Dijebak oleh sahabat dan atasannya sendiri, Adelia harus rela kehilangan mahkotanya dan terpaksa menerima dinikahi oleh seorang pria pengganti saat ia hamil. Hidup yang ia pikir akan suram dengan masa depan kacau, nyatanya berubah. Sepakat untuk membalas pengkhianatan yang dia terima. Ternyata sang suami adalah ….
===========
“Menikah denganku, kuberikan dunia dan bungkam orang yang sudah merendahkan kita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 ~ Terungkap
Bab 28
“Mas Abi.”
Abi menoleh. “Hei, sudah datang.”
Adel mengangguk lalu meletakan goody bag di atas meja. “Aku diantar Mas Ari, kebetulan dia kegiatan dekat sini. Ini sarapannya ya.”
Abi tersenyum, tangannya terulur mengusap pipi Adel.
“Mas, jangan. Nanti ada yang lihat.”
“Terus kalau nggak ada yang lihat, boleh dong?”
“Ish, apaan sih. Aku ke ruangan dulu ya.”
“Jangan capek-capek, santai aja.”
Adel mengangguk, wajahnya masih tersenyum lalu meninggalkan pantry. Entah jam berapa semalam Abi pulang, yang jelas ia sudah terlelap. Sempat terjaga mendapati suaminya tidur di ranjang, padahal sebelumnya selalu di lantai. Bukan hanya tidur di ranjang yang sama, Abi juga memeluknya. Paling tidak hubungan mereka ada kemajuan.
Sampai di meja kerja, Adel langsung fokus mengerjakan laporan yang diminta Mona. Di luar boleh hubungan mereka tidak seakrab dulu, tapi di kantor Mona adalah ketua tim. Berusaha profesional menjaga hubungan itu dan percaya pada suaminya kalau ada waktu untuk membalas apa yang dilakukan Mona dan Zahir.
Cukup lama fokus, bahkan rekan satu tim yang lain sudah mengirimkan file-file yang harus Adel gabungkan.
“Gini ya, mbak?” tanya Adel. Salah satu rekannya berdiri di samping Adel dan agak menunduk melihat layar komputer dan men scroll ke bawah.
“Udah lengkap ini, sudah oke.”
“Makasih ya mbak, kalau bikin sendiri nggak yakin udah selesai.”
“Itulah gunanya kerja tim. Kamu cetak lalu serahkan ke Mona.”
Meja kerja Mona sudah berpindah di ruangan sebelah, khusus para ketua tim. Saat menyambangi ruangan tersebut dengan map di tangan, Adel heran dengan sikap Mona. Yang lain sibuk dan fokus dengan layar masing-masing, tetapi Mona sedang bersenandung sambil memakai kutek.
“Mona,” panggil Adel.
Mona hanya berdehem dan meniup pelan kukunya. “Ish, kok jelek ya. Ke nail art aja deh,” gumam wanita itu.
Adel meletakan laporan di atas meja. “Ini laporan kegiatan kemarin.”
“Udah bener belum, awas aja kalau masih salah,” sahut Mona tanpa menatap Adel apalagi memeriksa laporan itu. Masih fokus dengan kukunya.
“Dicek aja dulu. Laporannya bukan aku yang buat, tapi semua tim terlibat.”
Akhirnya pandangan Mona beralih pada Adel. “Kayak gitu aja nggak becus. Gimana mau naik jabatan. Bisa-bisa kamu jadi junior mulu.”
“Nggak pa-pa, aku nggak minat naik jabatan.”
“Pantas saja suami kamu OB, hidup kamu nggak ada visi. Kayak aku dong. Sekarang ketua tim, mana tahu tahun depan direkomendasikan lebih tinggi. Paling tidak aku menikah dengan manager atau direktur.”
Adel mengangguk. “Semoga tercapai ya.”
Melihat sikap Adel yang tenang dan tidak terpancing emosinya, Mona kesal sendiri. Dia berdiri lalu menggebrak meja membuat mereka menjadi perhatian.
“Lihat aja, aku akan alu mutasi kamu ke tim lain. Malas banget punya anggota kayak lo, udah nggak selevel kita.”
“Mona, apaan sih. Berisik tahu.”
“Gimana nggak berisik, kalau punya bawahan kayak gini,” sahut Mona pada rekan disamping kubikelnya lalu menunjuk Adel. “Udah sana jangan kelamaan di sini.”
Adel kembali ke ruangannya dan fokus lagi dengan tugasnya. Hampir waktunya makan siang saat beberapa rekan kerja Adel menghampiri ke mejanya.
“Jadi, kamu menikah dengan Abimanyu?”
“Hah.” Adel terkejut karena rekannya mengetahui hal itu. “Mbak, tahu dari mana?”
“Itu di grup. Kamu belum baca ya, ada foto kamu dan Mas Abi. itu foto waktu kalian menikah ya?”
“Bisa aja itu editan. Nggak nyangka deh, kalau Adel yang dapatkan mas Abi. Aku patah hati,” seru yang lainnya lagi.
Adel gegas membuka ponsel serta grup chat yang dimaksud. Benar saja, ada foto saat dia menerima mahar dari Abi.
“Guys, sudah tahu yang lagi heboh ‘kan?”
Adel masih menatap layar ponselnya. Mona memasuki ruangan sambil berteriak. Penampilannya yang seksi dan semakin glamour menjadi cibiran.
“Ternyata Adel menikah dengan Abimanyu, kalian pasti terkejut. Aku juga gitu.”
“Biasa aja sih Mon, kita bukannya terkejut tapi patah hati. Ternyata Abimanyu sudah jadi milik Adel.”
“Hah, patah hati. Ya ampun selera kalian sama si Adel itu kok sebelas dua belas sih. Kayak nggak ada lagi di dunia ini cowok tajir dan ganteng.” Mona lalu bersedekap. “Adel kamu dipanggil Pak Zahir, Abi juga. Malah dia udah duluan ke sana.”
Sejak Mona datang dan mengoceh, Adel sudah kesal. Entah apa lagi yang diperbuat oleh wanita ini. Tidak menjawab apalagi komentar, langsung beranjak dan meninggalkan ruangan bahkan melewati Mona begitu saja.
“Hih, sombong,” cetus Mona.
Sampai di depan ruangan Zahir, Neli langsung membukakan pintu. “Kamu sudah ditunggu.”
“Iya, mbak.”
Memasuki ruangan ternyata bukan hanya ada Zahir dan Abi, tapi juga ada Aldo -- manager HRD. “Permisi,” ucap Adel.
“Ah, Adelia. Kemarilah!”
Zahir duduk di sofa tunggal, Aldo di sofa kiri dan Abi menduduki sofa sebelah kanan Zahir.
“Duduk di situ, di samping suami kamu,” ujar Zahir menunjuk Abi.
Abi menatap datar dan bergantian Zahir juga Aldo. Apalagi rencana pria ini, pikirnya.
"Informasi pernikahan kalian sudah terekspos. Padahal saya berusaha merahasiakan. tapi ya ... aturan tetap aturan. Silahkan Pak Aldo, dilanjutkan," ungkap Zahir.
"Aturan di perusahaan ini, tidak boleh ada sesama karyawan terlibat ikatan pernikahan dan hubungan kalian suami istri," tutur Aldo.
"Kami paham, lalu apa yang harus kami lakukan," ujar Abi.
"Salah satu dari kalian harus resign," ujar Aldo.
"Oke, saya yang resign mulai besok," cetus Abi.
'Aku ikuti alurnya.'
"Mas Abi," tegur Adel karena tidak setuju dengan keputusan suaminya.
"Kenapa kamu yang resign, seharusnya istrimu. Astaga Abimanyu, kamu tega membiarkan istrimu bekerja. Padahal dia sedang hamil loh."
"Adel, kamu sedang hamil?" tanya Aldo terkejut dengan pernyataan Zahir dan Adel menjawab dengan anggukan pelan.
"Saya akan cari pekerjaan yang lebih layak."
"Lebih layak?" Zahir terkekeh sendiri. "Apa yang lebih layak dari seorang OB. Resign lah mulai hari ini dan cari pekerjaan yang lebih layak itu. Pergilah kalian!"
Zahir mengusir dengan menggerakkan tangannya. Abi menatap tajam Zahir atas penghinaan yang dia terima.
"Ayo, mas," ajak Adel tidak ingin terjadi perdebatan apalagi suaminya terlihat garang.
Sampai di pantry Adel menanyakan kenapa Abi memutuskan resign.
"Seharusnya aku saja."
Abi menanggapi dengan senyum. "Kamu tenang saja, aku akan cari pekerjaan lain."
"Bukan begitu, aku ...."
"Sabar ya, hanya satu Minggu. Setelah itu terserah kamu mau tetap bekerja atau resign."
Adel menghela nafas, tidak ingin mendebat Abi. Pria itu bersiap untuk pergi, bahkan sudah memakai jaket.
"Nanti sore aku jemput." Abi pamit, lagi-lagi mengusap kepala Adel.
Lagi bucin²nya suamimu..
🥹🥹🥹🥹🥹
anak yang terlahir dan dididik dari seorang pelakor mank beda yaaaa...
ngeri bener...gak takut dosa ke orang tua...
ya mau gimana lagi,sepak terjang emaknya aja dia tau,jadi ya hilang rasa hormat anak ke ibunya...
ayooook cari cara lain lagi ...
yang lebih dahsyat rencana nya...
yang bisa sekali tepuk kamu dan moda langsung ikutan modar
ada aja ya pemikiran mu Del 😆😆😆