Dua orang berlatar belakang berbeda di jodohkan dengan paksa oleh perjanjian kedua orang tua mereka.Lelaki yang sudah cukup dewasa yang berwatak keras ini mempunyai istri cengeng yang baru beranjak dewasa.
walaupun pernikahan ini pernikahan paksa tapi Baran selalu menjadi perisai untuk istri kecilnya.
********†
Tangan Baran sangat dingin dan membeku rasanya.
Sedangkan di dalam sana deg ,,,deg,,, deg bunyi jantungnya seakan mau jatuh dari tampuknya.
Mulailah tangan dingin itu menjabat tangan penghulu.
'' Saudara Baran sanjaya bin Kemal sanjaya saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Dilan putri Antonio bin Antonio dengan....''.....''......''
Begitu lantang dan lancar Baran mengucapkan ijab qabul.
''Sah... '' semua saksi dan para tamu serempak menjawab.
Sekarang saatnya menyematkan cincin di jari masing-masing petanda di antara mereka sudah ada ikatan yang sakral.
Pertama giliran Dilan yang menyematkan cincin tersebut ke jari suaminya.
Rasanya seluruh badannya gemetar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon silvianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baran mencoba menakuti Dilan
Ditempat kerjanya Baran telah menyelesaikan semua pekerjaannya, agar dia tidak terlalu memikirkan pekerjaan saat dia berada di jakarta nanti.
'' Syukurlah semuanya sudah kelar. Aku harus segera pulang untuk menjemput gadis kecil itu agar aku tidak kemalaman sampai di jakarta '' ucapnya sambil meregangkan otot-ototnya.
Jam sudah menunjukan pukul empat sore.
Baran segera melajukan mobil mewah miliknya itu kerumah mertuanya.
Sesampainya di halaman rumah, dia segera memasuki rumah sembari memberi salam kepada bu Lastri.
'' Bu apakah Dilan sudah bersiap-siap '' tanya Baran sambil duduk di kursi depan.
'' Sepertinya dia masih di kamar, dari tadi ibu belum melihatnya '' jawab Bu Lastri.
'' Oh baiklah bu aku akan menyusulnya ke kamar '' ucap Baran berpamitan sambil menuju kamar.
Setelah sampai dia segera membuka pintu kayu itu berlahan, tapi dia malah mendapati kalau istri kecilnya itu tertidur pulas.
Baran mencoba membangunkan Dilan dengan mencubit pipi mulus istrinya itu dengan lembut.
'' Hei kenapa kau masih tidur, kapan mau berangkat'' ucapnya duduk di samping ranjang.
'' Mas,,, '' jawab gadis itu dengan suara serak.
''M... ayo cepat bangun dan mandi, aku akan menunggu mu. Cepat harus siap dalam waktu tiga puluh menit '' titah suaminya itu.
'' Baik mas....'' dengan langkah malas dia mengambil handuk dan baju ganti miliknya.
Setelah tiga puluh menit Dilan masih belum keluar dari kamar mandi.
Baran yang sedari tadi menunggu sudah merasa jengkel dan resah.
Setelah lama menunggu akhirnya gadis itu muncul juga dengan menggunakan baju hitam panjang tangan dan celana jeans.
Memperlihatkan jelas kulit putih bersih yang mulus itu.
'' Kau lama sekali, ini udah lebih tiga puluh menit kau dalam kamar mandi'' ucap Baran dengan kesal pada perempuan cantik itu.
Dengan tergesa-gesa gadis itu membereskan semua pakaiannya dan merias dirinya dengan rambut di kuncir tinggi.
Terlihat begitu anggun dan cantik walaupun baju yang dikenakannya hanya baju murahan.
Tak lama setelah itu Baran juga telah siap melakukan ritual mandinya.
Segera dia Menganti pakaiannya dengan pakaian santai.
Dilan sudah bersiap menunggu suaminya itu di ruang tengah sambil berbincang dengan ibunya.
'' Dilan ingat ucapan ibu.
Setibanya disana kamu harus sopan, rajin dan jangan membuat mertua mu jengkel''
''Baik bu '' jawabnya singkat.
Oya bu....nanti Dilan akan menelpon ibu setiap hari '' ulasnya manja sambil memeluk bu Lastri. Dia merasa sangat sedih karena baru kali ini dia jauh dari ibunya.
Setelah Baran selesai beres beres dia segera keluar dari kamar.
Baran tidak membawa pakaian apapun untuk di bawa ke rumahnya dijakarta.
'' Bu aku dan Dilan jalan dulu ya... '' pamit Baran kepada mertuanya sambil mencium tangan wanita paruh baya itu.
'' Hati-hati ya nak....titip Dilan '' ucap mertuanya.
'' Baik bu, aku akan menjaganya dan membawanya kemanapun aku pergi'' ucap Baran.
Dilan merasa berat hati meninggalkan ibunya sendiri di rumah itu.
Dia terus memeluk ibunya seperti tidak bisa dipisahkan oleh apapun.
'' Ayo sana ikuti suami mu, kau harus jadi istri yang patuh kau paham'' titah bu Lastri
'' Baik bu '' ucap Dilan mencium tangan ibunya dan mencium pipi kiri dan kanan.
Setelah itu dia mulai menaiki mobil sport merah bersama suaminya.
Baran membawa laju mobil sport merah miliknya dengan kecepatan sedang.
Belum terlalu jauh dari rumah dia segera menepikan mobil itu.
Setelah mobil itu menepi sempurna dia mendekati istri kecilnya dan membungkukkan badannya kearah istrinya membuat istrinya ketakutan padahal dia hanya ingin memasang sabuk pengaman.
Melihat ekspresi istrinya dia tersenyum kecil.
'' Manis sekali dia kalau di lihat sedekat ini. Lama-lama aku makan juga gadis pengecut ini'' gumamnya dalam hati.
Mulailah pikiran jahil menjalari otak pria itu.
Dia mulai mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi ke wajah perempuan pengecut itu.
'' Mas mau apa '' tanya Dilan merasa takut.
'' Aku mau membalas mu ''ucap Baran.
'' Membalas apa.... emang Dilan ada salah '' ucapnya sambil menjauhkan wajahnya.
''Hei apa yang kau lakukan tadi pagi saat kau baru bangun.
Kau kira aku tidak tau '' dengan senyum licik di bibirnya.
'' Ngapain apa.... Dilan gak ngapa-ngapain kok '' ucap perempuan itu lagi.
''Apakah kau akan terus berbohong, tapi aku merasakan bibirmu ini yang mengecup dada ku tadi pagi.
Sekarang aku yang akan melakukanya di tempat yang sama'' ucapnya dengan penekanan sambil mengelus bibir mungil istrinya.
'' Mas jangan... kalau mas gitu Dilan gk jadi ikut. Dilan pulang aja '' jawab perempuan itu menahan malu, karena tingkah konyolnya ketahuan oleh suaminya.
'' Kau ini banaran pengecut kalau begitu coba kau ulangi lagi yang tadi pagi.
Aku tidak begitu merasakan '' sambil menunjuk ke arah dadanya.
'' Mas..... jangan gitu ah '' Dilan tambah ketakutan dengan tingkah suaminya itu.
'' Ya udah.....Aku gk akan melakukannya sekarang.
Tapi aku akan balas dendam saat kau tertidur juga, seperti kau yang mengambil keuntungan dari ku'' ucapnya lagi sambil melajukan kembali mobil merah miliknya itu.
Setelah lama berjalan Dilan merasakan kepalanya pusing dan perutnya seperti mengeluarkan sesuatu.
'' Mas aku mau muntah'' Dilan menutup mulutnya.
'' Muntah,,, apakah kau tidak pernah berjalan jauh dengan mobil'' ucapnya lagi sambil mengerutkan alisnya mendengar omongan istri kecilnya itu.
'' Gak mas, ini pertama kali aku jalan jauh '' jawabnya sambil menutup mulutnya itu.
'' Ooh sssssst kau ini benar-benar kampungan '' ucapnya kesal.
'' Mas hentikan mobilnya sekarang ''pinta Dilan.
Secepatnya Baran mencari tepat yang cocok untuk menghentikan mobilnya.
Setelah mobil itu berhenti sempurna
Baran segera membantu membuka sabuk pengaman dan membuka pintu mobilnya.
Setibanya di luar Dilan mengeluarkan semua isi perutnya.
Baran juga tidak tinggal diam dia segera membelikan air mineral dan obat anti mabuk untuk istrinya itu.
'' Mas Dilan gk mau naik mobil itu lagi.
Cariin aja ojek atau becak '' pinta Dilan memohon pada suaminya itu.
Baran yang mendengar permintaan aneh istrinya itu langsung suara tawanya menggelegar.
'' Ha ha ha kau kira ini masih di kampung sehingga kau bisa naik ojek atau becak.
Udah lah, ayo kembali ke mobil setengah jam lagi kita sampai rumah" bujuk Baran.
Dilan terpaksa naik lagi ke mobil itu.
Setelah setengah jam mereka berkendara akhirnya sampai juga mereka di rumah mewah milik keluarga Sanjaya.
Bergegas satpam membuka pintu gerbang.
Sebelum turun dari mobil sudah terlihat sopir berlarian untuk membukakan pintu untuk tuan mudanya.
Setelah Baran turun dari mobilnya tersebut langsung mobil warna merah itu diambil alih oleh sopir untuk meletakan di garasi.
'' Pak Parto besok tolong servis mobil itu'' titah Baran.
'' Baik tuan muda '' ucap sopir itu membungkuk.
Baran segera melangkahkan kakinya ke dalam rumah yang diikuti istri kecilnya itu.
Sedangkan di depan pintu sudah ada asisten yang menyambut kedatangan meraka.
''selamat datang tuan dan nona ''ucapan mereka serentak.
''M...'' ucapan Baran singkat.
Aura arogannya kembali seketika saat dia memijakkan kakinya kedalam rumah mewah tersebut.
Dari lantai dua nyonya Gita tampak semangat menuruni anak tangga ingin rasanya dia terbang menuju anak kesayangannya itu. Wanita paruh baya itu sangat merindukan anak laki-laki satu-satunya di keluarga Sanjaya.
Setelah tiba di didepan Baran segera nyonya Gita memeluk Baran sambil melepaskan kerinduannya.
'' Baran mama sangat merindukan mu nak'' ucap wanita paruh baya itu.
'' Aku juga merindukan mama '' mereka saling berpelukan.
Dilan yang melihat dua orang ini hanya terdiam
*bersambung*
tolong tinggalkan jejaknya ya sahabat