" jangan harap gue menerima lo sebagai istri gue.. lo harus ingat lo itu cuma anak pembantu. " tekan Gavin..
" tuan muda kira, saya juga mau menikah dengan lo.. tidak sama sekali tapi orang tua lo yang datang sama orang tua gue supaya bapak gue setuju, kalau gue menikah dengan lo. " jelas Alisha..
" jangan sampai semua orang di sekolah tau kalau kita suami istri.. apalagi gue juga punya pacar yang lebih cantik dari lo. "
" lo tenang aja, seisi sekolah tidak akan tau kok.. lo juga bukan tipe gue. " ketus Alisha..
Alisha di paksa menikah dengan tuan muda yang bernama Gavin.. Alisha ingin menolak tapi orang tuanya memaksa karena majikan mereka sangat baik kepada keluarga nya..
tuan willian yakin, Alisha dapat mengubah Gavin menjadi anak yang baik.. karena selama ini hidup Gavin bebas dan semaunya..
* apakah Alisha mampu mengubah sikap Gavin dan Sampai kapan pernikahan mereka bertahan. *
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariyanteekk09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 28
Alisha, dengan rambutnya yang terikat rapi, cekatan mengatur pesanan teh manis hangat untuk para tamu penginapan milik abangnya. Bau kayu manis dan cengkeh dari rempah-rempah yang digunakan untuk minuman itu memenuhi udara, bercampur dengan aroma laut yang khas dari desa nelayan tempat penginapan itu berdiri. Ia tersenyum ramah kepada setiap tamu yang datang, melayani mereka dengan penuh kesabaran. Meskipun gelar sarjana hukumnya terpampang gagah di dinding kamarnya, Alisha lebih memilih untuk membantu abangnya di penginapan daripada melamar pekerjaan sebagai pengacara di kota besar.
“sha , pesanan tehnya tambah lagi, ya!” teriak bang kenan. , abangnya, dari balik meja resepsionis.
Alisha hanya mengangguk, lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Ia menikmati kesibukannya. Kehidupan di desa, jauh dari hiruk-pikuk kota, terasa lebih menenangkan. Ia bisa merasakan kesegaran udara pagi, menikmati keindahan matahari terbenam di ufuk barat, dan bercengkrama dengan para tamu yang berasal dari berbagai daerah, bahkan berbagai negara. Mereka berbagi cerita, pengalaman, dan kebahagiaan. Alisha merasa hidupnya bermakna dengan cara ini.
Meskipun begitu, sesekali keraguan masih menghantuinya. Apakah keputusannya untuk tidak menjadi pengacara adalah keputusan yang tepat? Apakah ia telah membuang bakatnya begitu saja? Teman-teman kuliahnya kini telah sukses di kota besar, memiliki karir gemilang sebagai pengacara. Alisha seringkali melihat foto-foto mereka di media sosial, foto-foto yang menampilkan mereka dalam balutan jas dan kemeja rapi, berada di kantor-kantor hukum modern dan mewah.
Namun, setiap kali keraguan itu muncul, Alisha selalu mengingat alasannya untuk tetap berada di desa. Ia ingin membantu abangnya mengembangkan penginapan keluarga. Ia ingin berkontribusi bagi kemajuan desanya. Ia ingin merasakan kepuasan membantu orang lain secara langsung, bukan hanya melalui hukum dan peraturan yang rumit.
Suatu sore, seorang tamu yang sudah menginap beberapa hari datang menghampirinya. Ia adalah seorang arsitek dari Jakarta, yang sedang melakukan riset untuk membangun sebuah resort di daerah tersebut. Ia bercerita tentang rencana pembangunan resortnya, serta kendala-kendala yang dihadapinya. Alisha, dengan pengetahuan hukumnya, memberikan beberapa saran dan masukan yang bermanfaat. Tamu itu sangat terkesan dengan wawasan Alisha.
“Anda memiliki pengetahuan hukum yang sangat baik,” puji tamu itu. “Sangat disayangkan jika Anda tidak menggunakannya.”
Alisha tersenyum. Ia menyadari bahwa ia bisa menggabungkan keahliannya sebagai pengacara dengan pekerjaannya di penginapan. Ia bisa memberikan konsultasi hukum kepada para tamu, atau membantu menyelesaikan permasalahan hukum yang terjadi di desanya. Ia tidak perlu meninggalkan desa untuk menjadi pengacara yang sukses. Ia bisa menjadi pengacara yang bermanfaat bagi masyarakat di desanya.
Malam itu, Alisha menatap langit berbintang. Ia merasa tenang dan damai. Ia telah menemukan jalannya. Ia akan tetap berada di desa, membantu abangnya mengembangkan penginapan, dan menggunakan keahliannya sebagai pengacara untuk membantu orang lain. Ia telah menemukan kebahagiaannya, jauh dari hiruk-pikuk kota, di tengah keindahan alam dan keramahan masyarakat desanya.
********
Keesokan harinya, Alisha memulai hari dengan semangat baru. Ia menambahkan sebuah papan kecil di dekat meja resepsionis penginapan, bertuliskan "Konsultasi Hukum Sederhana - Gratis". Ia menawarkan layanan konsultasi hukum sederhana dan gratis kepada para tamu penginapan. Responnya sangat positif. Banyak tamu yang memanfaatkan layanan tersebut, bertanya tentang berbagai hal, mulai dari masalah pertanahan, perjanjian sewa, hingga masalah hukum lainnya. Alisha senang bisa membantu mereka. Ia merasa keahliannya sebagai pengacara akhirnya bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Kabar tentang Alisha yang memberikan konsultasi hukum gratis tersebar luas di desa. Warga desa pun mulai mendatanginya untuk meminta bantuan. Alisha dengan senang hati membantu mereka. Ia memberikan nasihat hukum secara cuma-cuma, membantu mereka menyelesaikan masalah hukum mereka dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami. Ia merasa terhormat bisa menjadi bagian dari masyarakat desanya, berkontribusi bagi kesejahteraan mereka.
bang kenan, abangnya, sangat bangga dengan Alisha. Ia melihat bagaimana Alisha mampu menggabungkan keahliannya sebagai pengacara dengan pekerjaannya di penginapan. Penginapan mereka semakin ramai, tidak hanya karena keindahan alam dan pelayanan yang ramah, tetapi juga karena adanya layanan konsultasi hukum gratis dari Alisha.
Suatu hari, seorang nelayan datang kepada Alisha, menceritakan tentang sengketa lahan antara nelayan dengan perusahaan tambak udang. Nelayan tersebut terancam kehilangan lahan tempat mereka mencari nafkah. Alisha mendengarkan dengan seksama, kemudian menawarkan bantuannya. Ia mempelajari kasus tersebut dengan teliti, mencari informasi yang dibutuhkan, dan merancang strategi untuk membantu nelayan tersebut.
Dengan bantuan Alisha, nelayan tersebut akhirnya memenangkan kasusnya. Lahan mereka berhasil diselamatkan. Kegembiraan dan rasa syukur terpancar dari wajah nelayan tersebut. Alisha merasa sangat bahagia. Ia telah membuktikan bahwa ia bisa menjadi pengacara yang sukses, meskipun tidak bekerja di kantor hukum mewah di kota besar. Ia telah menemukan cara untuk mengabdikan dirinya bagi masyarakat, dengan cara yang sederhana namun berdampak besar.
Nama Alisha semakin dikenal di desa, tidak hanya sebagai pemilik penginapan yang ramah, tetapi juga sebagai pengacara yang peduli dan berdedikasi. Ia telah menemukan panggilan hidupnya, menggunakan keahliannya untuk membantu orang lain, tetap di desanya yang indah dan damai. Ia merasa hidupnya penuh makna dan kebahagiaan. Senyumnya selalu mengembang, mencerminkan kepuasan dan kebahagiaan yang ia rasakan. Ia telah membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu diukur dengan kekayaan dan kedudukan, tetapi juga dengan dampak positif yang diberikan kepada orang lain.
Kabar tentang Alisha, sang pengacara desa, terus menyebar. Bukan hanya di desanya sendiri, tetapi juga ke desa-desa tetangga. Orang-orang dari berbagai penjuru datang untuk meminta bantuannya, membuat jadwal konsultasi Alisha semakin padat. Mas Bayu pun harus membantu mengatur jadwal dan tamu yang datang, sementara Alisha fokus pada konsultasi dan penyelesaian masalah hukum yang dihadapi warga.
Alisha menyadari bahwa ia membutuhkan bantuan. Ia tak mungkin bisa menangani semua kasus sendirian. Ia mulai melatih beberapa warga desa yang memiliki minat dan kemampuan dalam bidang hukum. Ia mengajari mereka dasar-dasar hukum, cara menganalisis kasus, dan cara berkomunikasi dengan efektif. Ia membentuk sebuah tim kecil, sebuah tim advokasi desa yang terdiri dari warga desa yang terlatih.
Tim advokasi desa ini bekerja sama dengan Alisha dalam menangani berbagai kasus hukum. Mereka membantu Alisha dalam mengumpulkan data, melakukan riset, dan berkomunikasi dengan pihak terkait. Dengan adanya tim ini, Alisha bisa menangani lebih banyak kasus dan memberikan bantuan hukum yang lebih efektif kepada warga. Ia juga merasa senang karena bisa berbagi ilmunya dan memberdayakan warga desanya.
Suatu hari, sebuah perusahaan besar ingin membangun pabrik di dekat desa. Warga desa khawatir akan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pabrik tersebut. Mereka takut akan pencemaran air dan udara, serta hilangnya mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Mereka datang kepada Alisha dan tim advokasi desa untuk meminta bantuan.
Alisha dan timnya mempelajari rencana pembangunan pabrik tersebut dengan cermat. Mereka melakukan riset, menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi, dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang terkait. Mereka kemudian melakukan negosiasi dengan perusahaan tersebut, mengajukan tuntutan agar perusahaan tersebut memperhatikan dampak lingkungan dan kesejahteraan warga desa.
Setelah melalui proses negosiasi yang panjang dan melelahkan, akhirnya Alisha dan timnya berhasil mencapai kesepakatan dengan perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut bersedia untuk menerapkan teknologi ramah lingkungan, memberikan kompensasi kepada warga desa yang terdampak, dan menciptakan program pemberdayaan masyarakat. Warga desa sangat gembira dengan hasil tersebut. Mereka merasa bahwa Alisha dan timnya telah memperjuangkan hak-hak mereka dengan gigih dan berhasil.
Kabar keberhasilan Alisha dan tim advokasi desa dalam menangani kasus pabrik tersebut semakin memperkuat reputasi mereka. Mereka menjadi simbol harapan bagi masyarakat desa, bukti bahwa keadilan bisa ditegakkan, bahkan di desa terpencil sekalipun. Alisha, dengan senyumnya yang selalu mengembang, terus bekerja keras, berjuang untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat desanya. Ia telah menemukan panggilan hidupnya, dan ia akan terus mengabdikan dirinya untuk masyarakat, dengan penuh dedikasi dan cinta.