NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Menyusun rencana

Lily dan Gendis berjalan keluar gedung Puskesmas. Di seberang jalan banyak pedagang kaki lima yang menyajikan aneka makanan dan minuman.

"Ibu mau beli makanan juga?" tanya Lily.

Lily tergoda pada seorang pedagang bakso yang baru memulai menata dagangannya.

"Nanti aja pulangnya. Sekarang kita beli minuman dulu," jawab Gendis.

"Ya udah. Air mineral aja ya, Bu."

Lily mendekati pedagang yang menyediakan air mineral.

"Kok cuma satu, Ly?" tanya Gendis ketika melihat Lily hanya mengambil satu botol.

"Nanti kalau kurang, Lily keluar lagi, Bu. Sayang kan uangnya kalau cuma buat beli air putih," jawab Lily.

Menurut Lily, daripada buat beli air putih, mendingan uangnya nanti buat beli bakso saja.

"Oh, ya udah. Ini uangnya." Gendis memberikan selembar pecahan sepuluh ribuan.

Setelah menerima kembaliannya, mereka kembali ke dalam gedung Puskesmas.

"Kita duduk di sini aja, Ly."

Gendis berhenti di sebuah bangku panjang yang tak penuh.

"Nanti kalau dipanggil, kita enggak denger," ucap Lily.

"Tenang aja. Kita kan urutannya setelah ibu-ibu itu," sahut Gendis sambil menunjuk ke arah Santi.

"Jadi kalau dia sudah masuk, kita pindah kesana," lanjut Gendis.

Sengaja Gendis menghindari Santi. Agar Santi tak bertanya-tanya lagi, apalagi membicarakan tentang suaminya yang sama-sama bekerja sebagai TKI.

Gendis dan Lily duduk bersebelahan.

"Bu. Ibu Santi itu kok suaminya bisa pulang setahun sekali, ya?" tanya Lily masih penasaran.

Gendis menghela nafasnya. Dia berpikir mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Lily.

"Em...mungkin gaji suaminya besar. Jadi bisa sering pulang," jawab Gendis yang merasa sudah mendapatkan jawaban tepat.

"Memangnya tiket pesawatnya mahal, Bu?" tanya Lily lagi.

"Pasti mahal lah, Ly. Kalau murah, bapakmu pasti bisa bolak balik pulang," jawab Gendis.

"Tapi bapak malah menghilang," gumam Lily sambil menundukan wajahnya.

Gendis kembali menghela nafasnya. Dia tahan air mata yang tiba-tiba ingin keluar.

"Sabar, Ly. Kita kan enggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana," ucap Gendis menguatkan hatinya.

Karena dia juga butuh dihibur kalau mengingat tentang suaminya yang tak ada kabarnya lagi.

"Bu. Bagaimana kalau kita tanya-tanya sama bu Santi itu. Siapa tau suaminya kenal ama bapak." Dengan bersemangat, Lily mendongakan kepalanya.

"Enggak, Ly. Suaminya ibu itu enggak mungkin kenal sama bapakmu," sahut Gendis.

"Kok Ibu bisa yakin kayak gitu?" tanya Lily.

"Yakin aja. Udahlah. Lagian yang kerja di Jepang kan suaminya, bukan dia. Entar malah jadi panjang urusannya," jawab Gendis.

"Panjang gimana sih, Bu? Kan tinggal kita ceritakan tentang bapak. Kasih identitasnya bapak. Siapa tau bu Santi itu mau membantu," ujar Lily.

"Gimana caranya dia membantu?" Gendis mengernyitkan dahinya.

"Bu Santi kan bisa menelpon suaminya. Lalu ngasih identitasnya bapak. Gampang, kan?" sahut Lily.

"Enggak segampang itu, Ly. Nyari orang di negara lain itu enggak mudah," ucap Gendis.

"Bukan nyari, Bu. Tapi cuma menanyakan aja. Siapa tau suaminya bu Santi kenal bapak. Namanya juga usaha, Bu. Itu aja." Lily tetap mempertahankan keinginannya.

"Udahlah, Ly. Jangan merepotkan orang lain. Lagian kita kan baru kenal sama orang itu. Enggak enak kalau merepotkan," sahut Gendis yang juga mempertahankan pendapatnya.

Lily menunduk dengan kecewa. Keinginannya untuk mencari tahu soal bapaknya, ditolak begitu saja oleh ibunya.

Padahal Lily sangat berharap ada titik cerah, dimana dia bisa mengetahui kabar bapaknya.

Selama ini Gendis selalu menanamkan prasangka baik terhadap suaminya yang menghilang pada Lily.

Gendis tak mau Lily berpikiran negatif pada bapaknya sendiri. Meskipun cerita dari orang-orang yang sering didengar Gendis tentang TKI yang menghilang tanpa kabar seringnya negatif.

Gendis pernah mendengar cerita tentang kisah seorang TKI yang kecantol dengan majikannya di sana, lalu menikah dan melupakan keluarganya di tanah air.

Atau cerita yang lebih mengenaskan lagi. TKI yang membuat masalah lalu akhirnya dipenjarakan di sana.

Gendis menyimpan semua cerita-cerita itu di kepalanya. Tak pernah dia sampaikan pada Lily. Agar Lily tak terlalu khawatir.

Bagaimana caranya ya, biar aku bisa ngobrol lagi sama bu Santi itu? Aku harus bisa mendapatkan informasi soal bapak.

Kalau aku tinggalin ibu disini dan mendatangi bu Santi, ibu pasti akan melarangku.

Diam-diam menemui bu Santi juga tidak mungkin. Karena posisi duduknya terlihat dari sini.

Dan ibu selalu memperhatikan bu Santi. Karena nomor urutannya setelah bu Santi.

Atau nanti saja kalau nama ibu dipanggil, aku menunggu di luar, terus menemui bu Santi.

Iya. Itu ide yang cemerlang. Batin Lily sambil tersenyum.

Lily segera merancang pertanyaan apa yang sekiranya nanti akan dia tanyakan ke bu Santi. Juga informasi tentang bapaknya yang mesti dia sampaikan nanti.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Gendis yang melirik Lily.

"Ah, enggak, Bu. Lily...E...senang aja liat...anak kecil itu." Lily menunjuk pada seorang anak balita yang berlarian kesana kemari sambil tertawa senang.

Padahal sama sekali Lily tak memperhatikan anak kecil itu. Lily sengaja berbohong agar ibunya tak curiga.

"Oh. Lucu. Persis jaman kecilmu dulu. Tapi rambutmu lurus. Enggak kriwil kayak dia."

Gendis mengingat kembali kenangannya saat Lily masih balita.

Lily anak yang aktif. Badannya kecil, mungkin karena terlalu banyak gerak, begitu pikir Gendis.

Kalau soal makanan, saat itu mereka tak kekurangan. Meskipun Yudi hanya bekerja sebagai mandor bangunan.

Sebenarnya gaji Yudi saat itu cukup untuk menghidupi istri dan anaknya. Hidup mereka tak pernah kekurangan.

Untuk urusan Lily kecil pun, mereka tak pernah merasa kerepotan.

Tapi sesuatu terjadi saat Lily duduk di kelas tiga sekolah dasar.

Ada masalah di proyek yang sedang dimandori oleh Yudi. Masalah yang seharusnya tak melibatkan Yudi, karena bukan dia pelakunya.

Tapi sebagai bawahan, nasibnya hanya dijadikan tumbal oleh atasannya.

Yudi dipecat dari pekerjaannya dan dituduh menggelapkan uang. Padahal menurut Yudi, yang melakukan kecurangan justru atasannya.

Tapi apalah daya Yudi sebagai bawahan. Dia hanya bisa pasrah menerima nasib. Mau membela diri juga percuma saja.

Hampir setahun Yudi menganggur. Hanya bekerja serabutan saja.

Sampai akhirnya dia ditawari bekerja sebagai TKI di Jepang oleh temannya.

Setelah berunding dengan Gendis, dengan berat hati akhirnya Gendis pun menyetujuinya.

Waktu itu kesepakatannya, Yudi hanya bekerja selama lima tahun saja. Setelah bisa mengumpulkan uang, dia pulang dan akan memulai usaha sendiri di sini.

Tapi sayang, baru tiga tahun berjalan, Yudi sudah menghilang entah kemana.

Sampai sekarang, tak pernah ada kabar sedikitpun tentang keberadaan Yudi.

Agen yang memberangkatkan Yudi pun tak bisa membantu mencarikan info tentang keberadaan Yudi.

Alhasil, hidup Gendis dan Lily jadi berantakan. Semua rencana yang sudah disusun dengan matang, sirna sudah.

Kini Gendis dan Lily harus menjalani hidup yang serba kekurangan. Ditambah penyakit Gendis yang tak kunjung sembuh.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!