NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

Zian Ali Faradis

Putih dan hitamnya seperti senja yang tahu caranya indah tanpa berlebihan. Kendati Ia hanya duduk diam, tapi pesonanya berjalan jauh.


Azaira Mahrin

kalau kamu lelah, biarkan aku jadi jedanya.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀


Ketika lima macam Love Language kamu tertuju pada satu orang, sedangkan sudah ada satu nama lain yang ditetapkan, maka pada yang mana kamu akan menentukan pilihan.


Dira: pilih saja yang diinginkan.

Yumna: pilih yang sesuai dengan hati.


Aira; gak usah memilih, karena sudah ada
Yang memilihkan.



Kita mungkin bisa memilih untuk menikah dengan siapa. Tapi, kita tidak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa.


Ada yang menganggap cinta pilar yang penting dalam pernikahan. Tapi, ada pula yang memutuskan bahwa untuk memilih pasangan, cinta bukan satu-satunya alasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Citra buruk apa, emang salah punya dua istri?"

"Tapi kenyataannya, gak."

"Gue bisa buat jadi nyata sekalian." Zian menaikkan sebelah alisnya dan memasang tampang menggoda.

"Kalau begitu nikahin Dira juga. Biar punya tiga istri sekalian," kata Aira sewot.

"Ya kalau, Lu setuju, kenapa gak?"

"Kok aku?"

"Ya 'kan, Lu istri pertama. Ijin dari lu penting."

"Edan,"

Dan tawa lepas pun menguar dari keduanya. Lepas tanpa beban.

"Ketawa kok gak ngundang aku."

Yumna datang menghampiri dan langsung mengambil posisi duduk di samping Aira.

"Dari mana, Lu?" Zian menatap sekretarisnya itu serius.

"Ini aku jawabnya dalam kontek apa?"

"Konteks kejujuran. Apalagi."

"Iya. Maksudku sebagai atasan dan bawahan atau sebagai sahabat."

"Terserah, Lu dah."

"Oke. Aku ngimbangin kamu, nih." Yumna tampak bersiap menjawab. Sementara Aira terlihat menahan tawa dengan interaksi dua orang di depannya.

"Aku baru dari bagian HR, mengklarifikasi berita yang beredar tentang kita."

"Itu bukan urusan, Elu, Yumna." Zian tampak tak senang dengan itu.

"Tapi ini menyangkut aku juga, Zian. Maka aku berhak untuk memberikan penjelasan. Dan lagi berita ini bergulir, aku penyebabnya."

Yumna menghela napas. Ada tatap kesal dan sesal di matanya.

"Kalau sampai karena hal ini, namamu dicoret dari kandidat GM, aku sangat merasa bersalah."

"Bagian gue udah di atur, Yum. Elu gak perlu ngerasa gak nyaman. Kalau emang bukan rejekinya, ya udah," ucap Zian ringan. Dia benar-benar tidak mempermasalahkan, bakal bisa duduk di kursi GM atau tidak.

Zian sudah punya rencana sendiri dalam hidupnya. Dan bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi dari sekarang, tidak menjadi bagian dalam rencananya.

Bila sudah waktunya, lelaki itu bahkan ingin resign dari pekerjaan sekarang untuk membangun usaha bisnisnya sendiri. Hanya saja untuk saat ini, dia merasa ilmu dan pengalamannya masih belum memadai.

"Tapi kita sebagai manusia punya kewajiban untuk berusaha, Zian," ucap Yumna dengan tatapan tajam. Ia tidak suka dengan cara Zian yang dianggapnya terlalu pasif. Menghadapi pemberitaan miring yang terus bergulir liar tentang dirinya, lelaki itu tetap diam dan seolah tak peduli. Padahal bisa jadi, berita tidak benar itu akan mengguling karir yang sudah dibangun susah payah selama ini.

"Karena itu aku barusan ke bagian HR untuk menjelaskan semuanya," lanjut Yumna dengan wajah bersungguh-sungguh.

"Lu jangan terlalu naif, Yumna," kata Zian dengan sedikit memicing.

"Naif apanya?" Ekspresi Yumna langsung terlihat siap mengobarkan peperangan.

Dua orang ini memang bisa dikata punya kepribadian ganda.

Di satu sisi, mereka bisa menjadi sepasang atasan dan bawahan dalam satu harmoni.

Tapi, di lain sisi juga bisa menjadi lawan debat yang mumpuni.

"Sebelum bagian HRD mencatut nama gue sebagai salah satu kandidat GM, mereka udah ngumpulin data lengkap tentang gue secara de fakto dan de jure. Mereka juga udah melakukan survey di berbagai lini pekerjaan gue selama ini. Perusahaan itu punya tangan kekuasaan lebih besar dari apa yang bisa kita lihat."

Mendengar uraian dari Zian, sepasang

Bola mata Yumna bergulir kanan-kiri, silih berganti. Gadis itu pasti sedang berpikir keras, dan menemukan dirinya tertinggal dari sebuah fakta yang seharusnya disadari sejak lama.

"Berita kayak gini hanya angin sepoy yang tak akan merubah apa pun. Baru jika gue diberitakan korupsi, atau diam-diam menjalin kerja sama dengan perusahaan lain, itu pasti akan ditangani tidak main-main," lanjut Zian lagi.

"Hahhh." Yumna menarik napas kuat, seraya menghempaskan kedua telapak tangannya di atas meja.

"Kok aku baru tercerahkan sekarang ya. Gak nyampek berpikir sejauh itu."

"Itu karena kepedulian, Lu yang begitu tinggi ama gue."

"Pede." Yumna menatap paras ganteng di depannya sambil memutar bola mata.

"Fakta." Zian tersenyum miring melihat rona merah di wajah Yumna.

Adegan saling mengejek di antara keduanya, menjadi pemandangan indah tersendiri bagi Aira yang hanya tersenyum simpul.

"Lalu apa tindakanmu pada Talita, Zian?" tanya Aira sejurus kemudian.

"Dia hanya mau main-main sama Yumna. Dan Yumna udah mukul dia balik. Udah."

"Gitu aja?" Yumna mencebik.

"Dia kalau memang niat mau nyerang gue, gak bakalan pakai trik murahan kayak gini."

"Jadi?"

"Dia hanya gak percaya kalau gue dan Yumna hanya sekedar sahabat, Kak," sahut Zian pada Aira yang tengah menatapnya serius.

"Berarti dia nuding Yumna sebagai istrimu itu, adalah karangannya sendiri?"

"Maybe," jawa Zian dengan santai.

"Apa?!" Yumna hampir memekik.

"Dan lu terpancing, malah nyebut gue punya dua istri. Trus Sekarang pergi ke bagian HR buat klarifikasi. Beritanya, lu yang buat. Lu sendiri yang ralat." Zian menatap Yumna dengan tawa mengejek.

"Heh." Yumna hampir menggebrak meja.

"Elu gak tau ya, apa yang lagi diomongin teman-teman satu divisi? Mereka mau buat petisi buat nyoret nama, Lu dari kandidat GM. Jelas aku gak bisa terima dong." Yumna menjelaskan dengan nada berapi-api.

"Nah itu, bentuk kepedulian lu yang amat dalam sama gue. Itu Love langunge, lu untuk gue." Ucapan Zian--yang sebenarnya fakta itu--justru membuat Yumna murka.

"Napa kamu malah bicara ngawur, Zian?"

"Gue ngawur di bagian mana?"

"Halah, malas aku bicara ama kamu." Gadis itu bangkit dan hendak bergegas pergi.

"Mau kemana? Ini masih jam kerja. Enak aja mau ninggalin atasan gitu aja." Zian memberikan ancaman berbalut ledekan.

"Bodo," sungut Yumna, dan terus melanting tanpa menoleh lagi.

Zian tertawa lepas, nampak puas sudah berhasil mengerjai sang sahabat. Sementara Aira hanya tersenyum sambil menggeleng kecil.

Sejurus kemudian Aira teringat sesuatu, ia segera memanggil Yumna.

"Yumna!"

Yumna sudah menjauh beberapa langkah, langsung berhenti dan menoleh.

"Nanti sore jadi mau ikut acara talk Show?"

"Ustadz Raizan?" tebak Yumna dengan mata berbinar.

"Iya."

"Mau, Kak. Jam berapa?" Yumna terlihat sangat antusias.

"Jam 4."

"Huhh." Yumna langsung mendengus.

"Mintakan ijin sama suamimu tuh, Kak. Agar aku bisa pulang lebih cepat," katanya sambil menatap tajam pada Zian.

"Kamu bisa minta ijin langsung, kan suamimu juga," jawab Aira sambil tersenyum lepas.

"Ogah." Yumna kembali melanjutkan langkahnya keluar.

Zian hanya tersenyum tipis dengan kelakar keduanya, yang diucapkan dengan suara cukup keras. Beruntung kafe lagi sepi, karena jam istirahat kantor baru tiba sebentar lagi. Namun, beberapa karyawan kafe jelas mendengar ucapan dua orang gadis berhijab itu. Hal mana membuat mereka kini menatap Zian dan Aira dengan seksama.

"Dia membalasmu," ucap Aira pada Zian. Ia tahu kalau Yumna sengaja berkata begitu dengan suara keras agar didengar orang lain.

"Gue tahu." Zian tergelak.

"Gak ada ruginya juga di gue. Malah senang tiba-tiba punya dua orang istri. Yang satu lembut, yang satu tegas. Sempurna 'kan hidup gue." Zian berkata santai, sambil memutar-mutar gelas minuman yang sudah kosong di depannya.

Dasar Ziannnnnnn.

"Ngomong tuh yang baik-baik. Ucapan adalah doa." Aira memperingatinya dengan raut wajah serius.

"Ya, elu doa terbaik gue, Kak." Gumam Zian. Gumaman yang juga didengar oleh Aira.

Gadis berparas lembut itu menarik sudut bibirnya samar. Ada rona merah di wajahnya yang menjalar. Namun, dari pada menikmati rasa indah yang tiba-tiba datang, Aira justru memangkasnya dengan ucapan,

"Kamu udah selesai makan. Aku pamit Zian."

"Gue antar, Kak."

"Gak perlu. Ini masih jam kerja," tolak Aira.

Zian melihat jam tangannya. "Gue jalan dari sini nyampek parkiran, itu udah masuk jam istirahat, Kak. Jadi gak papa, gue keluar bentar. Yuk." Zian bangkit lebih dulu menuju kasir untuk membayar pesanan makanan. Lalu memandu langkah Aira menuju ke tempat parkir khusus petinggi perusahaan.

1
Zian AF
Hidayah kali, Nyai
Najwa Aini: hmm..bisa jadi
total 1 replies
Zian AF
Tuman bet jempol lu, Kak/Facepalm/
Najwa Aini: tuman di mananya??.emang kayak gitu kebiasaan situ...
total 1 replies
Zian AF
Apa gw kata/Facepalm/
Kesian bet lu, Malih!
Najwa Aini: kayak seneng banget yak
total 1 replies
Zian AF
Makin pinter aja authornya
Najwa Aini: ngaji setengah jam ke gugel
total 1 replies
Zian AF
Sekalian diseterika, Nyai!
Zian AF
Buseeeeehhh
Najwa Aini: nyampek dahh
total 1 replies
Zian AF
Caper bet lu, Malih/Sleep/
Najwa Aini: 😄😄ngakak aku
total 1 replies
Zian AF
Gw baca weh!
Najwa Aini: seneng banget lu kann
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
top banget 🥰
Zian AF
Nah, Lu!
Najwa Aini: malah salah paham
total 1 replies
Zian AF
Kmrn digulingin di aspal, hari ini diserempetin, besok keknya gw bakalan digantung/Facepalm/
Najwa Aini: Digantung di hatiku, Zian..
masa gak mau..😍😍
total 1 replies
Deuis Lina
duh kak naz bikin gereget nih c talita
Ayuwidia
so sweet banget
Najwa Aini: Banget dongg..Aga gitu
total 1 replies
Ayuwidia
Woahhhh Pak CEO
Najwa Aini: otw CEO
total 1 replies
Ayuwidia
Uhuk, Mas Zianku katanya
Najwa Aini: yg spontan, itu yg paling jujur
total 1 replies
Ayuwidia
Buahahahah, aku ketawa ketiwi sendiri. dahal masih di toko. Astogeh 🤣🤣🤣🤣
Ayuwidia: aku sampe sering ditanyain org, Napa senyam senyum sendiri 😆
total 2 replies
Ayuwidia
aku bacanya pake intonasi yang meninggi, saking menghayati
Najwa Aini: Harus..emang itu yg aku mau. makanya pakai huruf besar semua
total 1 replies
Ayuwidia
Suamiku mana pernah manggil Dik. Katanya karena lebih mudah dia. Tapi realitanya dia dulu yang ada ubannya. Hahay
Najwa Aini: makanya sekarang suruh dia panggil Dik
total 1 replies
Ayuwidia
Kaya' singa lagi laper
Ayuwidia: woahhh kaya' apa?
total 2 replies
Ayuwidia
Ini yang nulis pasti sambil ngakak. Gpp lah, asal bahagia
Najwa Aini: Tau aja..
mang sengaja mau ngerjain si Dira
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!