NovelToon NovelToon
Kutukan Arwah Tumbal Desa

Kutukan Arwah Tumbal Desa

Status: tamat
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Tumbal / Dendam Kesumat / Tamat
Popularitas:975
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Dew

Keputusan Bian dan Tiara untuk pindah ke Rumah Warisan Kakek di Desa Raga Pati adalah sebuah kesalahan fatal. Rumah itu ternyata berdiri di atas tanah yang terikat oleh sebuah sumpah kuno: Kutukan Arwah Tumbal Desa.
Gangguan demi gangguan yang mengancam jiwa bahkan menjadikannya tumbal darah selanjutnya, membuat mental Bian dan Tiara mulai lelah dan ingin menyerah.

"Jangan pernah mencoba memecahkan apa pun yang sudah ada. Jangan membuka pintu yang sudah terkunci. Jangan mencoba mencari tahu kebenaran yang sudah lama kami kubur. Jika kalian tenang, rumah ini akan tenang. Jika kalian mengusik, maka ia akan mengusik kalian kembali."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Inti Gerbang dan Warisan Kekuasaan

Bian terbaring di lantai ruang tamu. Cahaya keemasan di matanya meredup, digantikan oleh kejernihan yang tajam, diikuti rasa pusing yang luar biasa. Ia merasa tubuhnya sendiri bukan lagi miliknya seolah-olah, setiap sel di tubuhnya beresonansi dengan detak jantung bumi di bawah rumah.

​"Bian! Kau baik-baik saja?" Tiara memeluknya, wajahnya pucat.

​"Aku... aku merasakannya, Tiara," bisik Bian, suaranya tercekat. "Energi itu. Itu tidak jahat, tapi sangat liar dan kacau. Itu kuno. Seolah-olah seluruh rumah ini adalah jantung yang berdetak."

​Bian mendapati dirinya melihat rumah itu secara berbeda. Ia bisa merasakan aliran energi yang halus mengalir di dinding, berkumpul di lantai ruang tamu, dan menuju ke pintu logam di balik lemari.

​"Ratih benar. Aku adalah kuncinya," Bian berbisik. "Energi itu mengalir ke dalamku saat aku menyentuh pintu itu. Aku harus mengendalikannya, atau aku akan meledak atau lebih buruk, menjadi sinyal yang memanggil Yang Tua."

​Mereka berdiri. Pintu logam di balik lemari ukir memancarkan hawa dingin yang mengundang. Tidak ada waktu untuk takut; mereka harus menemukan cara menutup Gerbang, seperti yang Jaga perintahkan.

​Bian dan Tiara membuka pintu lemari ukir. Pintu logam, yang sebelumnya hanya sedikit terbuka, kini bergeser sepenuhnya saat Bian mendekat, seolah mengenali tuannya yang baru.

​Di baliknya, terbentang lorong sempit yang bukan terbuat dari batu seperti ruang bawah tanah sebelumnya, melainkan dari logam murni berwarna hijau tua, ditutupi ukiran-ukiran yang aneh, bukan simbol Mata Tunggal, melainkan simbol spiral dan gelombang yang menunjukkan aliran energi.

​"Ini bukan kamar biasa," kata Tiara, menyalakan senternya. "Ini adalah ruang kontrol."

​Mereka menuruni tangga logam. Di bawah, ruangan itu berbentuk silinder, kecil, dan hanya diterangi oleh pantulan samar dari dinding logam. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu yang berbentuk bundar, dikelilingi oleh lempengan-lempengan logam yang memancarkan getaran rendah.

​Ini adalah Inti Gerbang.

​Di atas altar batu bundar itu, tergeletak sebuah kotak kayu kecil, jauh lebih kecil dari peti besi tempat Lilin Hitam disimpan. Kotak itu tidak terkunci.

​Di sampingnya, terselip sebuah buku catatan usang buku harian Kakek Pranoto yang sebenarnya, yang tidak pernah ditemukan Mbah Pawiro.

​Bian meraih buku catatan itu dengan tangan gemetar.

​...Pawiro gila. Dia tidak hanya mengorbankan Sari untuk kekuasaan. Dia menggunakan Gerbang ini, Gerbang yang dibangun oleh nenek moyang Klan Pawang termasuk kakekku sendiri, untuk mengikat Entitas yang lebih besar. Klan Pawang tidak mencari kekayaan, mereka mencari kekuasaan abadi melalui Gerbang ini.

​Aku membangun Gerbang ini dengan ilmu, bukan sihir. Kekuatan Gerbang ini diatur oleh tiga elemen utama: Sumpah, Pengorbanan, dan Pemusatan Energi. Sari adalah Pengorbanan Pawiro. Lilin adalah Sumpahnya.

​Aku gagal menyelamatkan Sari, tapi aku berhasil menonaktifkan Gerbang ini. Kuncinya ada pada Liontin dan Air Suci. Liontin membatalkan Pengorbanan, dan Air Suci membatalkan Sumpah. Kalian harus menghancurkannya bersamaan...

​Bian mendapati dirinya sudah mengetahui fakta itu. Itu adalah energi di dalam dirinya yang menjelaskan.

​...Tapi itu hanya memadamkan Gerbang sementara. Untuk menutup Gerbang secara permanen, kau harus melakukan hal yang tidak pernah kulakukan. Kau harus mengikat Gerbang ini pada energi yang berlawanan dengan energi yang dipanggilnya.

​Entitas yang dipanggil adalah Yang Tua, makhluk dari kedalaman bumi yang menarik energi kekacauan. Untuk menutup Gerbang, kau harus menggunakan energi ketenangan dan penarikan. Kau harus memusatkan energi seluruh desa melalui Gerbang ini.

​"Memusatkan energi seluruh desa?" Tiara menatap Bian ngeri. "Bagaimana caranya? Itu ilmu hitam!"

​Bian menggeleng. "Tidak, Tiara. Ini bukan ilmu hitam. Ini ilmu spiritual. Kakek tahu cara mengubah energi negatif menjadi energi positif. Kita harus menggunakan energi spiritual yang dilepaskan setelah Sari bebas, energi kedamaian untuk menutup Gerbang."

​Saat Bian menyentuh altar batu bundar itu, ia merasakan energi liar di dalam dirinya berdenyut.

​Di atas altar, Bian menemukan sebuah celah kecil yang hanya bisa dimasuki oleh ujung Liontin Tumbal, yang kini telah hancur. Namun, di dalam kotak kayu itu, Bian menemukan sesuatu yang lain.

​Kotak itu berisi dua pasang sarung tangan kulit tipis yang sudah usang, dan sebuah diagram yang digambar tangan.

​Diagram itu menunjukkan bagaimana cara menyalurkan energi melalui altar batu.

​Sarung tangan ini adalah isolator. Energi Gerbang ini membutuhkan sentuhan langsung dari darah keturunan. Tapi energi itu bisa membunuh. Sarung tangan ini akan melindungi kalian, namun tetap memungkinkan kalian untuk memusatkan energi.

​Untuk menutup Gerbang, salah satu dari kalian harus menjadi Penyalur di altar ini, dan yang lain harus menjadi Pengimbang. Kalian harus memfokuskan energi kedamaian yang dibawa oleh Sari yang bebas, dan menariknya keluar dari Gerbang.

​"Penyalur dan Pengimbang," kata Bian. "Aku punya energi Gerbang di dalam diriku. Aku harus menjadi Penyalur. Tapi aku butuh kau untuk menjadi Pengimbangku, Tiara."

​Tiara mengangguk tanpa ragu. "Aku akan melakukannya. Kita lakukan bersama."

​Mereka mengenakan sarung tangan kulit tua itu. Saat Bian meletakkan tangannya di atas altar batu bundar, energi liar di dalam dirinya segera bergejolak, dan pola ukiran di dinding logam mulai bersinar.

​Di luar rumah, di gerbang yang dijaga, Ratih tersentak.

​"Mereka mengaktifkan Gerbang!" teriak Ratih kepada para pengawalnya. "Hancurkan pintu! Kita harus masuk sekarang!"

​Para pengawal menyerbu pintu rumah.

​Di dalam Inti Gerbang, Bian merasakan kekuatan yang tidak terkontrol mengalir dari Gerbang ke dalam dirinya.

​"Tiara, cepat! Sentuh bahuku! Fokuskan semua kedamaian yang kau rasakan saat Sari bebas!"

​Tiara meletakkan tangannya di bahu Bian. Saat sentuhan itu terjadi, energi yang mengalir di tubuh Bian segera menenangkan diri. Energi kacau itu mulai terorganisir.

​"Aku bisa merasakannya, Bian! Kita menarik energi kedamaian desa!"

​Altar batu mulai berputar pelan. Ukiran di dinding berputar semakin cepat. Energi dari bawah bumi ditarik keluar.

​Namun, di tengah fokus mereka, Bian mendengar suara gemuruh yang berbeda suara yang berasal dari kedalaman bumi, semakin mendekat.

​Itu adalah 'Yang Tua'.

​Bian menyadari bahwa mereka terlalu lambat. Ratih telah memberi sinyal, dan Entitas itu sudah bangun.

​"Ratih datang!" teriak Tiara. Mereka mendengar suara gedoran keras di pintu depan.

​Bian melihat ke buku harian Pranoto sekali lagi.

​...Jika kalian gagal menutupnya tepat waktu, Gerbang akan memuntahkan energi kacau itu ke dunia. Dan Entitas itu akan melalui kalian. Satu-satunya cara untuk menghentikan Entitas itu adalah dengan... Pengorbanan yang disengaja.

​Bian menatap Tiara. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia harus menggunakan dirinya sendiri sebagai isolator, sebagai tumbal sukarela untuk menutup Gerbang.

​Bian memejamkan mata. Ia berbisik pelan pada Tiara. "Aku mencintaimu, Tiara. Jika kita berhasil, kau harus pergi dari sini."

​Tiba-tiba, energi keemasan yang kacau di tubuh Bian melonjak. Gerbang itu akan menutup, tetapi ia akan menyerap Bian bersamanya.

​Saat energi itu mencapai puncaknya, pintu logam di atas mereka terbuka paksa.

​Ratih dan para pengawalnya berdiri di ambang pintu, melihat Bian dan Tiara di Inti Gerbang.

​"Ambil Gerbang itu!" teriak Ratih, maju ke depan.

​"Sudah berakhir, Ratih!" teriak Bian. "Aku menutup Gerbang ini!"

​Bian melepaskan sarung tangannya. Energi mengalir langsung dari Gerbang ke kulitnya.

​Gerbang itu menutup, tetapi menarik Bian ke dalamnya.

​Tiba-tiba, sebuah suara yang keras dan berwibawa menghentikan segalanya.

​"Tidak, Nak Pranoto! Kau tidak perlu mengorbankan dirimu!"

​Jaga berdiri di belakang Ratih. Tangan Jaga memegang Tongkat Kayu yang baru, dan di atas tongkat itu, Liontin Tumbal yang hancur telah dilebur kembali menjadi satu.

​Jaga mengarahkan tongkat itu ke Bian. Jaga, sebagai penjaga yang sesungguhnya, memindahkan energi dari Bian ke dalam tongkatnya, menyelamatkan Pawang Baru.

​Gerbang itu menutup dengan desisan yang keras. Bian ambruk, tetapi ia selamat.

​Namun, Jaga menatap Ratih, yang kini berteriak marah karena rencananya gagal. Jaga menunjuk ke Ratih.

​"Gerbang ini telah memilih Tuan Ratih," ujar Jaga, suaranya sedih. "Dan dia akan menggenapi janji leluhurnya. Dia adalah Pawang yang sebenarnya, bukan Bian."

​Jaga menipu Ratih, tetapi ia menipu Bian dan Tiara juga. Siapakah Jaga sebenarnya, dan apa rencana sesungguhnya di Desa Raga Pati?

1
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🪷ᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛ ⍣⃝✰
penasaran yg sama, siapakah jaga? dia hitam atau putih?
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🪷ᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛ ⍣⃝✰
oh ini tulisan tangan Pranoto, gak cetak miring aku kira narasi 😅
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🪷ᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛ ⍣⃝✰
maksude rumah Pranoto itu gerbang dua dunia gtu ya? Pranoto nya kmna coba? belum mati kan?
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: Yuph bener...

udh mati.. hhee..
kan itu Bian dapet warisan rumah kakeknya
total 1 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🪷ᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛ ⍣⃝✰
oalah ternyata masih berlanjut toh
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ
Jaga terasa menjadi tokoh utama.
sampai di bab ini, setiap baca gw cuma bisa,
"woh... wah... wah!"
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: emang... goib🥺🤣
total 3 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
terus-menerus teror nya
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
mbah Pranoto masih idup kan?
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
kebal banget Prawiro
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
jadi gmna ini, gak ada lagi yg baiknya selain pasutri itu?
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
oalah ternyata spt itu, bener yg Pawiro yg ada sesuatu
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
Mbah Pawiro itu sesepuh desa yg bertamu tadi? klu kakeknya Bian Mbah Pranoto bkn Miss?
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: yuph.. bener.. Bian cucu Pranoto 😁
total 1 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
koq serem miss
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
waduh kalah bian dan Tiara yg terperangkap, kasihan oh kasihan🤭🤣
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
makin runyam ya bian🤭 semangat bian Tiara 🤣😅
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
lahh knp liontin nya gak di buang saja kalo bian tetap dikejar sampai ke ujung dunia pun kutukan itu takkan putus🤭🤣
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: kan, Kaga bilang, kalau liontin itu tidak boleh di jatuh ke tangan orang lain. Nanti Kutukan itu nggak bisa diputus👻
total 1 replies
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
seru Miss cerita horor inii, haruss berlanjut
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
wah berarti jaga itu baik mau memperingati bian dan Tiara tapi mereka yg berbeda pendapat atas kecurigaan mereka terhadap sikap jaga yg aneh. karena jaga memperingati mereka dengan isyarat bukan ngomong secara langsung jadi gak lngsung dipahami oleh bian dan istrinya, dan kini setelah menyadari semuanya sudah terlambat
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
inii mksdnya jangan memecahkan apa yg ada, berarti itu setan gak bisa masuk rumah dan kacanya sekarang pecah jadi bisa masuk rumah itu kah🤔🤔🤔
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: bukan😁😁😁.
maksudnya, jangan mencari tahu rahasia yang tersimpan.
atau bahasa gaulnya.. nggak ush kepo😭
total 1 replies
∑(Elite Squad ̄□ ̄;)
kalau rumah lama gak ditempati apalgi dingin. udah pasti banyak pemghuni nya sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!