Harap bijak dalam membaca.
kesamaan nama keadaan atau apapun tidak berkaitan dalam kehidupan nyata hanya imajinasi penulis saja.
Seorang wanita muda kembali ke tanah kelahirannya setelah memilih pergi akibat insiden kecelakaan yang menimpanya dan merenggut nyawa sang Kakek.
Setelah tiba ia malah terlibat cinta yang rumit dengan sang Manager yang sudah seperti Pria Kutub baginya. Belum lagi sang Uncle dan mantan kekasih yang terus mengusik kehidupan asmaranya.
Lalu di mana hati Alice akan berlabuh? Dapatkah Alice menemukan pelaku pembunuh sang kakek..
Yuk ikutin kisahnya...
jangan Lupa Like Vote Komentar maupun Follow terimakasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanian June, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Wanita tersebut nampak terbakar api cemburu manakala melihat Steven berjalan dengan seorang lawan jenis di sebelahnya.
Diputuskan lah untuk mengikuti kemana perginya Steven.
Tiba-tiba muncul sebuah ide dari benaknya, membuat senyum kemenangan di hatinya berharap rencananya akan mulus.
Akhirnya ia mencoba membuat penampilan nya sedikit berantakan agar dapat melancarkan aksinya.
Dengan cekatan ia pun berjalan ke sisi lain agar seolah berjalan dari arah berlawanan.
Brukh! Arrghhhh!
Suaranya terdengar begitu keras, membuat seisi penghuni lobby hotel menoleh.
'kok dingin sih, sakit banget lagi.' batinnya memejamkan mata, saat dia mencoba membuka matanya perlahan betapa terkejutnya.
'kenapa bisa begini? Aduh sakit' rintih Grace yang terjatuh. Ternyata ia terjatuh tersungkur di lantai tepat di belakang Steven, bukan malah di pelukan Steven seperti dugaannya.
Steven sudah tau jika dari tadi mereka sedang diikuti oleh seseorang. Tapi Steven berusaha untuk bersikap setenang mungkin. Sampai keluar dari lobby dia baru tau siapa yang mengikuti nya.
Dengan cepat Steven menggeser tubuhnya memutar badan untuk menghadap Alice dan sedikit memeluknya. Alice hanya terdiam karena tubuhnya pun refleks memeluk Steven yang tiba-tiba berada tepat di hadapannya.
Wajahnya menempel pada dada bidang Steven, dari jarak sedekat ini ia bisa mendengar degup jantung Steven yang berpacu sangat cepat. Aroma tubuh Steven yang manis dan maskulin mencuat di indera penciuman Alice seolah menghipnotis nya.
Steven sedikit menunduk untuk mendekat ke arah telinga Alice dan berbisik.
"Maafkan saya Alice, tolong ikuti saja nanti saya jelaskan di mobil." Mohon Steven berbisik
"Ehem. Tap-" ucap Alice tertahan saat tangan kokoh Steven terulur merangkul pinggangnya dengan erat.
"Tolong Alice sebentar saja." Ulang Steven kembali memohon.
Akhirnya Alice hanya mengangguk pasrah, dia tidak mengerti apa yang terjadi. Sampai ada suara seorang wanita yang merintih kesakitan. Kemudian lama-lama wanita tersebut memohon kepada Steven untuk di tolong.
Namun bukannya menolong Steven tetap berada di posisinya tanpa bergeser sedikitpun. Alice ingin melepaskan pelukannya dan menolong wanita tersebut tapi terhalang oleh Steven.
"Arrghhhh! Kakiku!" Jerit Grace merintih pura-pura sakit setelah terjatuh.
"Nyonya, anda tidak apa-apa? Mari saya bantu?" Tanya seorang petugas hotel yang sedang membersihkan lantai di dekat Grace terjatuh. Ia pun menunduk bermaksud untuk menolong Grace.
"Ih lepas, Jagan pegang-pegang!" Sentak nya mengibaskan tangan sang pegawai hotel.
"Steven tolongin aku jatuh, kakiku sakit ini kayaknya gak bisa jalan." Rengek Grace berusaha mengambil simpati Steven.
"Pak! Tolongin kasihan itu, malu juga di lihatin banyak orang." Keluh Alice berbisik masih berada di pelukan Steven.
"Hm." Jawab Steven yang akhirnya mengurai pelukannya. Namun dengan cekatan ia menarik kembali tangan Alice lalu menyembunyikan di belakang tubuhnya.
"Pak tolong panggil ambulan saja jika dia tidak mau di tolong orang lain." Ucap Steven dingin ke pegawai hotel.
"Iya tuan." Jawab sang pegawai yang kemudian mengubah posisinya menjadi berdiri. Ia lantas berjalan menuju meja resepsionis untuk menghubungi ambulans. Sesuai dengan perkataan Steven. Namun baru selangkah ia di kejutkan dengan perkataan Grace.
"Gak mau Steven, aku mau kamu anterin aku pulang aja. Dan siapa wanita itu aku gak suka ya!" Teriak Grace dengan mata memicing ke arah belakang punggung Steven. Ia penasaran kenapa Steven menyembunyikan wanita tersebut di belakangnya. Siapa wanita itu.
Tidak peduli dengan ocehan Grace Steven malah membuka jas hitam yang ia pakai. Lalu jas tersebut ia kenakan untuk menutupi Alice. Segera Steven merangkul tubuh mungil Alice pergi begitu saja meninggal Grace yang masih berteriak-teriak.
Steven sudah kelewat sabar menghadapi ucapan Grace yang begitu memalukan. Lalu ia menghentikan langkahnya yang belum jauh dan berjalan ke arah Grace yang masih terduduk di lantai.
Perasaan Grace di penuhi dengan rasa bangga manakala melihat Steven yang berjalan ke arahnya.
Ia berpikir bahwa rencananya telah berhasil membuat Steven iba dengan nya.
Apalagi saat Steven merendahkan tubuhnya hampir sejajar dengan Grace.
Tapi ternyata Steven hanya berbisik di hadapan Grace dengan aura wajah yang sangat dingin.
"Dia adalah pacarku, dan akan jadi istriku! Jadi mulai detik ini berhenti mengaku-ngaku sebagai tunangan ku. Apalagi sampai kamu mengganggu wanitaku sedikit saja maka kamu akan tau sendiri akibatnya!" Tegas Steven dengan penekan dan raut wajah yang di penuhi oleh kabut amarah.
Alice hanya menunduk tidak berani untuk mengangkat kepalanya saat Steven melangkahkan kembali ke belakang. Ia begitu syok sekaligus malu menjadi konsumsi publik.
Tapi ia juga merasa penasaran dengan wanita yang rela melakukan tipuan demi mendapatkan hati Steven.
Kemudian Alice kembali berjalan di sisi Steven untuk keluar dari hotel. Di sepanjang jalan menuju parkiran Alice terus menunduk tanpa sepatah katapun.
Dengan tangan Steven yang masih bertengger di pundaknya.
Setelah sampai di mobil Steven kemudian membukakan pintu untuk Alice. Setelah memastikan Alice duduk dengan nyaman ia lalu mengitari mobil menuju kursi kemudi.
Di hotel berada Grace masih terduduk tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Arrghhhh! Awas ya kamu Steven!" Teriaknya tidak terima dengan perlakuan Steven.
Dia tak kalah penasaran dengan wanita yang bersama Steven.
Ada apa gerangan juga mereka keluar bersama dari hotel ini. Tiba-tiba satu suara mengejutkan Grace.
Mendengar ada keributan di lobby sang manajer yang sebelumnya di kabari oleh sang resepsionis hotel segera turun untuk menyelesaikan perselisihan yang di maksud.
"Bagaimana nyonya mau saya panggilkan ambulance?" Tawar sang manager hotel yang melihat seorang wanita masih terduduk di lantai. Karena ia merasa kasihan meskipun ia tidak tau menahu apa yang sedang terjadi diantara mereka.
Saat sang manager turun ke lobby ia hanya mendengar Steven meminta seseorang memanggilkan ambulans.
"Gak usah!" Teriaknya sambil berdiri merapikan pakaiannya. "Apa kalian lihat-lihat! Saya bisa tuntut kalian kalau sampai ada yang berani posting video." Ulangannya mengultimatum lalu segera pergi meninggalkan hotel.
"Cantik-cantik kok galak ya pak." Sang pegawai geleng-geleng kepala melihat kepergian Grace.
"Hus! Jangan gitu sama customer!" Tegur sang manager. "Kamu kembali kerja sana, bagaimanapun kita harus memberi kesan yang baik bagi para customer."
"Eh maaf pak!" Ujar sang pegawai hotel merasa malu dengan ucapannya.
...***...
Di rumah sakit Peter terlihat lesu memandangi ruangan berpintu kaca di hadapannya. Setelah lelah mondar mandir dengan gusarnya, kadang ia duduk namun kembali lagi berdiri. Menunggu kedua orang yang begitu dekat dengannya terbaring di dalam sana.
Sudah satu jam Peter berada di depan ruangan tersebut, namun belum ada seorang pun yang keluar memberikan keterangan.
Di lain kamar Nyonya Besar juga belum sadarkan diri dari pingsannya setelah mendapatkan kabar anaknya kecelakaan.
Lalu beberapa saat kemudian datang seorang laki-laki mengenakan baju kebesarannya keluar dari balik pintu. Ia pun melepas masker yang bertengger menutupi mulutnya dan menghampiri Peter yang duduk di kursi tunggu.