Seorang gadis berparas cantik yang selalu menyembunyikan wajahnya dibalik cadar. Kini harus menyerahkan tubuhnya demi mendapatkan sebuah keadilan untuk kedua ALM orangtuanya yang dibunuh secara sadis oleh suruhan orang tersohor di daerah dimana mereka tinggal.
"Apakah kamu berjanji akan memberikan hukuman mati pada mereka Pak Hakim?" Tanya wanita itu pada seorang hakim ketua yang sudah tak bisa menahan gejolak hasratnya saat serbuk minuman itu sudah merasuki tubuhnya.
Sementara itu Zahira sudah memasang sebuah Camera tersembunyi di kamar hotel itu.
"Baiklah, aku akan melakukan apapun untukmu. Tolong bantu aku untuk menuntaskan hasratku ini!" Seru ketua hakim itu dengan wajah memohon.
Zahira tersenyum kecut menatap wajah Pria yang sudah mendapatkan amplop coklat dari orang terkaya dan sekaligus dalang pembunuhan itu.
Yuk mampir ikuti kisah selanjutnya. Jangan lupa like komen ya🙏🥰🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
POV Author
Zahira masih diam terpaku menatap kedua lelaki yang ada dihadapannya sedang adu pandangan dengan aura tak bersahabat.
"Kamu siapa?" tanya Adri pada Zico. Sekilas dia menatap wajah bayi itu dan Pria yang ada dihadapannya sangat mirip. Apakah Pria ini yang menghamili Zahira, sampai saat ini dia tidak pernah tahu prihal siapa ayah dari bayi itu, karena Zahira tak pernah mau bercerita padanya.
"Aku suami Zahira, apakah kamu lupa dengan anakmu sendiri sehingga kamu meragukannya?" jawab Zico balik bertanya.
Seketika Adri mengerutkan dahinya, anak? apa yang dimaksud oleh Pria itu, dan dia juga mengaku sebagai suami Zahira. Ada apa ini?
"Anak? Apa maksud kamu?" tanya Adri tak mengerti.
Jangan ditanya bagaimana panik Zahira saat obrolan kedua Pria dewasa itu semakin serius. Wanita itu hanya memilin ujung hijab syar'i nya untuk menghilangkan sedikit rasa cemasnya.
"Bukankah bayi ini anak kamu? Jangan berlagak bodoh, dasar lelaki tak bertanggung jawab. Bisa-bisanya kau melupakan kehadiran bayi sendiri. Tidak masalah bagiku bila kamu tak menginginkan bayi ini, karena dengan senang hati aku akan menjaga dan merawatnya sebagai anakku sendiri."
Adri yang sedari tadi terkena serangan amunisi yang tanpa tahu penyebabnya. Kenapa Pria yang mengaku sebagai suami Zahira ini begitu marah dan menuding dirinyalah ayah dari bayi itu. Tentu saja dia tidak ingin menjadi tersangka, karena dia tak merasa makan nangka, tapi kenapa harus terkena getahnya.
"Maaf, sepertinya kamu keliru dengan ucapanmu. Andai aku tahu siapa ayah dari bayi ini, maka akulah orang pertama yang akan memberinya pelajaran, karena menjadi lelaki pengecut dan tak bertanggung jawab!" Seru Adri yang terdengar sangat menohok.
Seketika Zico menatap kepada Zahira seperti meminta jawaban, ada apa ini yang sebenarnya? jika bukan Pria itu ayahnya Zafran, terus siapa?
"Ma-maksud kamu?" tanya Zico masih meminta jawaban yang pasti dari Adri.
"Kenapa kamu menanyakan padaku? Bukankah Zahira sudah bercerita semuanya padamu." Adri menatap Zahira dengan wajah kecewa. Kenapa wanita itu begitu mudah menerima lelaki lain untuk menjadi suaminya, sedangkan dirinya berulang kali memintanya untuk dijadikan istri, tetapi wanita itu selalu menolak.
Adri mengayun kakinya dua langkah tepat berada dihadapan Zahira. "Za, selamat ya, akhirnya kamu menemui Pria yang kamu cintai. Semoga kamu bahagia," ucap Adri mengukir senyum kekecewaan, lalu beranjak meninggalkan pasangan itu.
Saat Adri sudah berjalan beberapa langkah, seruan Pak Hakim menghentikan langkahnya.
"Jika bayi ini bukan milikmu? Itu berarti kamu bukan suaminya Zahira?" tanya Pria itu ingin memastikan sekali lagi.
Adri menatap dengan senyuman sedikit mengejek kebodohan Pria itu. "Emang hubungan kalian seperti apa sih? Kenapa sekaku ini, kenapa kamu harus meminta penjelasan padaku? Seharusnya Zahira sudah menjelaskan semuanya padamu. Apakah kalian menikah tanpa cinta, sehingga tak ada keterbukaan diantara kalian," ucap Adri masih dengan senyum aneh menatap pasangan itu.
"Eh, jangan sok tahu. Aku sengaja mempertanyakan hal itu untuk meyakini bahwa istriku tidak berbohong padaku. Ternyata sekarang aku tahu bahwa istriku memang sangat jujur sekali, sehingga membuat aku semakin mencintainya," ucap Zico jelas ngarang. Seakan ucapannya berhasil membuat Zahira berada paling sudud.
"Syukurlah, semoga selalu bahagia." Adri segera meninggalkan mereka.
Setelah Adri pergi, kini hanya tinggal pasangan halal itu masih berdiri disana. Zahira yang sedari tadi tak bisa bicara apapun, kini perlahan mendekat dengan alih-alih mengambil Zafran dari gendongan sang ayah.
"Hai, anak Umi sudah haus? Yuk ASI sama Umi," Zahira mengulurkan kedua tangannya meminta bayi mungil itu dari Zico, namun Pria itu menjauhkan Zafran dari Zahira.
"Mas, berikan padaku. Aku mau beri dia ASI," ucap wanita itu.
Zico menahan bahu wanita itu agar tak mendekat. Tatapannya begitu tajam, bisa-bisanya istrinya itu berlagak tak berdosa setelah apa yang telah ia dengar.
"Apakah kamu tidak ingin menjelaskan semuanya padaku? Kamu masih ingin menyembunyikan yang sebenarnya?" tanya Zico dengan tatapan menghujam.
"Ti-tidak ada yang perlu dijelaskan, Mas!" jawab Zahira berusaha biasa saja. Sebenarnya hati wanita itu sedari tadi sudah ketar ketir. Dia bingung harus bagaimana menjelaskan semuanya.
"Benarkah? Kalau begitu ayo kita pulang sekarang!" Zico beranjak meninggalkan wanita itu yang masih terpaku.
"Mas, tunggu!" Panggil Zahira mengikuti langkah Pria itu yang sudah tak mood lagi untuk menikmati liburan.
"Mas, berikan Zafran padaku," pinta Zahira saat sudah menduduki bangku bagiannya.
Zico masih menatap lekat untuk meminta penjelasan dari Zahira, tetapi kenapa wanita ini sungguh keras sekali. Apa yang sebenarnya disembunyikan olehnya.
"Za, sekali lagi aku ingin penjelasan darimu. Katakan semuanya! Jika Pria yang bernama Adri itu bukanlah suamimu, lantas siapa yang menghamili kamu? Dan siapa ayah dari Zafran?" Zico menodong Zahira dengan segala pertanyaan.
Zahira masih diam seribu bahasa, entah kenapa hatinya masih takut untuk mengakui segalanya pada Pria itu, bagaimana jika nanti Zico mengambil Zafran darinya. Tetapi ia juga tidak bisa lari dari kenyataan ini.
"Zahira, jawab?" seru Pria itu sudah tak sabar.
"Ya, aku dan Mas Adri tidak pernah menikah. Dia adalah orang baik yang datang menolongku disaat aku berada di titik terendah. Semua orang menghina dan menghujatku saat aku diketahui hamil diluar nikah," jelas Zahira dengan mata berkaca-kaca.
"Terus, siapa ayah biologis Zafran?" tanya Zico.
"Aku tidak ingin memberitahu dirimu siapa ayahnya," jawab wanita itu yang membuat Zico semakin sakit kepala.
"Za, kenapa kamu tidak ingin memberitahuku? Bukankah aku ini suamimu. Aku berhak tahu!"
"Jika kamu sudah memutuskan untuk menikahi aku, berarti kamu juga sudah siap menerima anakku tanpa harus tahu siapa ayahnya," balas Zahira.
"Kenapa kamu harus menyembunyikan dariku, Za? Aku sangat ingin kejujuran darimu. Agar rumah tangga kita berjalan semestinya tanpa ada yang mengganjal dalam hatiku."
"Aku akan jujur, tetapi maukah kamu berjanji untuk tidak berlaku semena-mena atas Zafran?" tanya Zahira yang rasanya tak tega untuk membohongi. Zafran berhak mendapatkan pengakuan dari ayah kandungnya.
"Za, aku berjanji. Aku tidak akan pernah melakukan hal itu. Aku akan menyayangi kamu dan Zafran setulus hatiku," jawab Zico membuat Zahira terpaku. Apa maksud dari ucapan Pria itu ingin menyayangi dirinya setulus hati.
"Zafran adalah Putra kamu, Mas," lirihnya, seketika membuat Zico terkesiap dan segera mendekap bayi mungil itu semakin erat.
"Za, apa ini benar yang aku dengar?" tanya Pria itu dengan mata berembun, ia tak kuasa menahan haru. Berulang kali mengecup wajah bayi itu penuh kasih sayang dan kerinduan.
Zahira mengangguk. "Iya, Mas, dia anak kamu. Kejadian malam itu membuat aku hamil. Mulanya aku tidak percaya, tetapi dengan kenyataan yang ada, maka aku tidak bisa menolak, selain dengan ikhlas menerima segala takdirku," jelas wanita itu tak kuasa menahan air matanya.
Bersambung....
Happy reading 🥰