"Bagaimana aku jadi makmum kamu kalau kamu tak sujud pada tuhanku"
"Namun kupilih jalur langit untuk membuat kita bisa bersatu"
Sulit untuk Inayah atau biasa di panggil Naya untuk bisa bersatu dengan laki-laki yang telah mengisi hatinya, bahkan semakin Naya berusaha untuk menghilangkan perasaannya, perasaan itu justru semakin dalam.
Bisakah keduanya bersama?
Atau justru memang perpisahan jalan terbaik untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Di tambah sekarang perasaan Naya mulai tumbuh pada Pak Azka, seiring dengan hubungan mereka yang semakin dekat, meskipun pembahasan mereka hanya sebatas masalah pekerjaan saja.
Bahkan Pak Azka tak sedingin dulu pada Naya, jika Naya ingat-ingat perubahan sikap Pak Azka terjadi ketika Naya mulai memakai cadar, mungkin perempuan bercadar adalah kriteria istri idaman Pak Azka.
Bunyi bel pulang membuyarkan semua lamunan Naya, Naya segera mengemasi barang-barangnya lalu memasukan ke dalam tas. Naya langsung pulang ke asrama, baru saja menaiki anak tangga HP-nya berbunyi.
"Assalamualaikum, Umi" sapa Naya ketika menerima sambungan telepon dari uminya
"Walaikumsalam, hari ini kamu pulang ya" pinta Erisa pada sang anak
"Umi kenapa?" tanya Naya merasa cemas
"Umi tidak kenapa-kenapa, ada hal penting yang ingin Umi dan Abi sampaikan. Umi sudah minta izin tadi dengan Ustad Ilyas, Anisa juga sudah tau kalau Umi memintamu pulang"
Naya pun mengiyakan, Naya begitu takut terjadi sesuatu pada kedua orang tuanya. Bergegas Naya berbalik lalu menuju parkiran, tanpa pamit sama siapapun Naya langsung pulang menuju rumahnya.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi sembari berdoa meminta keselamatan dan berdoa buat kedua orang tuanya agar tidak terjadi apa-apa pada keduanya, sesampai di halaman rumah Naya langsung turun.
Tanpa sempat lagi memasukkan mobil ke dalam garasi, mobil terparkir di depan teras. Naya masuk ke dalam rumah dan kedua orang tuanya tidak kenapa-kenapa, keduanya malah sedang santai di ruang keluarga.
"Ada apa, Mi?" tanya Naya saat sudah berada di dekat kedua orang tuanya
"Duduk dulu" titah Erisa pada sang anak
Dengan patuh Naya pun segera duduk di hadapan kedua orang tuanya dengan penuh tanda tanya, kedua orang tuanya tersenyum sembari menarik napas untuk menyampaikan hal penting ini pada Naya.
"Hem, pihak keluarga Nak Azka meminta untuk secepatnya ta'aruf denganmu. Ini lebih baik, Naya. Kedekatan kalian tidak bisa terlalu lama, takutnya malah di goda syetan" jelas Rendi memulai pembicaraan, membuat Naya kini paham kemana arah pembicaraan ini
"Iya, Nduk. Umi dan Abi sebenarnya tidak memaksamu untuk menikah dengannya, apalagi yang menjalani pernikahan nanti adalah kamu. Sebagai orang tua, kami hanya ingin yang terbaik buat kalian" ucap Erisa dengan lemah lembut
"Apa ini tidak terlalu kecepatan, Bi?" tanya Naya
"24 tahun itu sudah waktunya, Nduk. 24 tahun itu sudah dewasa, pikiran kamu juga sudah matang" jawab Rendi
Naya lalu menatap ke arah uminya, uminya langsung mengangguk membenarkan perkataan abinya. Sebenarnya pendapat abinya memang tidak salah, teman-temannya di pesantren di usia segitu sudah menikah.
Bahkan ada sebagian sudah memiliki anak, tapi bagi Naya masalah bukan di usia tapi di hatinya yang belum mau terbuka lagi setelah tertutup rapat setelah kejadian satu tahun yang lalu, yang masih membekas di ingatnya.
"Umi Abi, Naya minta maaf. Naya sudah berusaha mendekatkan diri pada Allah, tapi masalah hati Naya memang belum bisa membukanya lagi. Entah kenapa begitu sulit, Naya takut ketika membuka hati kembali dan takut kecewa lagi Naya belum siap"
Naya menatap kedua orang tuanya secara bergantian lalu menunduk sepertinya rasa sakit itu benar-benar masih membekas, jadi setiap kali membahas tentang pernikahan selalu teringat akan kejadian dulu.
"Hubungan kalian dulu tidak syar'i, Naya. Kalian tidak ta'aruf, melainkan pacaran" bentak Rendi
Naya terlonjak kaget mendengar bentakan abinya, hatinya terasa perih menyaksikannya. Terakhir abinya membentaknya ketika Naya terakhir kali bertemu Samuel, apa abinya masih egois memaksa kehendak sendiri.
Seolah memaksa Naya untuk menerima perjodohan dengan Pak Azka, meski rasa itu mulai tumbuh tapi untuk membuka hati kembali Naya memang belum siap untuk kecewa dan sakit hati lagi.
"Naya, Umi mohon. Kamu ta'aruf dulu, Nak Azka orangnya baik dan bertanggung jawab. Kamu tau kan dia idaman para wanita muslimah, jika setelah ta'aruf kamu memutuskan tidak menerimanya tidak apa-apa. Setidaknya Nak Azka bisa ta'aruf dengan wanita lain nantinya, kamu paham kan apa maksud Umi?"
Deg
Jantung Naya berdegup kencang saat mendengar uminya mengatakan Pak Azka akan mencari wanita lain, sepertinya tak salah Naya mencoba untuk menerima ta'aruf ini apalagi laki-laki Pak Azka.
Yang memang menjadi idaman para wanita muslimah, jangan sampai nanti Naya tidak menerima Pak Azka jadi mencari wanita lain dan Samuel tak kembali, membuat Naya semakin susah lagi membuka hatinya.
"Baiklah, Umi. Naya akan coba menerima ta'aruf ini" jawab Naya
"Alhamdulillah" ucap Erisa sembari menatap ke arah sang suami yang tampak juga wajah bahagia di wajah beliau
"Kalau begitu Abi akan mengabari Ustad Ilyas untuk segera merencanakan ta'aruf ini"
Abinya tampak begitu antusias setelah mendengar keputusan Naya, Naya hanya bisa pasrah pada Allah dan berharap ini yang terbaik untuknya. Setelah itu, Naya pamit ke kamarnya untuk istirahat.
.
.
Berdasarkan kesepakatan bersama hari ini Naya dan Pak Azka akan berkenalan lebih jauh, yang biasa di sebut ta'aruf. Pertemuan ini akan di lakukan di ruang yayasan di temani Anisa, setelah semua guru pulang.
Naya melangkah masuk ke dalam ruang yayasan, mereka bertemu ketika sekolah sudah sepi karena dalam kesepakatan tidak boleh para dewan guru lain tau dulu, karena takut mendatangkan fitnah di kemudian hari.
"Assalamualaikum" ucap Naya ketika masuk ke dalam ruang yayasan
"Walaikumsalam, ayo Naya. Aku sama Bang Azka udah nungguin kamu dari tadi" ujar Anisa sembari menggeser posisi duduknya sehingga Naya bisa duduk di sampingnya
"Maaf ya, Pak Azka menunggu lama. Tadi saya menunggu kantor sepi, gak enak soalnya kalau ada yang lihat"
Naya jadi tak enak hati membuat Anisa dan Pak Azka menunggunya, Naya duduk bersebelahan dengan Anisa sementara Pak Azka duduk di depan mereka berdua, sehingga terlihat jelas wajah tampannya.
"Tidak apa-apa, Bu. Karena ini di luar jam kerja, panggil nama saja biar lebih akrab" titah Pak Azka dengan senyum ramahnya yang jarang sekali di perlihatkannya
Naya menundukkan kepala malu harus bertamu tatap dengan Pak Azka, bahkan Naya bisa melihat Pak Azka yang tengah menautkan kedua telapak tangannya membuat kesan cool semakin terlihat.
"Santai Naya, santai" oceh Anisa mencairkan suasana agar tidak terlalu kaku
Pengenalan diri masing-masingpun di mulai, dari Naya yang mulai menceritakan kisah hidupnya. Setelah itu, di lanjut dengan Pak Azka yang juga menceritakan kisah hidupnya sampai tentang pendidikannya hingga S2 dan pernah menjadi asisten dosen di Arab Saudi.
Terima kasih banyak ya Tor atas cerita yang sudah dibuat
tetaplah semangat dan terus berkarya
semoga selalu sehat , sukses , dan bahagia
nara sm rendi aja kk, rendi agamanya bagus. ibadahnya bagus.
samuel trnyta jg msih ingat sm naya. mengharukan bngt. selamat brbahagia naya. untuk anisa yg caktik dn baik hati mudah2an dpt jodoh yg lebih baik lg dr samuel. masyaAllah... anisa baik bngt...