Novel ini menceritakan tentang sebuah pencarian pemeran utama wanita yang sesungguhnya di dalam kisah ini.
Akankah kisah ini menjadi milik Kirana, wanita cantik dan baik hati dari keluarga biasa yang kehadirannya di tolak mentah-mentah oleh keluarga Theo, pria yang begitu mencintai Kirana.
Ataukah menjadi milik Anya, wanita yang tak kalah cantiknya pilihan keluarga Theo.
Ceritanya menjadi rumit saat Theo di pertemukan dengan wanita yang mirip dengan almarhum Anya di saat dia sudah bahagia bersama Kirana dan buah hati mereka.
Setelah tiga tahun Anya meninggal. Pertemuan Theo dengan wanita itu membuat semua yang awalnya baik-baik saja menjadi berantakan. Terlebih keadaan wanita itu yang membuat Theo merasa ada yang salah dari tewasnya Anya.
Apa yang terjadi sebenarnya??
Apa yang Theo lewatkan selama tiga tahun ini??
Lalu bagaimana nasib Kirana dan rumah tangganya saat di guncang badai??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sampai kapan Anya??
"Hay"
Kedatangan Zaky tampak mengejutkan Anya.
"Melamun kayaknya udah jadi kebiasaan kamu ya??" Zaky lihat, akhir-akhir ini Anya memang lebih sering melamun.
Mungkin karena kedatangan Theo lagi ke dalam hidup Anya.
"Enggak siapa yang melamun??"
Zaky hanya tersenyum menanggapi pengelakkan Anya itu.
"Ya udah deh, daripada kamu di rumah diam aja kaya gini. Mending kita jalan-jalan, mau nggak??"
"Ke mana??" Anya tampak antusias.
"Kamu maunya kemana??"
"Ke pantai, bisa nggak??" Pinta Anya dengan antusias. Zaky tentu lebih suka melihat Anya yang seperti itu dari pada Anya yang suka berdiam diri.
Zaky kemudian melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Belum terlalu sore, Ayo!!"
"Beneran??"
"iya, ayo!!" Zaky meraih tangan Anya untuk membantunya berdiri.
Perjalanan memang kurang lebih satu jam dari kediaman Anya ke pantai terdekat dari sana. Namun hari yang masih agak siang, membuat Zaky menyetujui permintaan Anya.
Sudah lama Anya tidak pergi ke pantai. Terakhir kali Anya juga pergi bersama Zaky ke pantai yang sama.
Anya langsung tersenyum dengan lebar saat kakinya menginjak pasir pantai yang terasa lembut di kakinya.
Tiupan Angin membuat rambut panjangnya ikut berterbangan tak beraturan. Rasanya begitu berbeda menghirup udara di pantai seperti sekarang ini. Meski udaranya panas, tapi terasa sejuk dengan angin sepoi-sepoi.
Tangannya yang biasanya memegang tongkat kini ada dalam genggaman Zaky. Memang Zaky tidak mengijinkan Anya memakai tongkatnya ketika berjalan bersama Zaky.
Bukan karena Zaky malu karena berjalan dengan wanita buta. Tapi karena Zaky tak ingin orang-orang menatap Anya dengan tatapan aneh mereka.
Zaky ingin mereka semua melihat Anya seperti orang biasa, dan untungnya niat baik Zaky itu tidak disalahartikan oleh Anya.
"Kamu duduk di sini dulu ya, aku mau beli kelapa muda" Zaky membantu Anya untuk duduk pada tikar yang sewakan di pinggir pantai.
"Iya"
"Jangan kemana-mana, aku nggak lama" Zaky mewanti-wanti Anya.
"Iya Zaky" Jawab Anya gemas. Pria itu selalu mengkhawatirkannya secara berlebihan.
Di balik kaca mata hitam yang di pakai Anya, matanya terpejam menikmati susana pantai yang mulai sepi karena hari sudah menjelang sore.
Rasanya begitu tenang dan damai, untuk sejenak Anya bisa melupakan masalahnya saat ini. Membuang semua sakit yang ia tanggung seorang diri selama ini.
"Melamun lagi??" Tebak Zaky yang sebenarnya benar adanya.
"Mana kelapa mudanya??"
"Minumlah" Zaky memberikan kelapa muda yang ia bawa ke tangan Anya.
Untuk sejenak, keduanya benar-benar menikmati suasana pantai di sore hari itu.
Meski tanpa Anya tau, beberapa kali Zaky menatap pahatan wajah sempurna itu. Meski tertutup kaca mata, namun tak sedikitpun mengurangi kecantikan paripurna milik Anya.
"Pasti beruntung pria yang bisa memiliki kamu An" Gumam Zaky.
"Apa Zak??"
"E-enggak papa" Elak Zaky, dia juga tidka tau kenapa bisa kelepasan memuji Anya seperti itu.
"Emmm, An??"
"Ya??" Anya menoleh pada Zaky di sisi kanannya.
"Setelah semua yang kamu lalui selama ini, lalu dengan datangnya Theo lagi ke dalam hidup kamu meski dengan status kalian yang sudah berbeda, apa kamu masih akan terus bertahan??"
Anya terlihat buru-buru memalingkan wajahnya dari Zaky.
"Maksud kamu apa Zak??" Suara Anya terdengar menjadi dingin.
"Anya, walau kamu mencoba untuk menutupi perasaan kamu bagaimanapun caranya, aku tetap bisa membaca hati kamu selama ini untuk siapa"
"Kamu ngomong apa sih Zak?? Lebih baik kita pulang, kayaknya udah sore deh. Nanti Mbak Anik khawatir"
Zaky langsung menahan pergelangan tangan Anya saat wanita itu mencoba untuk berdiri.
"Duduklah dulu. Mau sampai kapan kamu begini??" Tutur Zaky dengan lembut membuat Anya akhirnya terduduk kembali dengan lemas.
Namun kali ini Anya sama sekali tak ingin memalingkan wajahnya pada Zaky. Dia terus menghadap ke lautan yang lepas.
"Aku sudah tau sejak dulu, bahkan sejak kalian masih bertunangan. Dari mata kamu, tatapan kamu ke dia itu sudah menggambarkan dengan jelas perasaan kamu. Hanya dia saja yang bodoh karena tidak menyadarinya"
"......"
"Waktu dua tahun sudah kamu korbankan untuk mereka. Apa belum cukup semua itu hingga ahirnya kamu menjadikan nyawa kamu sebagai taruhannya??"
"......." Anya masih tetap diam.
Dia kira, sikap diamnya selama ini membuat orang-orang di sekitarnya tidak tau apa-apa. Ternyata dia salah besar.
"Lalu setelah kamu berhasil pergi darinya. Menyembunyikan diri, ahh bukan...lebih tepatnya kamu menyiksa diri kamu sendiri selama tiga tahun ini. Apa kamu masih akan tetap seperti ini??"
Di luar perasaan cintanya pada Anya, jujur Zaky sungguh miris melihat hidup Anya saat ini.
Baru kali ini Zaky melihat bagaimana seseorang menjadi sangat bodoh karena cinta. Mengorbankan dirinya juga menyiksa dirinya sendiri atas dasar cinta.
"Sudah saatnya kamu melupakan semuanya Anya. Kamu harus bangkit, kamu wanita yang kuat. Lupakan masa lalu kamu, lupakan dia dan hiduplah dengan benar. Jadilah Anya yang kuat seperti dulu lagi, hadapi mereka dengan keikhlasan hati kamu. Aku yakin kalau kamu pasti bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari dia"
Anya mengusap air matanya yang terus menyeruak karena kata-kata yang Zaky ucapakan begitu memukul keras hatinya.
Dia tau kalau dia itu bodoh, dia tau kalau selama ini dia telah menyakiti dirinya sendiri. Bukan hanya fisik tapi batinnya pun sama.
Meski begitu, tak ada yang tau rasanya menjadi dirinya. Mereka bisa bilang seperti itu karena mereka tidak merasakan apa yang Anya rasakan.
Seseorang hanya akan bisa maklum dan diam dengan apa yang di lakukan Anya saat ini ketika mereka telah merasakan hal yang sama.
Memang menyakitkan, tapi entahlah...
Semuanya tidak akan bisa di jabarkan dengan ribuan kata-kata.
Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan sebuah pengorbanan atas dasar cinta selain.
Cinta gila...
Ataupun,
Cinta buta...
Benar, rasanya cinta buta lebih pantas di sematkan pada Anya. Bahkan dirinya pun sudah menjadi buta karena cintanya. Memang sedikit menggelikan jika Anya memikirkan hal itu.
"An.."
"Kita pulang sekarang ya Zak?? Kepalaku sedikit pusing. Aku takut pingsan di sini dan merepotkan kamu" Anya sedikit bercanda dengan dengan senyumnya yang di paksakan itu membuat Zaky menghela nafas kasarnya.
"Kenapa kamu begitu kerasa kepala Anya??"
Zaky sampai bingung apa yang bisa membuat Anya menyerah. Dia terus berharap jika suatu saat ada hal yang bisa membuat Anya meluluhkan hatinya yang sudah terlanjur keras itu.
Zaky juga berdoa, agar kedatangan Theo tidak membuat Anya semakin jatuh ke dalam lubang yang sama.
"Tapi kenapa aku sendiri tidak yakin??"
baru rasa didinginin Randi ,klojotan
Menghadapi Wanita itu adalah Perjuangan 💪
Jika memang punya Cinta tulus dan besar untuk Wanita, maka sebesar apapun perjuangan itu, pasti nya akan dapat juga tuhhh cinta sebaliknya dari si Wanita 👍
Karena Wanita itu ingin di Mengerti . ingin disayang... dan juga Ingin di Cintai yg besar dari seorang Laki-laki 👍👍😁