NovelToon NovelToon
CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Office Romance / Mantan
Popularitas:21.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Nadira tak pernah menyangka bekerja di perusahaan besar justru mempertemukannya kembali dengan lelaki yang pernah menjadi suaminya tujuh tahun lalu.

Ardan, kini seorang CEO dingin yang disegani. Pernikahan muda mereka dulu kandas karena kesalahpahaman, dan perpisahan itu menyisakan luka yang dalam. Kini, takdir mempertemukan keduanya sebagai Bos dan Sekretaris. Dengan dinginnya sikap Ardan, mampukah kembali menyatukan hati mereka.

Ataukah cinta lama itu benar-benar harus terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 15.

Di dalam ruang rawat, suasana begitu hening. Tuan Bondan masih lemah pascaoperasi meski sudah hampir dua minggu, wajahnya masih pucat namun sorot matanya tetap tajam. Nadira menunduk, kedua tangannya bertaut di pangkuan. Sementara Ardan berdiri tegak di samping ranjang, menatap mertuanya dengan sorot mata tenang.

“Saya ingin menikahi Nadira kembali,” ucap Ardan akhirnya, suaranya mantap tanpa keraguan. “Bisakah Anda menjadi walinya?”

Tuan Bondan terdiam sejenak. Tatapannya bergeser pada putrinya, penuh tanya sekaligus keraguan. “Dira… apa kau benar-benar yakin dengan keputusan ini? Kau ingin menikah lagi dengan mantan suamimu?”

Nadira mendongak perlahan, suaranya lirih tapi pasti. “Iya, Papa. Aku yakin.”

Pertanyaan berikutnya meluncur lebih berat. “Pernikahan kalian nanti… akan sah secara agama dan negara?”

Ardan menahan napas sepersekian detik, lalu mengangguk tegas. “Tentu saja.”

Meski wajahnya tetap datar, Nadira bisa menangkap kegelisahan kecil dalam sorot mata ayahnya.

“Baiklah,” ujar Tuan Bondan dengan napas berat. “Papa setuju. Tapi… bolehkah tinggalkan aku berdua dulu? Aku ingin bicara dengan putriku.”

Ardan sempat terlihat keberatan, rahangnya menegang. Namun akhirnya ia melangkah keluar bersama ibu kandung Nadira, meninggalkan ruang itu.

Begitu pintu menutup, suasana berubah. Sorot mata Tuan Bondan melembut, penuh kasih sekaligus kecemasan. “Nak… apa Ardan tahu tentang kejadian tujuh tahun lalu? Bahwa kau terpaksa meminta cerai hanya agar dia bebas dari penjara?”

Pertanyaan itu menusuk. Nadira terdiam cukup lama, lalu menggeleng perlahan. “Belum, Pah. Aku… belum punya keberanian. Tanpa bukti, aku takut dia salah paham dan menganggap ku wanita licik. Lebih baik rahasia itu tetap tersimpan dulu.”

“Nadira…” suara ayahnya melemah, nyaris bergetar. “Papa hanya takut kalau Ardan salah paham dan menyakitimu. Demi dia dan kami... kau sudah banyak berkorban.”

Senyum kecil terbit di wajah Nadira, ia meraih tangan ayahnya yang dingin dan penuh keriput. “Papa, jangan khawatir. Ardan memang dingin… tapi dia tidak kejam. Dia masih perhatian dengan caranya sendiri, itu sudah cukup bagiku.”

Hening sejenak, sebelum Nadira kembali membuka suara. “Ngomong-ngomong, apa Papa sudah tahu siapa yang membiayai seluruh perawatan Papa?”

Tuan Bondan menggeleng pelan. “Papa juga heran. Adikmu sudah mencoba mencari tahu, tapi pihak rumah sakit menolak memberikan informasi. Mereka hanya bilang ada seseorang yang berbaik hati membayar semua biaya. Apa menurutmu… Ardan yang melakukannya?”

Nadira terdiam lama, tatapannya menerawang. “Mungkin, Pah. Tapi… aku belum berani memastikan. Jadi, tolong jangan bahas ini di depan Ardan.”

Dalam hatinya, Nadira menyimpan kecurigaan. Memang Ardan pernah mengancam akan mengeluarkan ayahnya dari rumah sakit jika ia tak menuruti kemauan pria itu. Tapi... jika benar Ardan diam-diam membiayai semua ini? Berarti pria itu menyembunyikan sesuatu, perhatian lainnya yang tak pernah diucapkan pria itu dengan kata-kata.

Sementara itu di luar ruang rawat, Ardan berdiri dengan kedua tangan bersedekap. Tatapannya jatuh pada jendela rumah sakit, seakan sibuk memandang ke luar padahal pikirannya sama sekali tidak tenang. Sejak ia masuk ke kamar tadi, ia bisa melihat jelas betapa rapuhnya Nadira di hadapan ayahnya. Itu membuat sesuatu berdesir di dalam dadanya.

Ibu Nadira menatap Ardan lama, seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun ia hanya diam, tak ingin mengusik menantunya itu apalagi Ardan menampilkan wajah dingin yang tak tersentuh.

Di dalam ruang rawat, Nadira kembali menunduk mencium punggung tangan ayahnya. “Papa istirahatlah, jangan terlalu khawatir soal aku.”

Tuan Bondan mengangguk lemah, meski wajahnya masih dipenuhi kecemasan. “Baiklah, tapi ingat… jangan tanggung semuanya sendirian. Jika Ardan benar-benar masih peduli padamu, biarkan dia tahu kebenarannya suatu saat nanti.”

Nadira hanya tersenyum, meski dalam hati ia menyimpan banyak pertanyaan yang belum punya jawaban.

Esoknya, suasana rumah sakit masih dipenuhi aroma obat-obatan dan cahaya putih yang dingin. Namun di salah satu ruangan kecil yang sudah dirapikan seadanya, suasana berbeda tercipta. Beberapa kursi disusun, meja kecil ditutup kain putih sederhana dan seorang penghulu telah hadir.

Nadira duduk dengan hati yang berdebar, mengenakan kebaya sederhana berwarna krem lembut. Wajahnya dipoles tipis, membuat pesonanya tampak alami. Ia duduk di samping ibu dan adik perempuannya, sementara sang ayah meski masih lemah, hadir sebagai wali. Tangan Tuan Bondan bergetar, tapi sorot matanya mantap saat menatap putrinya.

Ardan datang mengenakan setelan sederhana warna hitam. Tidak ada pesta mewah, tidak ada karangan bunga atau sorak sorai. Hanya detik-detik sunyi yang begitu sakral.

“Baik, mari kita mulai akadnya,” ucap penghulu tenang.

Tuan Bondan berusaha menahan sesak di dadanya, tangannya yang lemah menggenggam tangan Ardan.

“Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Ardan. Dengan putriku Nadira binti Bondan, dengan mas kawin seperangkat berlian dibayar tunai!”

Ardan menghela napas pelan, lalu menjawab mantap. “Saya terima nikah dan kawinnya Nadira binti Bondan dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai.”

Hening sejenak, lalu para saksi mengangguk serempak. “Sah.”

Nadira menunduk, air matanya menetes diam-diam. Sementara Ardan, meski wajahnya tetap datar namun tatapan matanya tidak pernah lepas dari Nadira.

Di balik pintu yang sedikit terbuka, sepasang mata memperhatikan dengan senyum lega... Nyonya Rarasati. Ia berdiri tersembunyi, tak ingin Ardan tahu dirinya menyaksikan momen itu. Ada air bening menggenang di sudut matanya, sesuatu yang jarang sekali terlihat dari wanita setegas dirinya.

“Syukurlah, akhirnya kalian kembali terikat, Nak…” bisiknya lirih.

Setelah ijab kabul, penghulu memberikan doa. Nadira menggenggam tangannya erat di pangkuan, sementara Ardan diminta untuk menyalami istrinya. Tangan mereka bertemu, dingin, kaku tapi tetap erat.

“Selamat,” ucap penghulu.

Ardan menoleh sebentar pada Nadira, kemudian berkata singkat. “Mulai hari ini… kau resmi kembali jadi istriku.”

Nadira menunduk, menahan debar. Ia ingin tersenyum, namun hanya bisa menggumam pelan, “Iya.”

Usai prosesi sederhana itu, hanya keluarga inti dan beberapa bawahan Ardan yang tadi menjadi saksi tetap tinggal di ruangan. Tak ada pesta, tak ada tamu undangan. Semua berlangsung sunyi, seolah menikah kembali adalah hal yang seharusnya mereka rahasiakan dari dunia.

Namun bagi Nadira, meski sederhana pernikahan itu membawa perasaan hangat yang lama tak ia rasakan.

Bagi Ardan… ia sendiri tak mampu menafsirkan apa yang kini berkecamuk di dadanya.

*

*

*

Fyi, mengucapkan ijab kabul/menikah kembali secara agama... bagi suami istri yang masih sah secara negara namun berpisah sangat lama itu dianggap baik ya.

1
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Jeng Ining
good Clau provokasi Ardan terus, itubmemang yg dimaui mama Ardan, biar sepenuh hati Ardan melakukan pembelaan thd Nadira dn mengeluarkan semua isi hati yg hanya ada Nadira😁😁😁
Rere💫: Wwkwkw biar termehek-mehek pas ketemu Nadira ya 🤣
total 1 replies
Tiara Bella
wow Ardan terlalu cepet ini mah ketemunya Nadira ....hehehhe...
Rere💫: Dikasih tau 🤣
total 1 replies
Azahra Rahma
bagus, keren
Azahra Rahma
Ardan jangan percaya kata² Claudia,,dia itu wanita siluman ,,entah siluman laba² atau siluman ular putih
Rere💫: Siluman rubah 🦊🤣
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Claudia emang licik...

Dalam keadaan terdesak pun dia masih bersikap sombong dan mencoba memprovokasi Ardan...😒
Rere💫: Cih, modelan gatal doang 🤣
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Istrimu di culik mama kamu, Ardan... Udah jangan khawatir 🤭
Aditya hp/ bunda Lia
istrimu mamah mu yang culik Ardan ...
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Azahra Rahma
dalangnya adalah ibumu Ardan,,yg menculik Nadira
Azahra Rahma
tapi aku yakin Ardan tidak pernah berhubungan intim dengan Claudia,,,kalau Claudia dekat² saja sepertinya Ardan tidak menyukainya
Tiara Bella
aku udh takut Nadira diculik sm Claudia twnya sm mamer.....lega nya....sabar Ardan....et dah
Desyi Alawiyah
Udah deh Clau, terima aja... Ardan juga ngga pernah cinta sama kamu...

Mungkin iya, dia cinta sama kamu dulu, tapi kan karena terpaksa...
Desyi Alawiyah
Udah Ardan, berikan Nadira waktu... Dia juga pasti syok setelah mendengar kenyataan ini...

Yang penting kamu udah tahu kalo Claudia adalah dalang dari semua ini...

Claudia emang pahlawan, tapi pahlawan kesiangan /Facepalm/
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Tiara Bella
akhirnya kebenaran terungkap.....tinggal jeblosin kepenjara aja tuh Claudia sm pphnya
Dian Rahmawati
ih si claudia perempuan macam apa
Zeni Supriyadi
belum kapok jg Claudia. ayo nyonya Rarasati tunjukkan pesonamu yg jauh lebih spektakuler🤭
Zeni Supriyadi: yab betul🤣🤣🤣
total 2 replies
Azahra Rahma
aku harap nyonya rarasati dan Ardan masih punya kartu as yg lain utk menjatuhkan Claudia dan ayahnya sampai mereka benar² hancur jatuh miskin seperti keluarga Nadira,,,itu baru balasan yg setimpal
Desyi Alawiyah: Setuju sih.. Biar Claudia dan bapaknya ngga berkutik...
total 1 replies
Aditya hp/ bunda Lia
mau bikin ulah apalagi tuh si lampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!