 
                            Zidane Alvaro Mahesa adalah pewaris ketiga dari kelurga terkaya di Asia Tenggara Reno Mahesa, yang menempuh pendidikan di Inggris. Pria tampan dan cerdas ini telah salah pergaulan hingga berakhir menyedihkan. Demi mendapatkan hukuman dari sang Daddy, Zidane di asingkan untuk mendapatkan pelajaran.
Hidup tanpa keluarga dan tidak memiliki aset apapun membuat Zidane merasa sendiri. Hingga ia bertemu dengan sekelompok genk yang menjerumuskan dirinya semakin dalam dan menuju jalan kematian.
Zidane harus menjalani hidupnya penuh kesialan, tuduhan atas pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis telah membuatnya masuk kedalam jeruji besi. Berbagai siksaan dan intimidasi ia peroleh. Hukuman mati telah menanti, Namun Zidane tidak tinggal diam.
Berhasilkah sang pewaris membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya menderita?
Yuk ikuti kisah selanjutnya, ada juga kisah-kisah romantis anak-anak Reno yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberanian Zidane
Mariska sudah berada di sebuah dealer motor, ia memilih motor roda dua keluaran terbaru. Setelah memilih warna dan model. Mariska membayar dengan uang cash serta memberikan alamat yang harus di antarkan.
Selesai dari dealer, Mariska berkunjung ke sebuah makam sang ibu yang sudah satu bulan belum ia kunjungi.
Pada siang hari, cuaca begitu cerah. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Di hari weekend bengkel milik Victor sudah di padati pengunjung. Zidane sejak pagi belum istrahat, ia masih terus berkerja dan menyelesaikan beberapa mobil yang sedang ia perbaiki.
Sebuah mobil bak terbuka membawa sebuah motor terbaru dari sebuah Dealer dan berhenti di depan bengkel Victor. Salah seorang pria muda turun dari mobil dan berbicara dengan Victor yang kebetulan berada di depan toko
"Apa benar di sini ada karyawan bernama Alvaro?"
"Iya betul, ada perlu apa?"
"Saya mau mengantarkan motor atas nama Alvaro."
Victor mengeryit kan alisnya. "Untuk Alvaro? Apa Anda tidak salah kirim."
"Tidak pak, alamat nya benar disini."
"Tunggu sebentar, saya akan panggilkan Alvaro."
Tak lama kemudian Zidane dan Victor datang untuk menemui karyawan dealer.
"Saya dari dealer di kota Kingston. Untuk mengantarkan motor itu." tunjuk pria tersebut kearah motor yang masih di atas mobil.
"Tapi saya tidak pernah pesan motor itu."
"Motor ini di beli oleh nona Mariska, dia memberikan alamat ini untuk di berikan pada Alvaro."
"Mariska?" Zidane terkejut. Ia tidak tahu kalau Mariska akan memberikan motor untuknya. Zidane berencana menghubungi nya nanti, sebab masih banyak pekerjaan nya di hari weekend.
"Turunkan saja di sana." perintah Zidane.
Sore harinya Zidane sudah menyelesaikan pekerjaannya, ada beberapa anak buah Victor yang ikut membantu, jadi pekerjaan Zidane cepat selesai.
Setelah mandi, Zidane membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil menghubungi Mariska. Namun tidak ada jawaban. Rasa penasaran membuat Zidane ingin mendatangi rumah Mariska. Gegas ia memakai jaket kulit hitam dan Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.
Zidane melajukan motor yang di berikan Mariska menuju kota Kingston, untuk sampai Kota tersebut menempuh perjalanan tiga jam.
Motor sudah berhenti di persimpangan jalan menuju rumah Mariska, Namun telepon tetap tidak di angkat. Zidan memberikan pesan berkali-kali tetap tidak ada respon.
Lama menunggu di persimpangan jalan dengan cemas, Zidan berniat ingin menemui Aldo di rumah nya, tiba-tiba ada telepon masuk dengan nomor tidak di kenal. Awalnya Zidan ragu untuk mengangkatnya, tapi perasaan nya mulai tidak enak. Zidan menggeser tombol warna hijau dan terdengar suara teriakan seseorang.
"Alvaro... Tolong aku!" seru suara seorang wanita di ujung telepon.
Itu adalah suara Mariska, Zidane terkejut. "Mariska... Kau di mana?!"
"Alvaro.... tolong.." suara lolongan Mariska begitu menyayat, membuat Zidane panik.
"Mariska! Katakan kau dimana?!
"Tuuttt.. Tuuttt.. Tuuttt...
Telepon tiba-tiba msti, Zidane terus menghubungi Mariska, Namun tidak ada jawaban. Ia mulai melacak keberadaan Mariska dari ponsel yang tadi menghubungi nya.
"Ketemu! Di sini titiknya!"
Gegas Zidane starter motor besar itu dan melaju dengan cepat menuju tempat yang sudah ia ketahui tempatnya.
Sementara di tempat yang jauh dari keramaian. Mariska masih ketakutan. Saat ia menghubungi Zidan, pria itu berhasil merebut ponselnya.
Tiga orang pria berpostur tubuh kekar, berwajah sangar, berusaha mendekati Mariska yang sangat ketakutan. wanita cantik itu berjalan mundur kebelakang sambil berusaha mencarinya celah untuk kabur. Tempat yang ia lalui sangat sepi dan jarang ada kendaraan yang lewat.
Ketiga pria itu semakin berjalan mendekat seakan ingin menerkam. Mariska tidak punya pilihan lagi, ia berlari sekuat tenaga untuk menghindari pria-pria menakutkan itu.
Sekuat-kuatnya tenaga wanita, tetap kalah kalah dengan tiga pria tersebut. Mariska berhasil di tangkap oleh tiga pria tersebut.
"Lepaskan!
"Tolong.....!!
Udara malam itu sangat dingin, angin kencang menerpa pepohonan yang berada di sekitar. Di saat bersamaan sebuah motor melintas di jalanan raya sepi.
"Berhenti! Seru seseorang yang sudah menghentikan motornya di tepi jalan. Ia membuka helm yang menutupi wajahnya.
"Alvaro...." Mariska berteriak.
"Lepaskan wanita itu!" teriak Zidane.
Zidane menarik ikat pinggangnya yang terbuat dari kulit. Matanya mulai menggelap, aura mencekam mulai terasa. Zidane mulai berani menunjukkan jati dirinya, setelah mendapatkan ilmu beladiri dari Victor. Setiap malam Zidane di latih oleh Victor menjalankan olahraga tinju dan taekwondo.
💜💜💜
 
                     
                     
                     
                    