Novel pertama. Mohon saran dan kritikannya..
''Nona kenapa? Astaga, tunggu Bibi akan panggil Dokter dulu'' kata Bibi Yun sambil berlari kearah pintu.
"Huff ternyata aku terlahir kembali dalam tubuh gadis lemah ini. Dan wanita tadi itu pengasuhnya Bibi Yun'' gumam Vio pada dirinya sendiri sambil memijit pelipisnya yang masi terasa pusing dan mengingat kembali kejadian kekerasan yang masi terlintas di kepalanya.
'' Brengsek kalian semua'' ucapnya dengan dingin dengan mata yang tajam. Tenang saja Viona, aku Viora berjanji akan membalas semua yang mereka lakukan padamu, karena jiwaku berada dalam tubuhmu, maka mulai saat ini tubuhmu menjadi milikku, Hee tunggu pembalasanku.
"Aku Viona Lili Jacklin akan membalas semua kejahatan kalian."
Apakah Viona berhasil membalaskan dendamnya? Yukk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriani Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. berdebat
''Anjjriit lo dasar jal*ng apa lo sengaja pura pura tuli dan mengabaik.''
Plakk
Plakk
Sebelum menyelesaikan omonganya, terdengar tamparan keras sebanyak dua kali. Kebetulan atau tidak, atau sudah takdirnya untuk mendapat hadiah itu, sebagai permulaan pembalasan dari Viona. Sebelumnya Sisil pulang ke menssion hanya untuk mengambil tugas yang tertinggal, di saat itu juga dia meraskan lapar jadi sekalian untuk makan siang. Tapi tak di sangka saat dia masuk ruang makan, dia melihat Vio lagi duduk manis sambil makan bak seorang putri. Dia merasa heran, karena sebelumnya jika tidak ada Pak Doni di menssion, maka Vio harus makan di dapur bersama para pelayan dan dia harus membantu pelayan agar dapat jatah.
''Kurang ajar, beraninya lo nampar Gue ha''? tanya Sisil sembari memegang pipinya yang memar dan perih. Dia bingung kenapa si culun berubah! Bukan cuman dia saja yang bingung para pelayan dan penjaga yg melihat itu semua seakan tidak percaya sampai mata mereka melotot, apalagi Bibi Yun jangan di tanya lagi dia yang paling tercengang diantara mereka tapi Bibi Yun senang melihat adegan itu. karena dia berpikir dengan begitu nonanya tidak lagi mudah di tindas dan akan membalas jika ada yang mengganggunya.
''Kenapa tidak? itu baru permulaan, jadi Gue beri lo peringatan jaga tu mulut jangan sampai Gue dengar kata-kata yang membuat Gue marah, maka lo akan mendapat hadiah yang lebih indah daripada yang tadi'' kata Vio dengan tegas.
Deg
''Kenapa dia lebih galak daripada gue dan mama?'' kata Sisil dalam batin. dia agak ragu untuk membalas perbuatan Vio kepadanya apalagi mamanya lagi keluar. Tapi dia tidak mau terlihat lemah jadi hanya membalas dengan kata-kata.
''Ckk emang siapa lo larang gue untuk berkata yang tidak pantas, mulut-mulut gue. jadi terserah gue mau ngomong apa'' balas Sisil yang masih terlihat angkuh, padahal dia agak takut.
''Ehh ada apa ini, kenapa ada keributan di dapur?'' tanya Mira yang tiba-tiba nongol di balik pintu sambil menatap anaknya seakan minta penjelasan.
''Mama,! akhirnya mama pulang juga. mama lihat ini pipi Sisil merah karena di tampar si culun!'' kata Sisil mengadu sembari memegang pipinya dengan mimik wajah lemesnya seakan-akan dia sangat menderita.
''Appaa, bagaimna mungkin, emangnya apa yang terjadi?'' tanya Mira yang sudah agak emosi mendengar anaknya di tampar si culun. Tapi dia tidak boleh gegabah jangan sampai disini ada jebakan, karena dia sudah berpengalaman dalam hal ini.
''jadi beginima... ... . '' Sisil menjelaskan semuanya tidak ada yang dia lebih-lebihkan karena dia tau mamanya akan tetap membelanya.
''Beraninya kamu melanggar aturan yang Mama buat? dan menampar Sisil. apa kamu mau tidak akan dapat jatah makan selama sebulan?'' tanya Mira kepada Vio, dan berharap Vio akan menangis seperti sebelumnya jika dia diancam tidak akan mendapat jatah makan. Tapi apa yang Mira inginkan tidak sesuai apa yang dia harapkan.
''Kenapa gue harus makan di dapur, jika ada ruang makan dan meja makan yang sangat besar, mubazir kalau tidak di pergunakan'' jawabnya dengan santai. ''Dan untuk jatah makan kenapa Anda yang ngatur, bukan anda yang cari duit tapi Ayah gue. Jadi yang berhak larang gue makan cuman Ayah Doni, camkan itu''
''Kayaknya yang perlu makan di dapur itu kalian berdua'' lanjut Vio dengan santainya, tapi membuat si duo emosi
''Apa maksudmu haa? dasar anak kurang ajar'' balas Mira makin emosi mendengar perkataan Vio.
''Kenapa anda marah nyonya, tersinggung?'' tanya Vio lagi dengan senyum mengejek. ''Apa Anda lupa, kalian hanya seorang BABU yang tiba-tiba diangkat jadi Ratu dan Cenderella!'' lanjutnya dengan sengaja menekan kata babu plus senyum ejekan yang makin melebar.
Brraakkk
''Dasar anak pembawa sial, siapa yang kau katakan babu haa?'' tanya Mira sambil berteriak, dia sudah tidak tahan lagi dia mengangkat tangannya ingin menampar Vio, tapi sebelum itu terjadi terdengar suara bariton dari belakang Mira, yang membuatnya senang karena dia akan mengadukan kepada Doni.
''Berhenti, kamu mau ngapain Mira?'' Tanya pak Doni dengan suara tegasnya. Yang tiba-tiba bersuara entah sejak kapan dia berada disitu.
''Eh mas tumben pulang jam segini? inikan masi siang?'' Mira bertanya balik, dia sengaja mengabaikan peratanyaan Pak Doni, agar Pak Doni terpancing emosinya.
''Jawab pertanyaanku Mira, mas dengar suara kamu sampai luar sana, ada keributan apa sampai kamu teriak begitu?'' Tanya Pak Doni lagi kepada Mira yang sudah terpancing emosinya.
''Hmm ini mas Sisil berantem sama Viona aku cuman melerai mereka, ya aku sampai teriak karena kaget tadi Viona nampar Sisil'' jawabnya dengan sedikit kebohongan.
''Apa benar begitu Sisil?'' tanya Pak Doni
''Benar ayah, ini buktinya pipi Sisil masi merah'' adu Sisil sambil memperlihatkan bekas tamparan dari Viona.
''Dasar anak kurang ajar kamu, beraninya nampar adik kamu sendiri'' kata Pak Doni sambil menatap Vio dengan suara tingginya.
''Apa drama kalian bertiga sudah selesai? Aku bosan pengen balik ke kamar'' tanya Vio, dia malah mengabaikan peratanyaan Doni
''Oh jadi sekarang kamu mulai melawan ya? lihat aja nanti ayah akan hukum kamu, dan cepat minta maaf sama Sisil.''
''Untuk apa aku minta maaf? yang salahkan dia jadi aku menamparnya! dan satu lagi dia bukan adikku, karena Ibuku hanya melahirkan sekali'' kata Vio sedikit emosi.
''Jangan kurang ajar kamu, dia adikmu karena Ayah menikah dengan mamanya.''
''Ohh apa kamu masi Ayahku? dan biar bagaimanapun Anda menjelaskan tidak ada adik bagiku, dan Ibuku hanya satu yaitu mendiang Nyonya Laras'' jawab Vio dengan suara tingginya. Mendengar apa yang di ucapakan Viona membuat si duo emosi, dan hanya mangumpat dalam hati.
''Apa maksudmu haa,? aku ini masih Ayahmu'' teriak Doni makin emosi bagaimana bisa anaknya bertanya seperti itu.
''Hahaha apa anda pantas di sebut seorang Ayah, apa anda pantas di sebut seorang lelaki? Ayah mana yang membenci anak kandungnya sendiri, melantarkan, mengabaikan, kekerasan dan tidak menafkahi anaknya, dan aku koma selama tiga bulan, apa Anda pernah datang menjenguk, tidak sama sekali. Apa itu pantas di sebut seorang Ayah Tuan Doni?'' Vio bertanya dengan suara lantangnya, dia tidak tahan lagi dia menangis di depan Ayahnya.
Deg
Semua terdiam mendengar ucapan Vio, mereka paham akan hal itu, bagaiamana tidak kejadian yang dialami Viona terjadi di depan mereka secara langsung dan tidak ada yang berani membelanya karena ancaman Mira.
''Apa aku setega itu? ah tidak, dia pantas mendapatkannya, karena dia! istriku menninggal'' batin Doni
''Kamu pantas mendapatkan semua itu anak pembawa sial, dan gara-gara kamu istriku meninggal'' jawab Doni yang tidak mau kalah, karena menurutnya apa yang dia lakukan sudah benar.
Plaakk
''Beraninya kauu!'' teriak Doni marah sekaligus kaget kerna tiba-tiba mendapat tamparan dari Viona.