Kayla sangat mencintai ayahnya, sangat, hingga Kayla nekat naik ke atas ranjang sang ayah untuk membuat pria tampan berusia 32 tahun itu bertekuk lutut padanya.
Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik Kayla selalu berusaha menggoda ayah angkatnya supaya ia bisa mendapatkan cinta dari pria itu.
Kayla sangat ingin mendapat Glen hingga ia nekat menyakiti dirinya sendiri untuk membuat perjodohan antara Glen dan wanita pilihan orang tua Glen batal. Dan karena hal itu juga Kayla di benci oleh orang tua Glen.
Tapi Kayle tentu saja tidak peduli, yang terpenting baginya, ia bisa mendapatkan cinta, kasih sayang dan perhatian Glen untuk dirinya sendiri. Obsesi? Siapa peduli, salah sendiri Glen terlalu tampan dan hot untuk diabaikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizkook lovers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
"Hahaha, Daddy hentikan,,,aku ingin pipis hahaha."
"Tidak akan, Daddy tidak akan berhenti sebelum kamu mengompol."
Pintu kamar yang sedikit terbuka membuat suara tawa dua insan yang berada didalam sana terdengar nyaring keluar.
Seorang pria tampan berdiri di depan pintu kamar tersebut dengan tatapan kosong dan kehampaan yang begitu kental.
Pria itu, Jeffrey menghela nafas pelan. Tangannya terangkat menyentuh dadanya sendiri guna merasakan debaran jantungnya yang begitu cepat dan sesak.
Padahal niatnya datang adalah untuk memberitahu Glen dan Key tentang perkembangan berita pagi tadi.
Namun langkah Jeffrey terhenti begitu saja saat mendengar suara tawa keduanya yang terlihat begitu bahagia.
Aku sudah tau ini akan terjadi, aku juga sudah mengikhlaskannya, tapi kenapa rasanya tetap saja sakit?
Jeffrey mencengkram kemejanya kuat-kuat, berharap rasa sakit di dadanya bisa sedikit berkurang.
Pada akhirnya Jeffrey memilih untuk menutup kembali pintu kamar itu dan berbalik pergi ke kamarnya sendiri.
...***...
*Pagi Hari
Ay yai yai, i'm your little butterfly,,,
Ay yai yai, i'm your little butterfly,,,
Suara dering handphone yang begitu nyaring membuat Key mau tak mau harus terbangun dari tidur manisnya.
"Ck, siapa sih nelpon pagi-pagi?! Ganggu aja, padahal gue lagi enak-enaknya mimpi nikah sama Daddy," gerutu Key kesal.
Mengambil handphone yang ada di atas nakas, Key langsung mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa si pemanggil.
"Hal_"
"WOI, LO UDAH LIHAT SOSMED BELOM NYET?! KALAU BELOM, BURUAN LO LIAT SEKARANG DEH! INI BAHAYA BANGET OH MY GOD!!"
Oh sh_it! Gendang telinga Key bisa pecah kalau gini caranya!
"Lo bisa gak, gak usah teriak-teriak gitu?" ucap Key berusaha sabar.
"GAK BISA KEY!! LO HARUS BUKA SOSMED SEKARANG!! INI PARAH BANGET GILAK!!"
Sosok di seberang sana, Vanessa terdengar begitu heboh, mendesak Key untuk segera membuka sosial medianya.
"Sosmed yang mana dulu? Gue punya banyak soalnya," tanya Key.
"Yang mana aja serah dah, kalau bisa burung gendut sama tik tik aja! Buruan!" nafas Vanessa terdengar terengah-engah.
"Ck, ya udah iya."
Key membuka aplikasi yang Vanessa suruh tanpa mematikan sambungan telpon mereka.
Sekali masuk saja, Key langsung disambut dengan sebuah berita yang membuat kepalanya mendidih dengan cepat.
Glen Victor Alfonso ternyata tidak menyukai perempuan, karena itulah dia menyangkal rencana pernikahannya dengan Laura Emilio, ketik sebuah akun dengan nickname Laura BF.
"WHAT?! APA-APAAN MEREKA?!" teriak Key marah.
"Iya kan, bisa-bisanya mereka bilang kalau lo pelakor!" sahut Vanessa dari seberang sana.
"Hah?"
"Hah?"
"Maksud lo apaan? Disini mereka bahas kalau Daddy gak suka cewek. Ck, padahal Daddy aja udah mau punya anak kandung, ya kalik gak suka cewek!" kesal Key lagu.
"Aduh Key, bukan berita yang itu! Cari lagi coba!"
"Ck, iya-iya!"
Key terus saja menjelajahi aplikasi tersebut hingga akhirnya ia sampai pada sebuah berita yang membahas tentang dirinya, bahkan menyertakan fotonya disana.
Glen Victor Alfonso menolak Laura Emilio karena seorang mahasiswa semester 4 dari universitas ternama. Mereka bahkan sudah memiliki anak!
"W_waw, cepat sekali mereka mengetahuinya," ujar Key dengan ekspresi aneh.
"Komennya isinya anak anj semua! Kalau ngetik gak bisa dijaga! Capek banget gue balesin tuh orang-orang sampah!" kesal Vanessa.
"Yaudah, gak usah dibalesin aja. Toh mereka cuma bisa ngetik, gak ngerugiin kita juga kan?" ujar Key acuh tak acuh.
"Iya gue tau ketikan mereka gak ngerugiin kita, tapikan, mereka ini sama aja lagi mencemari nama baik lo, Key! Lo jangan diem aja dong!" ujar Vanessa frustasi.
Key menghela nafas panjang dengan kepala tertunduk, lalu setelahnya ia pun membaringkan diri dengan nyaman sambil memegangi handphonenya dan menyalakan loudspeaker.
"Nama baik apa Nes? Emangnya gue masih punya anak baik?"
"Key, Lo jangan gitu dong!"
Key menggeleng walaupun tau bahkan Vanessa tidak akan melihatnya karena mereka tidak sedang melakukan panggilan video.
"Key si pembuat onar, anak nakal, bodoh, jahat, pelakor, bahkan naik ke ranjang ayah angkat sendiri. Memangnya nama baik apalagi yang gue punya? Yang mereka omongin juga bener kok, jadi gue gak tersinggung sama sekali dan seharusnya lo juga sama, karena mereka omongin itu gue, bukan lo."
"Justru kalau yang mereka omongin itu gue, gue bakal biasa aja. Tapi kalau mereka ngomongin lo, gue gak akan terima! LO ITU BERHARGA BUAT GUE!"
Senyuman kecil terukir di bibir Key setelah mendengar ucapan Vanessa barusan. "Habis ini lo mau dibeliin apa?" candanya.
"Key!" tegur Vanessa.
Key justru tertawa mendengarnya.
"Kalau gak ada lo, mungkin sekarang gue gak akan jadi kayak gini. Kalau bukan karena lo, mungkin gue bakal jadi pengemis yang dijalan yang gak punya tempat tinggal. Gue juga berhutang nyawa sama lo, Key. Kalau lo gak nyelamatin gue waktu gue mau bunuh diri, gue mungkin udah di alam yang berbeda sekarang."
Ah, sungguh kata-kata yang mengharukan. Bahkan tanpa sadar, Key sampai menjatuhkan air matanya.
"Lo itu malaikat penyelamat buat gue, Key." Vanessa mengakhiri kalimatnya dengan lirih.
"Udah, gak usah nangis. Gue tau gue emang orang yang baik," ujar Key jenaka walaupun ia sendiri kesusahan mengusap air mata yang terus saja mengalir di pipinya.
"Dih, enggak, gue gak nangis," ujar Vanessa dengan suara serak.
"Halah, gak usah ngelak kalik. Orang suara lo aja kedengaran jelas habis nangis."
"Kalau gitu, lo pasti lagi nangis kan?"
"Ya enggak lah, gue gak cengeng kayak lo," balas Key agak sewot.
"Halah, bohong!"
Berdehem pelan, Key akhirnya memilih untuk mengalihkan pembicaraan mereka. "Ehem,,, Ngomong-ngomong kemarin pas kita telponan_"
"Eh udah dulu ya Key, gue ada kerjaan, bye!"
Bip,,,Bip,,,
Vanessa memutuskan sambungan secara sepihak hingga membuat Key mendengus kesal karenanya.
"Dih, katanya gue malaikat penyelamatnya, tapi hal kayak gini aja masih ditutup-tutupin. Dasar!" gerutunya.
"Tapi,,," Senyuman Key mengembang.
Key tak mengatakan apapun lagi setelah itu dan malah memutuskan untuk kembali tidur karena dirinya masih mengantuk.
Tanpa Key sadari, sejak tadi ada seseorang yang mendengarkan pembicaraannya dengan Vanessa dari balik pintu toilet kamarnya.
Maaf Key, semua ini salahku.
Glen meremat dadanya untuk menekan rasa sesak yang menyiksanya.
...•Bersambung•...
