BTTH: SISTEM MC

Pil king gu he berserta beberapa orang-orang tengah terpojok oleh sekumpulan manusia ular. Siapa sangka kalau akan ada dou huang lain selain ratu medusa yaitu yue mei, kelompok gu he selain yun yun semuanya adalah dou wang. Ketika yun yun sibuk mereka benar-benar tidak berdaya.

Namun sebelum terbunuh hembusan angin kencang menerpa seluruh manusia ular. Yun yun muncul dibelakang mereka, jika telat sedikit saja maka nasib alkemis ternama dari kota Jia ma ini akan begitu mengenaskan.

"Ayo lari dari sini" Ucap yun yun mengajak. "Tidak ada api surgawi di mari, jadi tidak ada gunanya tetap di mari" Lanjutnya berucap.

Yun yun pergi dahulu, mau tidak mau pil king gu he mengikuti bersama kelompoknya dengan perasaan kesal karena tidak mendapatkan apapun. Xiao yan melihat itu dari kejauhan hanya tersenyum kecil, ia juga berbalik meningalkan tempat suku ular.

"yah aku tidak ada urusan lain disini" Gumam xiao yan.

***********

Saat xiao yan tengah asik berjalan, energi merah tiba-tiba keluar dari ular kecil dan berubah menjadi cai lin yang menamparnya karena wajah xiao yan terlalu dekat. Tamparan itu keras, membuat kepala Xiao Yan terpaksa menoleh ke samping. Pipinya memerah jelas, sementara Cai Lin berdiri dengan tatapan tajam, rambut panjangnya masih bergelombang indah karena transformasi barusan.

“Beraninya kau menempelkan wajahmu pada ratu ini saat aku masih dalam bentuk ular kecil” geram Cai Lin, suaranya penuh amarah namun rona merah tipis masih tersisa di pipinya.

Xiao Yan mengusap pipinya, lalu malah tersenyum nakal. Jika bukan karena xiao yan seorang dou huang bintang empat, mungkin dia sudah terpental karena tamparan cai lin meskipun menekan kekuatannya tetaplah berada di ranah dou Zong.

"Jangan salahkan aku. Ular kecil itu yang terus meringkuk di tubuh ku, hmmm.. Pasti kamu juga akan terlihat imut" goda xiao yan dengan pipi kanannya berwarna merah.

“Satu lagi komentar seperti itu, dan aku akan membuatmu tidur selama setahun” ancam cai lin.

Namun, Dou Qi merah di tubuhnya sedikit bergetar tanda tubuhnya baru saja pulih sepenuhnya. Xiao Yan bisa merasakan kalau kekuatan Cai Lin bahkan lebih stabil dibandingkan sebelumnya, meskipun belum sepenuhnya menyatu.

“Sepertinya tidur panjang itu membuatmu semakin kuat, Cai Lin” ucap Xiao Yan, kali ini lebih serius. “Baguslah. Karena kita akan segera menghadapi hal yang lebih besar” lanjutnya berucap.

Cai Lin melipat tangannya di dada, gaunnya yang terbentuk dari energi merah berkibar tipis karena angin. pakaian dou zong nya berkibar, yah yang paling menarik bagi xiao yan tentu adalah bagian belakang yang terekspos dan itu sangat sexy.

“Ratu ini tidak peduli dengan urusanmu. Selama kau terus membuatkan pil, aku akan melindungimu. Itu saja" ucap cai lin bersedekap dada, menuntut sesuatu tanpa malu.

Xiao Yan tersenyum tipis, menatap lurus ke arahnya. Setelah beberapa hari tidak melihat wajah cantik yang angkuh itu membuat xiao yan merasakan hatinya sedikit bergetar. Dibandingkan yun yun, cai lin jauh lebih cantik.

“Tapi kadang aku bertanya-tanya… apa benar hanya pil yang membuatmu bertahan di sisiku?” tanya xiao yan memilin senyumannya.

Mata Cai Lin berkilat, ia segera menepis ucapannya. Ia dengan cepat memandang ke arah lain dengan tatapan cuek ketika xiao yan menatapnya dengan begitu intes.

“Jangan terlalu percaya diri, bocah. Kalau tidak ada pilmu, sejak dulu kau sudah jadi abu di tanganku" cibir cai lin.

Tapi saat ia berbalik, ada senyum samar yang sempat muncul di sudut bibirnya sebelum ia kembali menjaga ekspresi dinginnya. Xiao yan hanya menaikan bahu, sudah terbiasa dengan perilaku cai lin yang seperti ini, tapi disitulah letak asiknya.

"Kurasa kamu pasti lapar setelah bangun dari tidur yang lama. Ayo cari restoran, aku yang traktir" ucap xiao yan mengajak.

Cai Lin berhenti sejenak, melirik sekilas pada Xiao Yan dengan ekspresi yang seolah berkata apa aku terlihat seperti orang yang gampang dipancing dengan makanan? Namun, perutnya justru mengeluarkan suara lirih yang membuat wajahnya merona tipis.

“Ratu ini… tidak lapar,” balas cai cepat, mencoba menutupi rasa malu.

Xiao Yan menahan tawa, memasang wajah pura-pura serius. jelas sekali cai lin tidak pandai untuk berbohong ketika suara kecil di perutnya terus menerus terdengar.

“Oh, begitu ya? Kalau begitu aku makan sendiri. Kupikir setelah tidur seminggu kau pasti kelaparan" ucap xiao yan berpura-pura melangkah menuju resto.

melangkah santai mendahului Cai Lin, pura-pura tidak peduli. Cai Lin menggertakkan giginya, lalu dengan cepat berjalan menyusul.

“Tunggu. Kalau memang kau bersikeras, aku akan ikut. Tapi ingat, ini bukan karena aku lapar" ucap cai lin.

“Baik, baik. Anggap saja begitu” sahut xiao yan.

Beberapa waktu kemudian, keduanya duduk di salah satu restoran ternama di kota. Pelayan wanita yang melayani sampai ternganga ketika melihat Cai Lin yang duduk anggun dengan gaun merahnya, dan Xiao Yan yang tersenyum santai di sampingnya.

“Ratu ini mau hidangan pedas,” ujar Cai Lin tanpa basa-basi, tatapannya membuat pelayan itu menunduk gugup.

“Kalau begitu, aku pesan daging bakar dan sup herbal,” tambah Xiao Yan. Ia melirik Cai Lin lalu tersenyum kecil. “Jangan khawatir, aku akan pastikan porsinya banyak. Kau kan butuh tenaga setelah tidur panjang” lanjutnya.

Cai Lin melipat tangannya di dada, pura-pura tidak menatap Xiao Yan. Tapi telinganya yang merah tipis sudah mengkhianati dirinya sendiri. Cai lin membaca buku menu tanpa memperdulikan xiao yan, tapi pria itu melihat isi buku menu di tangannya membuat tubuh cai lin terhimpit sedikit.

"Jadi kamu suka makanan pedas, mungkin itu sebabnya begitu galak" Gumam Xiao yan.

"Katakan itu sekali lagi dan ratu ini akan menyobek mulut mu" Balas cai lin menatap tajam.

Xiao Yan mengangkat kedua tangannya, pura-pura menyerah. Meskipun tubuhnya sudah menjadi lebih kuat, tamparan cai lin tetap menyakitkan jadi xiao yan tidak ingin ambil resiko.

“Baik, baik… aku hanya bercanda. Tidak perlu sampai menyobek mulutku. Kalau mulut ini rusak, siapa yang akan membuatkanmu pil, hm?” ujar xiao yan dengan senyum nakal.

Cai Lin mendengus, kembali menatap menu di tangannya. “Setidaknya akan lebih tenang tanpa ocehanmu" gumamnya pelan.

​