Sebuah kecelakaan beruntun membuat Malia Diandra, seorang dokter bedah muda meninggal.
Namun entah kenapa disaat ia kembali membuka mata, dirinya malah terjebak dalam dunia novel bergenre apocalypse dimana zombie bertebaran dimana-mana.
Dengan system yg menemaninya, mampukah dokter muda itu bertahan didunia yg dipenuhi zombie?
Bisakah ia kembali ke dunia-nya sendiri?
Atau malah ia akan terjebak di dunia novel ini selamanya?
Ikuti kisah lia di dunia apocalypse ditemani system dan juga rekan-rekan seperjuangan.
<note : alur lambat.>
<note : system tidak akan terlalu menonjol dalam cerita ini.>
terima kasih 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auroraserenity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Kemarahan Kim Mingyu. (revisi)
"tak perlu terkejut seperti itu, aku yakin kalian juga pasti sudah menduganya." ucap malia terkekeh geli melihat reaksi semua orang.
"lagipula masih ada masalah lain yg harus kalian khawatirkan." ucapnya lagi.
"selama beberapa hari ini hujan terus turun, jika tebakan ku benar tentang hujan yg membawa virus, aku takut sumber air di negara ini telah terkontaminasi oleh virus juga." lanjutnya lagi yg kali ini berwajah masam.
Semua orang di lantai ini terkejut dengan apa yg dikatakan malia. Terutama saat gadis itu mengatakan jika sumber air mereka telah tercemar virus.
Jika apa yg dikatakan lia itu benar, maka mereka akan kesulitan mendapatkan air untuk minum, mandi, ataupun mencuci.
Para pemimpin militer juga berwajah muram. Penjelasan lia memang masuk akal.
"itu tidak mungkin kan? Itu hanya tebakan asal mu kan? Tidak mungkin sumber air kita tercemar." tanya seseorang wanita paruh baya di lantai pertama dengan histeris.
"meski hanya tebakan asal, tidak ada salahnya jika kita berhati-hati. Terutama untuk tidak meminum sembarang air. Saat ini hanya air dalam kemasan yg bisa kita andalkan untuk minum, sebaiknya kalian berhemat sampai kita dapat memecahkan masalah ini." ucap tristan yg sedari tadi diam.
Ia percaya dengan analisis malia, lagi pula pernyataan gadis itu memang masuk akal.
Sedangkan yg lainnya nampak panik. Mereka mungkin bisa bertahan dalam beberapa hari tanpa makanan, tapi jika tanpa minuman? Entahlah.
lia melihat raut wajah frustasi mereka, namun ia hanya acuh.
Dirinya sendiri tampak tenang, bagaimanapun ia memiliki sumber air-nya tersendiri. Bahkan jika pun tidak, ia masih bisa mengandalkan kemampuan es nya sebagai sumber air cadangan.
Cukup ciptakan serpihan es dan lelehkan menjadi air.
So, simple.
Sedangkan untuk orang lain?
Malia angkat tangan. Mereka hanya orang asing yg tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Mereka juga bukan tanggung jawabnya dan ia sendiri tidak bermaksud menjadi pahlawan seperti dalam novel.
Ia tidak memiliki kemampuan dan terlalu malas melakukan itu. Biarkan saja para protagonis asli yg melakukannya, lagi pun mereka memang ditakdirkan untuk itu kan?
..
Melirik hujan yg tak kunjung reda, kolonel jeon menjadi lebih murung.
Tidak pernah sekalipun terlintas di fikirannya jika hujan akan mengubah seseorang menjadi zombie.
Ini adalah sesuatu yg tidak diharapkan oleh siapapun, mengingat jika hujan ini bukanlah hujan merah seperti saat pertama apocalypse pecah.
"karena hujan ini adalah masalahnya, saya harap semua orang yg ada di area layanan ini tidak sembarangan lagi untuk keluar sebelum hujan berhenti." ucap kolonel jeon dengan nada memerintah.
Ia pun kembali menaiki tangga menuju lantai 2, di ikuti mingyu, tristan, lia, juga anggota kelompok mereka.
Wajah pemimpin militer di lantai 1 sangat jelek, namun ia juga harus setuju dengan apa yg dikatakan kolonel jeon.
Tak punya pilihan lain, ia pun meminta anggota tentara nya yg selamat untuk membuang mayat-mayat itu.
"kalian, segera pindahkan mayat mayat ini dan buang mereka ke area luar" ujar kolonel choi.
Semakin ia melihat mayat mayat yg berserakan di supermarket, semakin badmood dirinya.
Namun mendengar perintah itu, seketika kolonel jeon dan lee mingyu yg masih menaiki tangga berhenti. Mereka langsung kembali ke area bawah, berniat menghentikan mereka.
Sedangkan lia dan tristan hanya memperhatikan mereka dari atas tangga.
"tunggu, jangan melakukan itu!" seru kolonel jeon mencegat apa yg akan orang-orang itu lakukan.
Pemimpin militer itu terlihat tidak senang, namun kolonel jeon segera menjelaskan.
"kita semua tahu efek dari air hujan terhadap manusia dan zombie, tapi kita tidak tahu dampak apa yg akan di timbulkan oleh para mayat ini. Aku hanya khawatir jika ini akan berdampak lebih buruk." jelas kolonel jeon.
Ia tak berani bertaruh dengan banyaknya nyawa yg berada dalam tanggung jawabnya.
"lalu bagaimana menurutmu? Hujan tak kunjung reda dan kita tak bisa pergi. Sedangkan untuk menyimpan mayat mayat itu disini, aku yakin orang-orang akan merasa tidak nyaman mengingat area layanan ini tidaklah begitu besar." ucap pemimpin militer.
"ambil bensin dan bakar!" ucap tristan dari atas tangga.
Ia berfikir jika ini mungkin jalan satu-satunya untuk masalah ini.
"yah, saya rasa ini bukan ide yg buruk." ucap kolonel jeon sambil sesekali melirik tristan.
Entah mengapa, ia merasa pemuda itu memiliki aura dominasi yg kuat. Belum lagi sikap dan temperamennya mirip dengan seorang prajurit.
"Mungkinkah ia berasal dari ketentaraan juga?" fikir kolonel jeon.
namun semua fikiran itu dihentikan saat pemimpin militer yg berada di hadapannya memerintahkan seseorang mengambil bensin.
Bengkel ada disebelah area layanan dan terdapat jalan pintas menuju kesana dari sini sehingga mereka tidak perlu melalui hujan untuk mengambil bensin.
"dan juga mereka yg terluka oleh cakaran atau gigitan zombie harus segera di isolasi. Atau mereka akan menjadi sumber bahaya baru." ucap lee mingyu mengingatkan.
"jangan khawatir, aku akan mengurus mereka." ucap pemimpin itu.
Jika mereka berubah menjadi zombie, dengan terpaksa ia harus membunuh mereka.
****************
****************
Kembali ke lantai 2, mereka melihat jika semua orang yg ada disana telah menunggu untuk mendengar penjelaskan tentang apa yg terjadi di bawah.
lee mingyu yg melihat ini langsung menjelaskan, sedangkan lia dan tristan kembali ke lantai 3.
"maka dari itu, kalian dilarang untuk meninggalkan tempat ini sampai hujan reda. Dan sebaiknya kalian juga menghemat makanan dan minuman yg kalian punya, karena kami tidak tahu berapa lama kita semua akan tinggal disini." ucap mingyu menyelesaikan penjelasannya.
Kemudian ia juga menyuruh salah satu anggotanya yg tinggal di lantai 3 untuk menyampaikan situasi terbaru mereka.
Setelah mendengar penjelasan lee mingyu dan anggotanya, kericuhan muncul baik di lantai 2 maupun lantai 3.
"bagaimana kita bisa menghemat, bahkan disaat makanan yg kita punya hanya tersisa sedikit?" ungkap seseorang bernama airin.
Dilihat dari pakaian yg dikenakannya, sepertinya ia seorang wanita karir (pengusaha).
Ia khawatir, jika hujan tidak kunjung reda, bukankah ia akan mati kelaparan?
"ya, dia benar. Kami tidak mungkin bisa menghemat disaat makanan kami saja hanya sedikit." ucap seseorang pria bernama dong wook.
"bukankah kalian para prajurit mengambil lebih banyak persediaan? Karena itu kalian harus membaginya untuk kami." lanjutnya sembari memanas manasi.
"kami harus membaginya dengan mu? Kenapa kami harus melakukan itu? Kalian yg hanya tahu cara bersembunyi seperti pengecut, mengapa kami harus memberi kalian jatah kami? Kami para tentara mengambil resiko dengan mempertaruhkan nyawa kami untuk mengambil makanan dari para zombie, apa kalian bisa melakukan itu? Jika tidak, sebaiknya kalian diam dan tidak banyak berulah." ucap lee mingyu tegas.
Jelas ia memiliki mood yg buruk saat ini, dan sekarang seseorang berusaha untuk memprovokasi? Kali ini ia tidak bisa membiarkannya.
Kolonel jeon dan para anggota tentara lain yg mendengarnya jelas terpana dengan apa yg di ucapkan sang komandan.
Namun mereka tidak menunjukan reaksi penolakan dari apa yg mingyu katakan, seolah mereka setuju dengan apa yg dikatakan komandan mereka.
"heii, bukankah sudah menjadi tanggung jawab kalian para tentara untuk melindungi dan melayani rakyatnya? Mengapa kalian seperti keluar dari tanggung jawab?" ucap dong wook lagi.
Terlihat jika ia adalah orang yg keras kepala dan tidak mau menyerah.
"tidak bertanggung jawab? Jika kami tidak bertanggung jawab, sudah pasti kau tidak akan berada disini melainkan mati kelaparan atau bergabung dengan kelompok zombie!" ucap lee mingyu dingin.
"dan apa yg barusan kau bilang? Melindungi dan melayani rakyat? Bahkan jika kami melakukan itu, apa yg dapat kalian berikan kepada kami sebagai kompensasi?"
"Di masa damai, kami melakukan kewajiban kami melindungi negara beserta rakyatnya dengan gaji yg dibayarkan pemerintah melalui pajak yg kalian bayar. Tapi sekarang, bagaimana kalian membayar kami? Bahkan uang yg kalian banggakan dimasa lalu, saat ini tidak lebih dari kertas bekas yg tidak berguna. Kenapa kami harus menyia-nyiakan nyawa kami hanya untuk melindungi kalian yg terus menjadi beban? Katakan?" ucap mingyu dengan nada yg lebih mendominasi.
Bahkan tanpa ia sadari, aura pembunuh mulai terasa dari tubuhnya. Untungnya itu hanya sesaat terjadi, sehingga orang orang dapat kembali bernafas.
"semua orang kembali ke kamar masing-masing dan cobalah menghemat makanan sampai hujan reda. Siapapun yg membuat masalah seperti ini akan dikeluarkan dari kelompok." ucap kolonel jeon menengahi.
ia sendiri tidak senang dengan apa yg dikatakan pria bernama dong wook itu. Dan setuju dengan semua yg diucapan komandan lee.
"bagaimanapun dunia sedang menghadapi krisis global. Akhir dunia telah terjadi dan tidak jarang orang yg mati disetiap detiknya. Lebih baik kalian tidak membuat ulah." lanjutnya lagi memperingati.
.
.
.
TO BE CONTINUE.