor melaju perlahan meninggalkan gang kecil, menembus suasana sore yang mulai redup. Lampu-lampu jalan mulai menyala, dan langit berubah jingga keabu-abuan.

Rindi memeluk tasnya erat, pandangannya menerawang. Di antara semilir angin sore, entah kenapa, perasaan gelisah kembali menghampiri—seolah ada sesuatu yang menunggunya malam ini.

Pak Yoyon, tukang ojek langganannya, sempat melirik lewat kaca spion.

"Bu Rindi kelihatan pucat, capek ya? Apa mau saya antar sampai depan hotel aja biar nggak jalan jauh?” tanyanya dengan nada khawatir.

Rindi tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.

“Nggak apa-apa, Pak. Saya cuma kurang tidur saja,” jawabnya pelan.

Motor berhenti di depan hotel. Ia turun perlahan, membayar ongkos ojek, lalu mengucap terima kasih. Saat melangkah masuk ke area belakang hotel, langkahnya sempat terhenti. Ada perasaan aneh yang membuat bulu kuduknya berdiri—seperti ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan.

Ia menoleh cepat, namun yang terlihat hanya bayangan pepohonan dan cahaya lampu jalan yang berpendar redup. Rindi menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.

“Mungkin cuma perasaan aja,” gumamnya.

Di seberang jalan, seseorang dengan topi hitam dan masker menatapnya tajam dari balik pohon besar, lalu berbisik pelan di balik ponselnya.

“Dia sudah di sini. Tunggu perintah selanjutnya.”

Rindi terus berjalan hingga masuk ruang ganti. Disana baru perasaannya mulai membaik. Setelah berganti pakaian, ia menuju ke lorong toilet tempat ia ditugaskan.

Saking sibuknya membersihkan lantai dan dinding, tiba-tiba pintu masuk lorong toilet tertutup. Beberapa langkah kaki mengendap, lalu berhenti di belakang Rindi.

Rindi sontak kaget dan perlahan berbalik. Matanya membelalak saat melihat tiga pria bertubuh tinggi besar dan seorang perempuan yang sudah tidak asing berdiri di belakangnya.

“Sri, apa yang ingin kalian lakukan?” Rindi terpojok di sudut ruangan.

"Kau pikir bisa kabur dariku begitu saja? Aku akan menghabisi mu dan juga bayi yang ada dalam kandunganmu. Kalian bertiga, bereskan dia.” perintah Sri pada ketiga anak buahnya.

Tanpa ampun, ketiga pria itu menjambak rambut Rindi dan menyeretnya paksa masuk ke dalam toilet.

Rindi menjerit histeris, sementara Sri tersenyum puas di luar.

“Rasakan — ini akibatnya kalau berani kabur dariku,” katanya.

***********************************

Sementara itu, di sebuah ruangan di rumah sakit, Luis duduk tenang menatap layar laptopnya dengan tatapan tajam. Wajahnya yang tegas dan berwibawa memperlihatkan kalau ia bukan pria sembarangan. Usianya memang tidak muda lagi, namun pesonanya masih kuat—setiap gerak dan tatapannya memancarkan kharisma yang sulit di tebak.

“Tok… tok… tok…”

Terdengar ketukan pelan dari arah pintu.

“Masuk,” ujar Luis datar tanpa mengalihkan pandangan dari layar.

Pintu terbuka perlahan, dan sekretaris pribadinya, Zam, melangkah masuk dengan ekspresi serius.

Di tangannya, ada map berwarna biru berisi beberapa lembar dokumen hasil pemeriksaan laboratorium.

“Ini hasil pemeriksaan yang Tuan minta,” ucap Zam dengan suara pelan namun tegas. Ia menatap Luis sejenak, lalu menyerahkan map tersebut di atas meja.

Luis membuka map itu perlahan. Di dalamnya terdapat lembar hasil uji DNA prenatal non-invasif (NIPT) yang dilakukan secara diam-diam oleh dokter Bayu, dokter yang menangani Rindi waktu itu. Pandangannya tajam ketika membaca bagian akhir laporan.

Hasil Analisis DNA (Fetal DNA Matching):

Probabilitas kecocokan genetik antara subjek janin dan individu bernama Luis Fernando menunjukkan tingkat kesesuaian 99,87%.

Jari Luis berhenti di angka itu. Matanya sedikit menyipit, rahangnya mengeras.

“Jadi benar…,” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar.

Zam menunduk dalam-dalam.

“Semua dilakukan sesuai instruksi, Tuan. Sampel diambil secara rahasia dari laboratorium yang bekerja sama dengan pihak rumah sakit. Tidak ada yang tahu, termasuk pasien bernama Rindi itu.”

Luis menutup mapnya perlahan, lalu bersandar di kursi. Wajahnya kini sulit terbaca antara keterkejutan, kebingungan, dan sesuatu yang lebih dalam—perasaan yang selama ini coba ia kubur rapat-rapat.

“Persiapkan pengamanan,” katanya akhirnya, suaranya berat dan datar.

“Cari dan bawa dia ke mansion. Jangan biarkan siapa pun menyentuh perempuan itu maupun bayi dalam kandungannya tanpa seizin saya,” ucapnya tegas.

“Baik, Tuan,” Zam menunduk lalu segera meninggalkan ruangan.

.

1
Ma Em
Thor kok Ku haramkan air susuku sdh tamat , aku kira msh ada bab lainnya aku mau tau Melda dan Rudy si anak durhaka bagaimana akhirnya dan begitu jg dgn tuan Luis setelah tau Rindi hamil darah dagingnya , semoga author sehat dan panjang umur 🤲🙏😘
momy hana: katanya smp tamat,ko nanggung.sy mau ksh lht ank sy.kl sumpah ibu yg di zolimin
total 1 replies
Ma Em
Terlambat Luis sekarang Rindi sdh dibawa sama penjahat yg ingin mencelakai nya , semoga Rindi baik2 saja dan kandungan juga baik baik saja jgn sampai keguguran sayang sama baby twin 🤲🤲
Ayesha Almira
ayo cepat Luis,bantu rindi...bnyk bngt yg mo mecelakai rindi...
Purnama Pasedu
telat kamu luis
kalea rizuky
klo seorang ibu uda blg ku haram kan air susuku siap siap aja karma dunia akan hadir dan karma akhirat lebih kejam
Ma Em
Dasar anak durhaka berhati iblis si Melda bukannya sadar akan kesalahannya melihat Rudy sdh celaka mungkin Rudy sdh dapat azab malah mau dicariin ibunya untuk cabut kutukan , Melda bkn suruh cabut kutukan harusnya kamu berlutut mencium kaki ibumu agar bisa memaafkan semua kesalahan Rudy dan kamu Melda dasar iblis .
Ayesha Almira
nyalahin rindi,ga sadar ma perbuatannya sendiri
lin
rudy udh kena getahnya skrg giliran Melda jg, kpn sepasang anak itu sadar Thor? blm tntu rudy pas diobati diluar negeri smbuh bisa jd cacat atau ttp koma, /Shame/
Heny
Kasian rindi dua anak nya melupakan ortu nya
Purnama Pasedu
di salahin lagi ibunya
Ma Em
Sukur deh si anak durhaka dapat azab semoga kakinya di amputasi biar cacat seumur hdp nya .
Ayesha Almira
kalo dh sadar,Rudi cacat HBS kecelakaan
Purnama Pasedu
atas perintah pak luis
Winer Win
cerita malinkundang versi modern ya tor..🤣
Ma Em
Thor tanggung langsung habis , semoga Rindi dan Rara selamat dari niat orang2 yg akan mencelakai Rindi dan si anak durhaka Rudy dan Melda segera dapat azab yg sangat pedih .
Nurjannah Rajja
A nya ketinggalan
Purnama Pasedu
Rara mana?
Widia: tidur
total 1 replies
Ayesha Almira
semoga rindi selamat...
lin
ckck sirudi GK tau bls budi, kpn kena krma, ibu sendiri mau dimusnahin, apa gk ada rasa ksih sayang,/Right Bah!/
Erchapram
Kak Othor, 40 tahun sudah punya anak yang menjadi pengusaha sukses dan punya bayi. Apa si Rindi menikah muda umur 15 thn, atau bagaimana? Menurutku 47 thn - 50 thn lebih ideal usia untuk Rindi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!