NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

"Izinkan aku menikah dengan Zian Demi anak ini." Talita mengusap perutnya yang masih rata, yang tersembunyi di balik baju ketat. "Ini yang aku maksud kerja sama itu. Yumna."



"Jadi ini ceritanya, pelakor sedang minta izin pada istri sah untuk mengambil suaminya," sarkas Yumna dengan nada pedas. Jangan lupakan tatapan tajamnya, yang sudah tak bisa diumpamakan dengan benda yang paling tajam sekali pun. "Sekalipun kau benar hamil anak Zian, PD amat akan mendapatkan izinku."


"Karena aku tau, kau tak akan membahayakan posisi Zian di perusahaan." Talita menampakkan senyum penuh percaya diri.


"Jika aku bicara, bahwa kau dan Zian sebenarnya adalah suami istri. Habis kalian." Talita memberikan ancaman yang sepertinya tak main-main.


Yumna tersenyum sinis.
"Jadi, aku sedang diancam?"


"Oh tidak. Aku justru sedang memberikan penawaran yang seimbang." Talita menampilkan senyum menang,
Dan itu terlihat sangat menyebalkan.


Yumna menatap dalam. Tampak sedang mempertimbangkan suatu hal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Citra buruk apa, emang salah punya dua istri?"

"Tapi kenyataannya, gak."

"Gue bisa buat jadi nyata sekalian." Zian menaikkan sebelah alisnya dan memasang tampang menggoda.

"Kalau begitu nikahin Dira juga. Biar punya tiga istri sekalian," kata Aira sewot.

"Ya kalau, Lu setuju, kenapa gak?"

"Kok aku?"

"Ya 'kan, Lu istri pertama. Ijin dari lu penting."

"Edan,"

Dan tawa lepas pun menguar dari keduanya. Lepas tanpa beban.

"Ketawa kok gak ngundang aku."

Yumna datang menghampiri dan langsung mengambil posisi duduk di samping Aira.

"Dari mana, Lu?" Zian menatap sekretarisnya itu serius.

"Ini aku jawabnya dalam kontek apa?"

"Konteks kejujuran. Apalagi."

"Iya. Maksudku sebagai atasan dan bawahan atau sebagai sahabat."

"Terserah, Lu dah."

"Oke. Aku ngimbangin kamu, nih." Yumna tampak bersiap menjawab. Sementara Aira terlihat menahan tawa dengan interaksi dua orang di depannya.

"Aku baru dari bagian HR, mengklarifikasi berita yang beredar tentang kita."

"Itu bukan urusan, Elu, Yumna." Zian tampak tak senang dengan itu.

"Tapi ini menyangkut aku juga, Zian. Maka aku berhak untuk memberikan penjelasan. Dan lagi berita ini bergulir, aku penyebabnya."

Yumna menghela napas. Ada tatap kesal dan sesal di matanya.

"Kalau sampai karena hal ini, namamu dicoret dari kandidat GM, aku sangat merasa bersalah."

"Bagian gue udah di atur, Yum. Elu gak perlu ngerasa gak nyaman. Kalau emang bukan rejekinya, ya udah," ucap Zian ringan. Dia benar-benar tidak mempermasalahkan, bakal bisa duduk di kursi GM atau tidak.

Zian sudah punya rencana sendiri dalam hidupnya. Dan bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi dari sekarang, tidak menjadi bagian dalam rencananya.

Bila sudah waktunya, lelaki itu bahkan ingin resign dari pekerjaan sekarang untuk membangun usaha bisnisnya sendiri. Hanya saja untuk saat ini, dia merasa ilmu dan pengalamannya masih belum memadai.

"Tapi kita sebagai manusia punya kewajiban untuk berusaha, Zian," ucap Yumna dengan tatapan tajam. Ia tidak suka dengan cara Zian yang dianggapnya terlalu pasif. Menghadapi pemberitaan miring yang terus bergulir liar tentang dirinya, lelaki itu tetap diam dan seolah tak peduli. Padahal bisa jadi, berita tidak benar itu akan mengguling karir yang sudah dibangun susah payah selama ini.

"Karena itu aku barusan ke bagian HR untuk menjelaskan semuanya," lanjut Yumna dengan wajah bersungguh-sungguh.

"Lu jangan terlalu naif, Yumna," kata Zian dengan sedikit memicing.

"Naif apanya?" Ekspresi Yumna langsung terlihat siap mengobarkan peperangan.

Dua orang ini memang bisa dikata punya kepribadian ganda.

Di satu sisi, mereka bisa menjadi sepasang atasan dan bawahan dalam satu harmoni.

Tapi, di lain sisi juga bisa menjadi lawan debat yang mumpuni.

"Sebelum bagian HRD mencatut nama gue sebagai salah satu kandidat GM, mereka udah ngumpulin data lengkap tentang gue secara de fakto dan de jure. Mereka juga udah melakukan survey di berbagai lini pekerjaan gue selama ini. Perusahaan itu punya tangan kekuasaan lebih besar dari apa yang bisa kita lihat."

Mendengar uraian dari Zian, sepasang

Bola mata Yumna bergulir kanan-kiri, silih berganti. Gadis itu pasti sedang berpikir keras, dan menemukan dirinya tertinggal dari sebuah fakta yang seharusnya disadari sejak lama.

"Berita kayak gini hanya angin sepoy yang tak akan merubah apa pun. Baru jika gue diberitakan korupsi, atau diam-diam menjalin kerja sama dengan perusahaan lain, itu pasti akan ditangani tidak main-main," lanjut Zian lagi.

"Hahhh." Yumna menarik napas kuat, seraya menghempaskan kedua telapak tangannya di atas meja.

"Kok aku baru tercerahkan sekarang ya. Gak nyampek berpikir sejauh itu."

"Itu karena kepedulian, Lu yang begitu tinggi ama gue."

"Pede." Yumna menatap paras ganteng di depannya sambil memutar bola mata.

"Fakta." Zian tersenyum miring melihat rona merah di wajah Yumna.

Adegan saling mengejek di antara keduanya, menjadi pemandangan indah tersendiri bagi Aira yang hanya tersenyum simpul.

"Lalu apa tindakanmu pada Talita, Zian?" tanya Aira sejurus kemudian.

"Dia hanya mau main-main sama Yumna. Dan Yumna udah mukul dia balik. Udah."

"Gitu aja?" Yumna mencebik.

"Dia kalau memang niat mau nyerang gue, gak bakalan pakai trik murahan kayak gini."

"Jadi?"

"Dia hanya gak percaya kalau gue dan Yumna hanya sekedar sahabat, Kak," sahut Zian pada Aira yang tengah menatapnya serius.

"Berarti dia nuding Yumna sebagai istrimu itu, adalah karangannya sendiri?"

"Maybe," jawa Zian dengan santai.

"Apa?!" Yumna hampir memekik.

"Dan lu terpancing, malah nyebut gue punya dua istri. Trus Sekarang pergi ke bagian HR buat klarifikasi. Beritanya, lu yang buat. Lu sendiri yang ralat." Zian menatap Yumna dengan tawa mengejek.

"Heh." Yumna hampir menggebrak meja.

"Elu gak tau ya, apa yang lagi diomongin teman-teman satu divisi? Mereka mau buat petisi buat nyoret nama, Lu dari kandidat GM. Jelas aku gak bisa terima dong." Yumna menjelaskan dengan nada berapi-api.

"Nah itu, bentuk kepedulian lu yang amat dalam sama gue. Itu Love langunge, lu untuk gue." Ucapan Zian--yang sebenarnya fakta itu--justru membuat Yumna murka.

"Napa kamu malah bicara ngawur, Zian?"

"Gue ngawur di bagian mana?"

"Halah, malas aku bicara ama kamu." Gadis itu bangkit dan hendak bergegas pergi.

"Mau kemana? Ini masih jam kerja. Enak aja mau ninggalin atasan gitu aja." Zian memberikan ancaman berbalut ledekan.

"Bodo," sungut Yumna, dan terus melanting tanpa menoleh lagi.

Zian tertawa lepas, nampak puas sudah berhasil mengerjai sang sahabat. Sementara Aira hanya tersenyum sambil menggeleng kecil.

Sejurus kemudian Aira teringat sesuatu, ia segera memanggil Yumna.

"Yumna!"

Yumna sudah menjauh beberapa langkah, langsung berhenti dan menoleh.

"Nanti sore jadi mau ikut acara talk Show?"

"Ustadz Raizan?" tebak Yumna dengan mata berbinar.

"Iya."

"Mau, Kak. Jam berapa?" Yumna terlihat sangat antusias.

"Jam 4."

"Huhh." Yumna langsung mendengus.

"Mintakan ijin sama suamimu tuh, Kak. Agar aku bisa pulang lebih cepat," katanya sambil menatap tajam pada Zian.

"Kamu bisa minta ijin langsung, kan suamimu juga," jawab Aira sambil tersenyum lepas.

"Ogah." Yumna kembali melanjutkan langkahnya keluar.

Zian hanya tersenyum tipis dengan kelakar keduanya, yang diucapkan dengan suara cukup keras. Beruntung kafe lagi sepi, karena jam istirahat kantor baru tiba sebentar lagi. Namun, beberapa karyawan kafe jelas mendengar ucapan dua orang gadis berhijab itu. Hal mana membuat mereka kini menatap Zian dan Aira dengan seksama.

"Dia membalasmu," ucap Aira pada Zian. Ia tahu kalau Yumna sengaja berkata begitu dengan suara keras agar didengar orang lain.

"Gue tahu." Zian tergelak.

"Gak ada ruginya juga di gue. Malah senang tiba-tiba punya dua orang istri. Yang satu lembut, yang satu tegas. Sempurna 'kan hidup gue." Zian berkata santai, sambil memutar-mutar gelas minuman yang sudah kosong di depannya.

Dasar Ziannnnnnn.

"Ngomong tuh yang baik-baik. Ucapan adalah doa." Aira memperingatinya dengan raut wajah serius.

"Ya, elu doa terbaik gue, Kak." Gumam Zian. Gumaman yang juga didengar oleh Aira.

Gadis berparas lembut itu menarik sudut bibirnya samar. Ada rona merah di wajahnya yang menjalar. Namun, dari pada menikmati rasa indah yang tiba-tiba datang, Aira justru memangkasnya dengan ucapan,

"Kamu udah selesai makan. Aku pamit Zian."

"Gue antar, Kak."

"Gak perlu. Ini masih jam kerja," tolak Aira.

Zian melihat jam tangannya. "Gue jalan dari sini nyampek parkiran, itu udah masuk jam istirahat, Kak. Jadi gak papa, gue keluar bentar. Yuk." Zian bangkit lebih dulu menuju kasir untuk membayar pesanan makanan. Lalu memandu langkah Aira menuju ke tempat parkir khusus petinggi perusahaan.

1
Evi Alfiah
benar benar penuh dengan kejutan,,,,!!! /CoolGuy/
Evi Alfiah
kok saya jadi sakit perut mendengar suaminya menghamili orang lain,,,!!!
Najwa Aini: jhet sanikah. aghebey kejutan di awal.
mbyan baca lon terros. bakal tau dhegghik..saongghunah dekremmah
total 1 replies
Ria Diana Santi
Mengapa begini? Kirain lah lah...
Ria Diana Santi
Anakku ikut ambil peran juga ternyata
Ria Diana Santi
Ihhh buntut banget ini mah penampakan begitu...
Ria Diana Santi
Ngakak parah ihhh dasar Yumna. Kak Nofi banget ini mah
Ria Diana Santi
Ca ilehhh ini mah kak Ay banget dialognya... menurut ku sih
Ria Diana Santi
Cie perhatian banget si Aga ini... so sweet
Ria Diana Santi
Ca ilehhh kembang kempis tuh kumisnya Zian yang asli...
Ayuwidia
Aku baca ini sambil rebutan hp sama Ryu 😆

Aku kasih vote biar calonnya Zian tambah semangat
Najwa Aini: Makasih Votenya ya..buat bekal ngetik nih..uto up besok.

Ryu pliss deh..ngertiin kita yang udah tua2 ini...
total 1 replies
Ayuwidia
Nah lho, nggak bisa disangkal. Buruan halalin Kak Aira, Bang
Najwa Aini: Belum siap mahar.
Masa mau pakai mahar slang damkar juga
total 1 replies
Ayuwidia
Ahayyyyy, Kak Aira langsung nggak bisa ber word-word. Mukanya juga merah seperti kepiting rebus
Najwa Aini: Gak ada lagi narasi setelah itu kannn..
kenapa dibikin sendiri.
Aku sengaja di bagian itu selesai gitu aja..
Biar kalian rusuh. eh ini anak rusuh duluan
total 1 replies
Ayuwidia
Butuh hati buat bersandar
Najwa Aini: Uwuhhh tau banget si Dira.
punya kemampuan jadi cenayang nih
total 1 replies
Ayuwidia
Pujian dari lubuk hati terdalam, ahay. Memuja dalam senyap
Najwa Aini: Senyap itu tanda kasih sayang lbh besar..kataku ke Zian.

Dia bilang...
cakepp..
ambigu kannn
total 1 replies
Ayuwidia
Betul, sependapat
Ayuwidia
Nah lho, ajak ketiganya juga halal
Najwa Aini: Pasti seru kalau pendampingnya 3 orang sekaligus
total 1 replies
Ayuwidia
Tunangan Di memang gitu. Gampang ngambek. Kaya' bocah yang nggak dikasih permen sama emaknya
Najwa Aini: Dia juga cembokur ma Zian yg asli..
😁😁
total 1 replies
Ayuwidia
Woah, berapa mantan lu, Bang?
Najwa Aini: Kalau menurut cerita di kutunggu jandamu, mantannya 4..
Selaku itu memang dia
total 1 replies
Ayuwidia
Kamu mang harus giat bekerja, Bang. Demi memanjakan istri dan anak2. Hahay
Ayuwidia: pftttttt
total 4 replies
Ayuwidia
Barakallah fii umrik, Diandra
Ayuwidia: sama2
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!