Di sebuah desa bagian timur kabupaten Jember yang mulai terjamah zaman modern hiduplah sebuah keluarga yang harmonis dan terpandang di daerahnya. Sepasang suami istri yang dikaruniai sepasang putra dan putri.
Putra sulung mereka Akbar Maulana telah menikah dan memiliki seorang putri yang lucu. Sedangkan putri bungsunya yang cantik,manis menjadi primadona di desa nya masih asyik dengan usahanya hingga belum menikah di usia yang menurutnya masih sangat muda untuk berkeluarga yaitu 24 tahun. Iya, Maureen Maulana namanya.
Sedangkan di ibu kota, tepatnya di pondok pesantren terkenal yang di asuh Kyai Abdul Aziz yang namanya sering di tampilkan di sosial media,berita koran maupun di televisi. putra semata wayangnya pun tak kalah menjadi sorotan, diusianya yang tergolong muda yaitu 30thn bergelar doktor lulusan Mesir tentu untuk membantu proses pendidikan di ponpes orang tuanya dan menjadi pengusaha sukses mandiri tanpa bantuan orang tuanya. sungguh pria idaman wanita " ialah Faizul A'la
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maliyaiskan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maureen
Dulu, Aku membayangkan menikah seperti mengarungi lautan dengan sampan berdua. Walau deras gelombang menghantam. Kita terus mendayung menerjang penuh asa.
Hanya bayangan sih, nyatanya...
" Sayang bangun, sholat subuh dulu gih. Lima belas menit lagi waktu subuh habis " Gus Faiz membelai rambutku guna membangunkanku yang entah mengapa akhir-akhir ini aku jadi suka tidur dan bisa bangun kesiangan jika tidak dibangunkan
" Ehmmm " ku renggangkan seluruh otot-otot yang kaku, lalu menatap suamiku yang telah berpenampilan rapi, pastinya baru datang dari masjid untuk shalat subuh berjamaah
" Makasih udah bangunin by " Ucapku dengan suara serak khas bangun tidur
" Sama-sama khumairahku, bangun gih mandi lalu sholat " Ujarnya dengan senyum meneduhkan yang ku akui walau kini ia telah beristri dua namun sikapnya tetap hangat dan romantis kepadaku, bahkan tak sekalipun ku lihat ia menemui apalagi tidur bersama maduku itu.
Tapi entah kenapa hatiku tetap merasa cemburu, apalagi kini ibu mertuaku seakan ikut nyinyir entah karena sifat aslinya atau memang kena hasutan Fathimah. Astaghfirullah, biarlah aku tak mau menodai hatiku dengan pikiran buruk itu.
Setelah sholat subuh dan mengaji bersama dengan Gus Faiz. Akupun membantu suamiku menyiapkan baju untuk dipakainya ke kantor. Lalu segera duduk di depan meja riasku untuk menggunakan serangkaian skincare andalanku. Ku oleskan moisturizer dengan lembut ke wajahku. Entah kapan selesainya tiba-tiba suamiku telah melingkarkan tangannya di leherku, ia memelukku dari belakang. Namun entah mengapa tiba-tiba perutku serasa tidak nyaman dan kepalaku pusing
" Cukup Hubby, jauh-jauh dari adek. Adek pusing dan mual cium bau parfum Hubby " Pekikku menjauh dan menutup hidungku dengan telapak tangan
" Bau apa sih sayang, Hubby tetap pakai parfum biasanya. " Seru Gus Faiz berusaha mendekati Maureen
" Stop Hubby jangan dekat-dekat. Perut adek lagi gak nyaman, sepertinya asam lambung adek lagi meningkat bereaksi banget sama aroma menyengat " Maureen mundur beberapa langkah menjauhi Gus Faiz yang terlihat kebingungan
Huek..huekk..
Sepeninggal Gus Faiz yang telah berganti baju tanpa menggunakan parfum, ku raba perutku yang masih rata. Kemarin saat sadar bahwa aku telat datang bulan, akhirnya ku beranikan diri untuk beli alat test kehamilan dan syukur Alhamdulillah ternyata hasilnya positif. Menyadari biduk rumah tanggaku sedang dalam arus yang tak tentu arah, akhirnya ku putuskan untuk tidak memberitahu suami dan seluruh keluarga sampai waktu yang kurasa tepat. Semoga saja janin yang sedang berjuang didalam perutku bisa ku ajak kerjasama dengan baik-baik tidak rewel selama proses kehamilan ini.
Akupun masih harus memperjuangkan cinta dan rumah tanggaku dari belenggu duri yang kini menancap.
Karena cinta adalah kekuatan. Ia yang membantu tangan terus mengayuh, menjaga mata terus memandang, memelihara asa di dalam hati dan mendorong kita berlayar jauh ke tengah lautan dalam.
Saat telah berada diruang makan aku langsung disuguhkan pemandangan yang sejujurnya membuatku jengah.
" Kamu memang pintar masak nduk, semenjak kamu disini nafsu makan umi jadi meningkat. Beruntung banget Faiz dapet istri kamu Fat " Seloroh Umi Khadijah dengan menyantap nasi goreng buatan Fathimah dengan lahap
" Ini berkat umi. Kan semua ini aku buat pake buku resep umi yang ada di dapur " Jawab fathimah dengan senyum mengejek yang ku tau di tujukan kepadaku
" Faiz sebelum berangkat kantor, tolong antar Fathimah dulu ke rumah sakit. Hari ini jadwalnya untuk periksa kandungan " Ucap Umi Khadijah memandang Gus Faiz
" Tapi Umi, Faiz hari ini ada meeting penting. Minta Pak Ngadi aja buat anter ke rumah sakit " Gus Faiz menjawab dengan ekspresi datarnya
" Gak bisa, umi gak mau tau pokoknya kamu yang harus nganterin le. "
" Tapi umi_"
" Umi gak mau denger penolakan " Putus Umi Khadijah mengangkat tangan kanannya
" Sudah, kalau lagi makan alangkah baiknya jangan bicara dulu " Potong Ayah mertuaku yang selama ini memang selalu bisa menjaga perasaanku
Hening
Belakangan sikap seperti inilah yang aku tidak suka dari ibu mertuaku.
Tapi kini, aku sadar menikah tak semudah itu. Kadang kita adalah badai yang mencipta gelombang. Kita merobek dinding biduk kita sendiri dengan benci. Hingga air menyusup melalui lubang - lubang hasil amarah membawa kita ke ambang kehancuran.
Karena benci adalah racun. Ia membuat mata tak saling memandang. Telinga tak saling mendengar. Kulit tak bisa merasa. Hati di penuhi halimun. Kita mengayuh ke dua arah berlawanan.
" Sekarang kamu faham lagi berhadapan dengan siapa kan? perempuan kayak kamu mau bersaing sama aku " Dengan angkuhnya Fathimah mengatakan itu kepadaku saat tak sengaja aku melewati kamarnya
Ku naikkan sebelah alisku untuk menanggapi perkataannya yang menurutku sedikit lucu. Dia bilang bersaing, sebenarnya siapa yang ingin bersaing. Toh suaminya yang juga suamiku itu masih terus saja menempel kepadaku tanpa ku harus berusaha bersaing dengannya
" hahaa, kamu itu lucu Fathimah. Sesekali cobalah bercermin supaya sadar diri " Aku yang tak bisa menahan diri untuk tidak terkekeh akhirnya lolos juga
" Lancang, Asal kam_ " Ucap Fathimah yang terhenti karena melihat Umi Khadijah sedang berlalu menuju ruang tengah
" Awwww.. Sakit Ning. Apa salah saya, kenapa Ning dorong saya " Pekik Fathimah yang tiba-tiba membungkuk memegangi perutnya. Sikapnya yang aneh itu membuatku ternganga heran, kali ini apalagi yang direncanakannya.
" Ada apa nduk? " Umi Khadijah lari tergopoh menghampiri kami
" Gak tau Umi, tiba-tiba Ning Maureen dorong perutku " Jawab Fathimah dengan mulut meringis
" Ah ya.. rupanya sedang bermain peran. Memang cocok sekali dia jadi artis " batinku
" Maureen, apa yang kamu lakukan.m6. Umi kecewa sama kamu " Nyalang Umi Khadijah
" Tapi saya_ " Ucap Maureen yang terhenti saat Umi Khadijah mengangkat tangannya tanda ia tidak ingin mendengarkan alasan apapun darinya
" Faiz... Faiz cepat kemari " teriak Umi Khadijah dan tidak lama dari itu Gus Faiz serta kyai Aziz datang menghampiri kami
" Ada apa Umi " Tanya Faiz yang bingung dengan situasi tegang diantara kami
" Gak usah banyak tanya sekarang antar Fathimah ke rumah sakit buat cek kandungannya, Umi gak mau terjadi apa-apa sama cucu Umi. " Tegas Umi Khadijah menarik tangan Faiz untuk segera membopong Fathimah, walau bingung Faiz pun tak mau gegabah akhirnya ia menurut saja dengan perintah umi Khadijah untuk membawa Fathimah ke rumah sakit.
Benci membangkitkan amarah, saat ku lihat Gus Faiz melangkahkan kakinya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. Hatiku nelangsa, Menangis dalam diam.
Namun cinta tetaplah kekuatan. Sejauh apa pun kita membuangnya. Ia tetap kembali. Dalam dirinya selalu ada maaf, ada pengampunan. Ia merangkul kita kembali. Mengajak mata untuk memandang, melihat sisa senyum di bibir. Membuka telinga untuk mendengarkan dan membersihkan hati dari kabut - kabut amarah yang masih mengelabui
" Hubby seperti itu pasti karena khawatir. Ya, pasti karena khawatir kan " Selorohku meyakinkan diriku sendiri
" Sayang bantu ibu. Kita saling kuat saling berjuang ya " Batinnya dengan mengusap perutnya yang rata itu
Gus Faiz bertaubat dan berjanji tidak akan menikah lagi, dan harus dibuatkan rumah masing-masing, antara kedua istrinya..untuk menghindari konflik dan cemburu.
hukuman bagi pezina ya seperti itu
kang ahmad mn yaaaa🥰🥰
wahhh seruuu nihh konflik bathin dehh, hati Maureen masih cinta kahh dengan Gus Faiz dan bagaimana hati Dokter Ahmad.
kalau Gus Faiz dan dokter Ahmad ternyata saling kenal bagaimana ini...
walaupun dah jadi istri sah
maaf ya umi