Nama ku, Muhammad Nathan Mahendra. Aku suka berulah pada kakak angkat ku. Namanya Loly Indah Permatasari. Dia cantik seperti namanya Indah Permatasari. Aku tergila-gila dengannya. Rasa gengsi yang membuat ku suka jahil dengannya. Karena tak ingin Loly mengetahui jika aku menyukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Ceklek.
Muncullah Bunda. "Nathan, ada apa, Nak? Kamu kelihatan gelisah gitu."
"Bund, coba periksa Kak Loly deh. Soalnya Nathan panggil-panggil nggak ada nyahut. Pintunya juga di kunci. Nathan khawatir Kak Loly kenapa-kenapa."
"Sebentar, Bunda ambil kunci dulu."
Bunda masuk kembali ke kamar. Beberapa detik kemudian Bunda keluar dengan kunci cadangan di tangannya. Kami gegas ke kamar Loly.
Bunda membuka pintu kamar Loly. Setelah terbuka, Bunda gegas masuk ke dalam. Aku ikut di belakang Bunda.
Terlihat Loly terbaring di atas ranjang, matanya terpejam. Entah sedang tidur atau pingsan. Tapi, kalo sedang tidur biasanya kalo di panggil juga dia bangun.
"Loly, Nak," Bunda menepuk-nepuk pelan pipi Loly. Bunda beralih menyentuh dahi Loly. "Astaghfirullahal'adzim.. panas sekali."
Bunda beralih menatap ku. "Nathan, kita ke dokter sekarang. Kamu gendong Loly yaa, Nak."
Aku mengangguk cepat. Gegas ku gendong tubuh mungil Loly membawanya ke mobil.
.
.
.
Dokter keluar dari ruangan setelah memeriksa Loly. "Dok, gimana kondisi putri saya?" Tanya Bunda khawatir.
"Putri ibu hanya pingsan. Itu di akibatkan demam tinggi sehingga membuat putri ibu tidak sadarkan diri."
"Terus sekarang gimana keadaannya, Dok?"
"Saya sudah memasukkan obat di infus agar cepat membantu menurunkan demamnya. Ibu bantu doa, semoga putri ibu lekas sembuh."
Bunda mengangguk. "Iyaa, Dok."
"Saya permisi."
Ku peluk Bunda yang masih khawatir dengan keadaan Loly. "Kak Loly baik-baik saja, Bund. Bunda jangan khawatir lagi yaa. Sebentar lagi Kak Loly sembuh."
Bunda melepaskan pelukannya. "Iyaa, kamu kabari Ayah yaa. Bunda masuk dulu, mau lihat keadaan Loly."
Ku anggukkan kepala. Bunda masuk ke ruangan pasien. Aku hanya mampu melihat Loly dari luar. Tubuhnya terbaring lemah, selang infus terpasang di tangannya, bibirnya pucat.
Perkataan ku telah membuat Loly seperti ini. Seharusnya aku bisa mengendalikan emosi ku. Semua ini gara-gara aku.
Ku hela nafas berat, membawa langkah ini ke taman rumah sakit. Duduk di bangku taman.
Ku kirim pesan pada Ayah, memberi tahunya kalo Loly masuk rumah sakit.
Aku duduk termenung sendirian. Bayangan semalam mengatai Loly cewek gampangan terngiang-ngiang di kepala. "Loly seperti ini gara-gara aku. Bod*h, bod*h, bod*h." Ku pukul kepala berulang kali berharap bayangan semalam menghilang.
Cukup lama aku duduk di kursi sendirian. Pukul 13.58 ku putuskan kembali ke ruangan Loly. Semoga saja Loly sudah sadar dari pingsannya.
Ceklek.
Saat masuk, terlihat Loly baru sadar dari pingsan. "Kenapa aku ada di sini?" tanyanya begitu Aku duduk di bangku samping ranjang.
"Jangan banyak tanya. Makan dulu yaa. Biar aku yang suapin."
"Nggak mau!" Ucap Loly menolak keras hingga membuat Bunda terbangun
"Sayang, kamu sudah sadar? Ya Allah, alhamdulillah..." Gegas aku berdiri, membiarkan Bunda duduk di bangku.
"Kenapa Loly ada di sini, Bunda?"
Bunda menghela napas panjang. Membelai kepala Loly yang terbalut hijab dengan lembut. Lalu beralih menoleh ke arahku sebentar.
"Jam sembilanan Nathan ketuk-ketuk pintu kamar Loly. Dipanggil-panggil nggak jawab, nggak ada sahutan. Nathan minta tolong ke Bunda buat ngecek keadaan Loly. Bunda bangunin, nggak bangun-bangun. Terus di bawa ke sini deh. Kata dokter, Loly pingsan karena demam tinggi."
Loly menunduk setelah mendengar penuturan Bunda.
"Bunda tau, Loly pasti sakit hati sama Nathan. Sayang, maafin anak Bunda yaa?" Loly melihat ku yang tertunduk lesu.
"Iyaa, Bund. Bunda sama Nathan, lebih baik pulang saja. Istirahat di rumah. Loly sudah baikan kok."
"Bunda nggak tega tinggalin Loly sendirian di sini."
"Kak Loly benar, lebih baik Bunda pulang saja. Istirahat di rumah. Biar Nathan yang jaga Kak Loly."
"Nggak usah! Kamu juga pulang, Nat. Aku sudah baikan." Cegah Loly.
"Yaa sudah, Bunda sama Nathan pulang dulu. kamu baik-baik di sini yaa."
"Tapi, Bund..." Aku menyela, tak setuju dengan pendapat Bunda. Bagaimana bisa Loly di tinggal sendirian dengan kondisinya yang seperti ini. Bunda tak menggubris perkataan ku.
"Sayang, Bunda mengerti kalo Loly pengen sendiri dulu buat nenangin pikiran. Kamu harus segera pulih, Nak. Bunda nggak tega lihat kamu sakit seperti ini." Loly mengangguk seraya tersenyum.
Terpaksa aku mengikuti langkah Bunda keluar dari ruangan. "Bund, masa' Bunda tega sih ninggalin Kak Loly sendirian di sini."
"Sebenarnya Bunda juga nggak tega ninggalin Loly sendirian di sini. Tapi saat ini Loly butuh waktu untuk menenangkan dirinya."
"Gini aja, Bunda pulang saja yaa. Itu Ayah udah dateng." Ku tunjuk Ayah yang baru saja sampai.
"Ayah, bawa Bunda pulang. Ayah sama Bunda istirahat di rumah. Biar Nathan di sini jagain Kak Loly."
"Bagaimana kondisi Kakak kamu, Nat?"
"Hanya demam, Yah. Insyaa allah, cepat sembuh."
Ayah bernafas lega.
"Nathan.."
"Udah, Bunda pulang aja. Biar Nathan yang ngurus Kak Loly. Nathan mau bujuk Kak Loly agar tidak marah lagi sama Nathan."
"Yaa udah, Bund. Biarin aja Nathan di sini. Itung-itung kasih waktu Nathan agar bisa membujuk Loly dan Loly secepatnya bisa memaafkan Nathan." Bujuk Ayah.
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
Loly sdh mulai cemburu
jangan di gantung cerita nya thor
menyala Nathan
semangat untuk up date nya
semoga cepat up date nya
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
seru cerita nya
semangat untuk up date nya