Bukan Sekedar Kebebasan

Setelah sampai, pada akhirnya mereka menuju Istana yang di sambut baik oleh sang Raja, Raja juga memberikan tempat tinggal yang layak dan beberapa pelayan kepercayaannya untuk melayani mereka.

Seperti yang sudah di ketahui Aurora sebelumnya, mereka di layani oleh banyak wanita cantik dari Kerajaan. Jujur saja ada perasaan tidak enak dalam hati Aurora, dan itu dapat di mengerti dengan sangat baik oleh Henry.

Seorang pengawal Istana di panggil oleh Henry, dan meminta agar jangan menyimpan banyak wanita di kediamannya. Hal itu ternyata menjadikan efek baik bagi seorang Henry.

Raja sendiri pada awalnya ingin tahu seperti apa hubungan Henry dan Aurora, dia sering mendengar adanya desas desus pernikahan kontrak di wilayah barat yang tidak dia sukai.

Bagi Raja Timur, pernikahan haruslah di dasarkan pada cinta. Namun dia sangat senang saat Henry ternyata mengerti keinginannya dan merasa puas dengan harmonisasi Henry dan Aurora.

“Cari tahu mengenai Pangeran Henry dan juga Aurora itu, aku ingin tahu rencana apa yang sebenarnya di lakukan sang Raja.” Perintah Raja Timur, dia tak ingin menghilangkan kewaspadaannya kali ini.

Henry sendiri datang untuk melakukan negosiasi perdagangan lintas laut, di mana kerajaan tersebut memiliki sebuah dermaga yang begitu terkenal di seantero jagat.

Tentu banyak kerajaan yang menginginkan untuk dapat berhubungan baik, namun Raja Timur justru selalu bertindak netral dan tidak pernah memihak pada pihak manapun.

Malam itu Henry sedang berendam dengan air hangat, dia sangat lelah kali ini. Beberapa hari melakukan perjalanan berkuda memanglah tidak mudah, meski dia terbiasa berada di medan perang namun dia juga manusia biasa.

Krieet!

Suara pintu kamar berendam itu terbuka, Henry ketiduran kala itu hingga tanpa sadar seorang wanita kini sudah berada di dalam kolam dengan mengenakan pakaian terbuka dan menyentuh dadanya yang bidang.

“Tuan, biarkan hamba melayani anda malam ini.” Ucapnya, seorang wanita pelayan yang sempat di usir Henry sebelumnya ternyata.

Henry terkejut dan sontak saja bangun dan berdiri di tepi kolam, Aurora juga nampak sudah berada di tepi pintu dan melihat kejadian itu dengan sangat jelas.

“Sayang!” Pekik Henry, dia tak ingin bila Aurora salah faham terhadapnya. Di tambah saat ini Aurora nampak telah mengenakan baju tidur dan sangat terbuka.

“Diam!” Ucap Aurora, dia menjambak rambut wanita pelayan itu dengan kasar. Wanita pelayan itu tentu saja berontak, namun Aurora bukan wanita lemah, dia langsung menyeret rambut wanita itu dan membawanya ke dalam istana Raja.

Raja yang malam itu hendak istirahat sangat terkejut melihat kedatangan Aurora, Aurora memanglah sangat cantik. Bahkan Raja saja yang setia hampir tergoda dengan kemolekan tubuh Aurora.

Brak!

Aurora melemparkan wanita itu tepat di hadapan Raja, Henry juga bergegas menggunakan pakaian tidur dan membawa jubahnya. Dia juga membawa jubah miliknya yang lain dan menyusul Aurora. 

“Yang mulia, beginilah sikap anda dalam melayani tamu?” Ucap Aurora menginjak punggung wanita pelayan itu untuk menunduk. Alhasil wanita pelayan itu langsung tersungkur dan mencium marmer yang dingin.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Permaisuri akhirnya tiba, dia melihat Aurora yang begitu marah dan juga sang Raja yang kebingungan.

“Pakai ini terlebih dahulu,” Hery memasangkan jubahnya untuk menutupi lekuk tubuh sang istri yang tercetak indah.

“Yang mulia, saya akan memilih tidur di penginapan bila anda memperlakukan kami seperti ini. Dia masuk ke dalam ruang mandi kami saat saya sedang tertidur.” Ucap Henry kesal, Aurora nampak semakin kesal dan menginjak punggung wanita itu hingga darah nampak keluar dari hidung wanita pelayan itu akibat beberapa kali terbentur pada marmer.

“Anda tahu bertapa lelahnya suami saya saat ini? Dia menjaga saya sepanjang penjualan dan tanpa tidur selama dua malam penuh. Beginikah sambutan dari anda yang terhormat?” Ucap Aurora semakin kesal, dan tentu saja dengan beberapa kali hentakan kakinya yang semakin membuat wanita di bawah kakinya itu semakin babak belur.

“Kami sudah menarik semua pelayan dari kediaman anda, bagaimana bila kita dengarkan dulu keterangannya?” Usul sang Raja, Aurora memutar bola matanya malas, namun pada akhirnya Aurora menendang bok*ong wanita itu hingga tersungkur dengan tidak estetik.

“Katakan!” Ucap sang Raja tegas, dia juga sangat benci pada para pelayan yang susah di atur.

“Saya pernah ke Negara Barat, dan orang-orang di sana biasanya di layani saat mandi. Itulah mengapa saya berinisiatif untuk me-”

“Menjadi pel*cur!” Kesal Permaisuri yang ikut menampar wanita itu, hingga tersungkur ke belakang dan menunduk di hadapan Aurora.

“Bukan seperti itu yang mulia, saya hanya berusaha me-”

“Merebut suami orang!” Kini giliran Aurora yang menendang bo*kong wanita itu hingga bersujud di hadapan sang Ratu.

“A-ampuni saya yang mulia, s-saya ha-”

“Hanya masuk ke dalam kamar mandi suami orang dan berusaha menggodanya begitu, aku bahkan sangat malu sekarang memiliki pelayan tak bermoral!” Ucap sang Permaisuri kesal, dia menatap sang Raja dengan marah.

“Kenapa hanya diam? Tidak mau menghukumnya? Biar aku saja yang memenggal kepalanya!” Permaisuri mengambil sebilah pedang dari prajurit Istana.

Crat!

Permaisuri benar-benar memenggal kepala pelayan tersebut, Aurora tertegun. Dia tak menyangka bila Permaisuri akan melakukan hal itu, namun masih bisa di lihat bila kedua lengan Permaisuri bergetar yang artinya dia pertama kali membunuh.

“Permaisuri ku, anda tidak apa-apa?” Panik sang Raja, nampaknya dia juga terkejut dengan tindakan Permaisurinya sendiri.

“Sudahlah, aku ingin mandi lagi. Beri tahu pada Kerajaan Utara, bila saat ini mata-matanya sudah di penggal!” Raja mengenal nafas berat, ini pertama kalinya Permaisuri melakukan hal brutal semacam itu.

“Anda takut?” Henry memeluk Aurora yang menyaksikan kebrutalan tersebut, Aurora menggelengkan kepalanya.

“Permaisuri, apakah anda bersedia menemani saya minum teh besok?” Ajak Aurora, Permaisuri tersenyum.

“Baiklah, aku tidak begitu pandai membuat jamuan. Tapi aku berharap anda dapat memakluminya.” Aurora tersenyum dan mengangguk, Henry terdiam yang kini mengerti maksud sang istri.

Henry dan Aurora akhirnya kembali ke kediaman baru mereka, Aurora sangat kelelahan, niatnya malam itu dia akan melancarkan aksinya untuk membuat Henry puas. Namun dia malah menyaksikan hal yang tidak sepatutnya, alhasil dia juga sedikit marah pada Henry dan tak ingin dulu banyak bicara.

Henry sudah sangat panik saat itu, dia bahkan tak bisa tidur dan terus membujuk Aurora untuk tidak merajuk lagi. Meski pada akhirnya Henry gagal dan malah tidur di ruang tamu.

Keesokan paginya dia mendapati Hendry yang tertidur dengan lelap di kursi ruang tamu, dia memerintahkan bawahan Henry yang berasal dari Harvis untuk menjaganya. Sedangkan Aurora saat ini akan datang menemui sang Permaisuri.