Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Aric memalingkan wajah nya dari Faza. Hati Aric terlalu sakit bahkan untik melihat tangisan Faza pun Aric tak sanggup lagi rasanya.
"Pergilah! Aku ingin sendiri...." ucap Aric untuk kesekian kali nya..
"Kita harus bicara, mas.. Kamu harus mendengarkan penjelasan aku dulu!"
"CUKUP, ZA!! Kenapa kamu bebal banget sih?! Aku bilang aku mau sendiri! Kamu tuli, hah ?"
Faza tidak punya pilihan, berkali-kali Aric memintanya pergi bahkan ucapan Aric semakin kasar membuat hati Faza semakin sakit..
Faza berdiri dan mulai melangkah pergi keluar dari kamar itu..
"Secepatnya Aku akan mengembalikan kamu pada orang tua mu!!"
Deg!
Jantung Faza seakan berhenti berdetak. Bumi yang di pijaknya terasa bergoyang di terpa gempa yang maha dahsyat..
Faza tak menoleh lagi. Wanita itu terus berjalan sambil membalut luka nya sendiri..
Aric terkulai lemas kala mendengar deru mobil Faza semakin jauh dan hilang di ganti oleh keheningan yang sulit Aric jelaskan.
Faza pulang ke apartemen mereka. Hingga malam Faza menunggu kepulang Aric. Namun ternyata, Aric tidak pulang semalaman. Membuat Faza semakin di landa gelisah..
Keesokan hari nya, pagi-pagi sekali Aric pulang ke apartemen. Faza buru-buru menghampiri. Namun Aric menolaknya, pria itu diam seribu bahasa. Tak mau mendengarkan Faza bicara, tak mau memakai pakaian yang sudah Faza siapkan, tak mau minum atau makan apapun yang Faza sediakan.
Meskipun secara hukum agama sudah jatuh talak satu sejak Aric mengucapkan niat untuk memulangkan nya pada kedua orang tuanya, tapi Faza tak menyerah karena memang menyadari kesalahan nya.
"Mas....Maafkan aku..." Lirih Faza saat Aric hendak pergi lagi
"Persiapkan diri mu! Sebelum makan siang aku akan mengantar mu pulang ke rumah kedua orang tua mu!" ucap Aric tanpa melihat Faza
Setelah mengatakan itu, Aric langsung pergi sambil membanting pintu kamar..
Seperti tersambar petir di siang bolong, telinga Faza terasa berdengung nyeri. Dada nya semakin sesak seperti terhimpit batu besar. Tubuh Faza jatuh ke lantai, lututnya lemas tak lagi mampu menopang tubuhnya.
Tanpa terasa jam menunjukkan pukul 10 pagi, Faza sudah mengepak semua barang nya. Sekali lagi, dia meletakkan buku nikah serta cincin kawin di atas buku itu di nakas dekat tempat tidur mereka.
Faza akan memberikan Aric waktu untuk berpikir. Semua keputusan ada di tangan Aric..
Terdengar bunyi pintu apartemen terbuka. Faza menyeret koper susah payah karena tenaga nya sudah terkuras habis untuk menangis. Faza memakai baju serba hitam, topi serta masker hitam. Faza memakai topi mya bahkan sampai menutupi hampir seluruh wajah nya.
Selama dalam perjalanan, Aric tak bicara sepatah katapun. Sesekali Faza mengusap sudut matanya yang terus basah. Isakan nya sama sekali tak terdengar. Faza terlalu rapih menyembunyikan luka nya.
Aric memesan tiket pesawat lewat online, setelah melewati berbagai pemeriksaan, mereka pun sudah ada di dalam pesawat.
Faza duduk di dekat jendela, sementara Aric duduk di samping Faza.
Selang 1 jam lebih 30 menit, pesawat mereka mendarat di Bandara Internasional Juanda.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Taksi biru dari bandara ke kediaman kedua orang tua Faza.
Kedatangan mereka tentu sangat mengejutkan, namun Faza tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara Aric, wajahnya menampilkan keseriusan.
Ayah dan Bunda mempersilahkan anak menantu mereka untuk masuk ke dalam rumah. Faza membuka topi dan maskernya. Bunda dan Ayah terkejut saat melihat mata Faza yang sembab serta raut wajah putri mereka yang penuh dengan kesedihan.
"Begini, Ayah... Bunda... Aric datang kesini untuk memulangkan Faza. Maaf. Aric melakukan ini karena Aric tidak bisa memaklumi kebohongan yang telah Faza lakukan selama bertahun-tahun pada Aric."
Ayah dan Bunda terlihat sangat terkejut, namun mereka terlalu bijak untuk bersikap tak terima serta marah-marah seperti orang tua kebanyakan.
"Coba ceritakan pelan-pelan, Ric.. Kebohongan seperti apa yang sudah Faza lakukan ?" tanya Ayah Ikhsan. Nadanya pelan namun terkesan tegas dan penuh wibawa..
Aric menghembuskan nafas berat. Sementara Faza menunduk semakin dalam.
"Selama 5 tahun Faza membohongi Aric, Ayah.." Nafas Aric kembali menggebu.
"Faza menyembunyikan rahasia besar yang seharusnya Aric ketahui sejak awal.." Aric mengusap wajahnya dengan kasar.
Faza menunduk semakin dalam. Tak ada air mata lagi yang jatuh membasahi pipi Faza. Hanya tatapan kosong yang seolah siap menerima apapun keputusan Aric.
"Tenanglah, Ric. Jangan diperbudak oleh emosi sesaat. Kita bicarakan baik-baik setelah kalian beristirahat. Ayo..." Ayah mengajak Aric menjauh dari Faza untuk sejenak.
Sementara Bunda Zila pun membawa Faza ke kamar putri nya yang sudah lama tidak di tinggali..
"Bun...." Faza memeluk bunda nya. Air matanya tak jatuh barang setetes. Faza menahan nya karena tidak mau sampai membuat Ayah dan Bunda nya sedih.
"Apa Aric sudah tahu tentang surat itu ?"
Faza mengangguk...
"Tidak apa-apa, sayang.. Bunda sudah bilang waktu itu, lambat laun Aric pasti tahu." Bunda mengusap bahu Faza.
"Tapi, bun... Mas Aric sama sekali nggak mau denger penjelasan aku.."
"Iya.. Kamu harus mengerti, pasti sulit untuk Aric menerima kenyataan bahwa Alena bukanlah darah daging nya. Selama 5 tahun ini Aric selalu menganggap Alena sebagai putri kandung nya, kan ?!"
Faza mengangguk lagi, membenarkan ucapan sang bunda..
"Sekarang lebih baik kamu istirahat. Biarkan Ayah yang bicara dengan suami mu.."
Setelah mengatakan itu, Bunda keluar dari kamar Faza..
Sementara itu, di taman belakang. Ayah mengajak Aric bicara sebagai sesama pria, bukan sebagai Ayah dan anak..
"Aric tidak menyangka Faza akan menipu Aric sampai begini. Hati Aric sakit, yah.." Rasa sesak nya masih terasa sangat jelas..
"Ric. Bagaimana jika kebohongan yang Faza lakukan ini memiliki alasan yang tidak kamu sangka-sangka ?"
"Maksud ayah ?"
"Dengarkan dulu penjelasan istri mu. Faza pasti punya alasan."
"Apapun alasan nya, kebohongan itu tetap tidak bisa di benarkan, Ayah.. Aric tetap tidak terima." Sahut Aric tegas
Bangun dari duduknya.. "Maaf, Ayah.. Aric harus pergi sekarang. Aric akan mengurus perceraian Aric dengan Faza secepatnya."
Ayah ikut berdiri. "Baiklah. Kamu juga sudah terlanjur memulangkan Faza pada kami. Ayah menerima nya. Terimakasih. Dan Ayah minta maaf atas nama Faza."
Deg!
Kepala Aric seperti di hatam sesuatu yang berat dan menyakitkan. Ketika mendengar Ayah bicara seperti itu, Aric seakan tersadar bahwa sudah tidak ada harapan lagi untuk dia dan Faza kembali bersama.
Sakit hati yang Aric rasakan kini berubah menjadi ketakutan. Takut kehilangan Faza.
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Aric terlalu egois untuk mengakui bahwa keputusan yang di ambil nya karena emosi yang terlalu dalam.
"Boleh Aric menemui Faza, sebentar...?!" Tanya Aric pada Ayah dan Bunda
Kedua orang tua itu mengangguk pelan.
Aric masuk ke kamar Faza. Faza menoleh dengan tatapan sendu..
"Aku mau pulang, Za.." Suara Aric pelan namun pelan nya justru seakan menyayat hati Faza..
Aric menghampiri Faza..
"Aku maafkan kamu. Tapi kita tidak bisa seperti dulu.. Apapun alasan nya kamu tetap membohongi Aku. Dan aku tidak akan pernah bisa melupakan trauma ini seumur hidup ku."
Faza tetap diam di tempat nya. Pikiran nya terlalu kacau untuk mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Aric.
"Selamat tinggal, Za..." Aric berbalik, berjalan dengan langkah berat meninggalkan Faza. Sementara Faza, tetap tak bergeming. Nafasnya tercekat di tenggorokan.
tolong kasih dia bangun ,biar menyadari kelakuan suaminya, yg merendahkan istri, dn wanita
kasih pelajaran apasi, faza budak laki
🤣🤣🤣
dgn kebaikan, preet ahh🤣
yg jelas bukan aku,yg mengirimkan nya