Apa jadinya jika kamu diajak menikah kontrak oleh seorang pria tampan, kaya, tapi arogan? Apakah kamu mau? Tentu saja tidak ada yang ingin menolak tapi ternyata tidak bagi Serena Ibrahim. Gadis itu menolak karena ia bukan wanita gampangan meskipun ia sudah dikenal sebagai gadis rental.
Bimantara ARS tidak menerima penolakan. Pria arogan itu mempunyai banyak macam cara agar gadis ingusan itu mau menikah dengannya demi sebuah taruhan.
Berbagai macam intrik dan perangkap pun dilakukan oleh pria arogan itu agar bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
Berhasilkah sang CEO arogan? Cuss ikuti, bagaimana kisah mereka selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 GRCA Bidadari Cantik
Bima tak tahu harus mengatakan apa tapi yang jelasnya hatinya sangat senang saat ini. Ia sampai ingin melompat dan berjingkrak-jingkrak bagaikan seorang anak kecil yang baru mendapatkan hadiah dari kedua orangtuanya.
Dari dalam layar handphonenya, ia bisa melihat kalau ternyata sekretaris barunya itu adalah Serena, mantan istrinya yang sudah lama ia rindukan.
Menyesal ia karena baru tahu hal yang sebenarnya, padahal sudah hampir satu pekan wanita itu berada satu atap dengannya.
Karena curiga dengan suara wanita itu yang sangat mirip dengan suara Serena, ia jadi penasaran untuk membuka tangkapan layar cctv yang terpasang di dalam ruangan kerjanya melalui handphonenya.
"Allahu Akbar!" teriaknya tak sadar. Semua orang yang sedang rapat dengannya langsung menatapnya kaget.
"Pak Bima lagi latihan azan atau apa nih?" canda salah satu relasi bisnisnya seraya mengulum senyum.
"Lagi lihat bidadari cantik pak," lirih Bima dan langsung menyimpan handphonenya berusaha untuk fokus pada rapat itu.
"Bidadarinya pasti istimewa ya pak Bim?" bisik salah satu relasi bisnisnya.
Bima hanya tersenyum kemudian mengangguk. Serena memang sangat cantik dan mampu membuatnya kehilangan akal.
"Duh, kayaknya lagi jatuh cinta nih," canda yang lain.
Bima kembali mengulas senyum di bibirnya. Ia tak perlu menjawab karena ia memang sedang jatuh cinta pada mantan istrinya sendiri.
"Kalau begitu rapat kita selesai hari ini ya. Mengingat ada salah satu kawan kita yang sedang jatuh cinta, jadi kita sudahi rapat ini, " ucap sang pimpinan rapat yang tak lain adalah sahabat Bima sendiri.
Semua orang yang hadir kembali menatap Bima kemudian tertawa. Yang ditatap dan jadi bahan lelucon hanya mampu tersenyum meringis.
"Keputusan sudah diambil. Dan semoga kita semua sukses, aamiin." Sang pimpinan rapat pun segera menyudahi rapat siang itu dengan membacakan keputusan yang telah mereka sepakati. Setelah itu mereka melanjutkan acara berikutnya dengan makan siang bersama.
"Gak pulang Bim?" tanya Andre saat semua orang sudah bersiap pulang dari tempat itu kecuali Bima.
"Gak Ndre, bentar lagi. Aku lagi nunggu seseorang."
"Sang bidadari?" senyum Andre. Bima tersenyum.
"Ah iya deh. Semoga kencan kamu sukses. Kabari aku kalau udah mau dihalalin."
"Siap!" Bima memasang tangannya di kening dengan posisi hormat. Andre pun tertawa kemudian segera pamit dan meninggalkan pria itu sendirian.
Bima pun segera berpindah tempat ke sebuah meja yang cukup privat. Ia menatap kembali handphonenya, menonton kegiatan Serena yang sedang membersihkan ruangan kerjanya beberapa menit yang lalu.
"Oh ya ampun, sudah hampir sepekan kamu ada di dekat aku, tapi aku? Oh ya Allah," ucap Bima dengan dada berdebar bahagia.
Jarinya pun bergerak lincah mengirim sebuah pesan pada Serena kalau ia akan menunggu di hotel itu dengan alasan file yang sangat ia butuhkan itu sangat penting.
[Aku masih menunggu Filenya sekarang!]
Tak ada balasan. Dibaca pun tidak. Tapi ia berusaha bersabar. Mungkin Serena masih dalam perjalanan ke sana.
Rena sayangku datanglah, aku sudah sangat rindu.
Detik, menit, dan jam pun berganti dengan cepat. Perasaan Bima kini berubah gelisah, sampai sore, Serena tak muncul-muncul juga padahal ia sudah menyiapkan kejutan untuk gadis itu.
Ia akan melamarnya kembali dengan sangat istimewa di tempat yang sangat istimewa di hotel itu.
Sayangnya, sampai sore menjelang, Serena tidak datang juga.
Kesal, tentu saja ia kesal, apalagi gadis itu tidak bisa lagi dihubungi karena handphonenya sudah ia nonaktifkan.
"Baiklah Ren, kamu sedang menguji cintaku padamu," ucap pria itu berusaha bersabar meskipun ia tak bisa. Dengan cepat ia melajukan mobilnya ke arah alamat Serena sesuai informasi yang diberikan oleh Heru, kepala divisi HRD.
Semangatnya yang sejak tadi menggebu-gebu ingin bertemu kini tiba-tiba meredup saat melihat ada Gilbert sedang keluar dari rumah minimalis berwarna biru muda itu.
Tangannya terkepal marah. Ia pikir pertemuannya dengan Serena yang sudah lama ia rindukan akan berakhir bahagia, ternyata tidak. Serena masih saja bersama dengan pria itu. Pria yang sejak ia kecil selalu saja menggangu kehidupannya.
Tanpa berniat untuk mampir, mobilnya pun ia lajukan cepat meninggalkan tempat itu dengan rasa rindu berubah sakit hati yang kian menganga.
Serena yang tak sengaja melihat rubikon berwarna hitam itu lewat di depan rumahnya langsung merasakan perasaan yang tak nyaman. Ia yakin kalau mobil itu adalah mobil milik Bima, sang bos.
Ah mungkin, dia cuma kebetulan saja lewat sini, ucapnya membatin.
"Ren, kamu udah lama pisah sama Bima, kenapa kamu belum juga mau menerima cintaku?" ucap Gilbert menyentak lamunannya.
Serena tak menjawab.
"Ayoklah Ren, aku juga bisa membahagiakan kamu. Kamu akan aku jadikan ratu dalam hidupku."
Serena tersenyum kemudian menjawab," Carilah calon ratu yang lain karena saat ini hatiku sedang berada di tempat yang lain."
Gilbert langsung mencekal pergelangan tangan Serena karena kesal dan juga marah.
"Kamu masih mengharapkan Bima, iyya?" tanya pria itu dengan rahang mengeras. Serena meringis sakit.
"Lepaskan aku Gilbert! Kamu tak punya hak untuk memaksaku!" balas Serena kesal.
"Aku mau sama siapa saja itu urusan aku. Jadi sekarang pergilah dari hidupku!" teriak gadis itu lagi dan berusaha mendorong tubuh pria itu.
Gilbert semakin kesal saja dan ingin melecehkan Serena tapi untungnya Delana muncul dan memberikan tendangan pada pria itu.
"Pergi dari rumah kami kak, atau kami akan melaporkan kakak pada polisi!" ancam Delana.
"Kalian kurang ajar sekali. Awas saja kalau kita bertemu lagi;" balas Gilbert marah dan langsung meninggalkan tempat itu dengan emosi tertahan.
"Kak Rena gak apa-apa?" tanya Delana khawatir. Serena hanya tersenyum kemudian mengelus pergelangan tangannya yang sempat dicengkeram kuat oleh Gilbert tadi.
"Sebaiknya kak Rena gak ngasih waktu untuk pria itu kak. Aku lihat dia itu gak baik," ucap Delana.
Serena hanya terdiam dan segera masuk ke dalam rumah. Saat ini yang ia pikirkan hanya Bima yang baru saja lewat di depan rumahnya.
"Bagaimana dengan mas Bima, apa gak pernah ngasih kabar ke kakak?" buru Delana. Serena lagi-lagi tak menjawab.
"Kak Ren, coba ceritakan masalah kakak, siapa tahu aku bisa membantu. Yah, minimal aku bisa jadi pendengar yang baik," lanjut Delana.
"Aku gak apa-apa. Aku hanya ingin tidur. Jadi kamu juga bisa istirahat," balas Serena kemudian meninggalkan sang adik.
Delana hanya bisa mengangkat bahunya kemudian segera masuk ke kamarnya sendiri. Kakaknya sudah dewasa, jadi pasti tahu mana yang terbaik untuk dirinya.
Serena pun membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya kemudian mengaktifkan handphonenya.
Sebelum tidur, rasanya ia ingin menonton video-video lucu untuk menghibur hatinya yang sedang galau. Dan begitu kagetnya ia saat handphone itu aktif kembali.
Bunyi notifikasi yang masuk begitu ribut dengan banyaknya panggilan dan pesan dari Bima.
Serena jadi ragu untuk membukanya apalagi membalasnya. Ia lebih memilih untuk tidur karena besok pagi ia harus bangun dan datang lebih cepat daripada sang CEO arogan itu.
🌺🌹🌺
*Tobe Continued.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?