Novel ini sakuel dari novel "Cinta yang pernah tersakiti."
Tuan, Dia Istriku.
Novel ini menceritakan kehidupan baru Jay dan Luna di Jakarta, namun kedatangannya di Ibu Kota membuka kisah tentang sosok Bu Liana yang merupakan Ibu dari Luna.
Kecelakaan yang menimpa Liana bersama dengan suami dan anaknya, membuatnya lupa ingatan. Dan berakhir bertemu dengan Usman, Ayah dari Luna. Usman pun mempersunting Liana meski dia sudah memiliki seorang istri dan akhirnya melahirkan Luna sebelum akhirnya meninggal akibat pendarahan.
Juga akan mengungkap identitas Indah yang sesungguhnya saat Rendi membawanya menghadiri pesta yang di adakan oleh Jay.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tugas Utama
Jika di kantor Jay nampak gelisah karena istrinya menjadi incaran seseorang, berbeda dengan Luna yang kini tengah kebingungan di rumah.
Luna saat ini sedang kebingungan saat menatap satu persatu orang yang ada di rumah besar itu, dan Luna mencoba berkenalan dengan mereka semua, namun Luna justru pusing untuk menghapal nama-nama mereka, karena mereka memakai pakaian hampir sama.
Yang pria tampak gagah dan tampan mengenakan setelan Jas berwarna hitam, sementara yang wanita memakai seragam art berwarna pink, mereka semua terlihat cantik dan anggun.
"Nyonya, silahkan." Pak Mat dengan sopan mempersilahkan Luna menuju dapur.
Luna mengangguk lalu mengikuti langkah Pak Mat. Pelayan yang di lewati oleh Luna segera menunduk hormat, Luna tersenyum namun nampak begitu canggung.
"Aku seperti orang terhormat saja." Batin Luna seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Silahkan Nyonya, dapur ini milik anda. Kami akan menunggu di luar, jika butuh sesuatu Nyonya bisa memanggil kami, dan sesuai permintaan Tuan, salah seorang pelayan akan menemani anda memasak Nyonya." Ucap Pak Mat.
"Iya, Terimakasih Pak Mat." Sahut Luna, Pak Mat mengangguk dan segera berlalu.
Luna menghampiri sebuah kulkas besar disana. Saat ia membuka kulkas itu dan melihat isinya, Luna kembali dibuat terkejut.
Ada banyak aneka daging segar, sayuran komplit serta buah-buahan. Membuat Luna menjadi bingung ingin memasak apa.
"Ya ampun, ini lengkap sekali." Ucap Luna kagum.
"Nyonya, boleh saya membantu anda?" Tawar seorang pelayan bernama Kiara itu, dia adalah pelayan yang di tunjuk oleh Pak Mat untuk menemani Luna selama memasak.
"Ehhh, i..iya tentu saja Mbak." Jawab Luna sedikit gugup, lalu mengambil beberapa bahan masakan dari dalam kulkas.
"Mbak Kiara, tolong potong sayuran ini ya." Pinta Luna pada pelayan yang sudah di hapalnya ini.
"Baik Nyonya." Sahut Kiara gegas meraih sayuran dari tangan Luna dan segera memotongnya.
Sementara Luna, dia gegas memotong daging sesuai keinginannya. Luna berencana memasak sayur sop daging sapi, perkedel kentang serta Ayam goreng crispy.
Dengan telaten Luna memasak di dapur di bantu oleh Kiara yang begitu cekatan.
Hingga tak lama, Luna tersenyum puas saat menatap deretan mangkok berisi masakan hasil tangannya sudah tersaji di meja makan.
"Semoga Mas Jay suka sama masakan Luna." Gumam Luna, lalu menutup makanan itu menggunakan tudung saji.
Luna melirik Jam yang ternyata sudah menunjukan pukul setengah lima sore, kemungkinan suaminya sebentar lagi akan pulang.
"Sebaiknya aku mandi dulu sebelum Mas Jay pulang." Batin Luna.
"Mbak Kiara, Luna ke kamar dulu ya." Pamit Luna.
"Iya Nyonya." Sahut Kiara yang baru selesai mencuci peralatan dapur bekas masak tadi.
Luna gegas keluar dari dapur, dan Luna yang memang masih belum terbiasa dengan kehadiran para pelayan disana pun kembali terkejut saat melihat beberapa pelayan berdiri di depan dapur.
"Sudah selesai Nyonya?" Tanya Pak Mat yang berdiri diantara mereka.
"Hehehe, sudah Pak Mat, Luna... Luna ke kamar dulu ya Pak." Pamit Luna lalu melanjutkan langkah nya masuk ke dalam kamarnya tanpa memperdulikan lagi pelayan yang terus menatapnya.
***
Sore itu, langit berwarna jingga. Tepat pukul 5, Jay keluar dari gedung perusahaan Pradipta company.
Jay tampak lelah setelah seharian bekerja, namun wajahnya tetap terlihat tenang dan tegar.
Jay masuk ke dalam mobil dan perlahan melajukan mobilnya meninggalkan halaman perusahaan yang terbentang luas itu.
Setibanya di rumah, Jay gegas turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah. Dia berjalan tergesa-gesa karena tak sabar ingin segera bertemu dengan istrinya yang sangat Ia rindukan.
Pelayan yang berpapasan menyambut kedatangan Jay, Jay hanya membalasnya dengan senyuman namun tak menghentikan langkahnya.
"Selamat sore, Tuan." Sapa Pak Mat yang berdiri tepat di depan kamar utama.
Jay mengangguk dan tersenyum, Lalu segera meraih gagang pintu untuk membukanya, dan tepat saat pintu terbuka, ternyata Luna juga tengah memegang gagang pintu karena dia hendak keluar kamar.
"Astaghfirullah." Kaget Luna yang langsung menjauh dari pintu, saat pintu di buka dari luar.
"Maaf sayang, Kamu ngga apa-apa kan?" Ucap Jay keliatan panik dan langsung mendekat pada Luna.
"Mas kenapa ngga ketuk pintu dulu, untung tadi Luna langsung menghindar, kalau ngga Luna bisa kejedot pintu, Mas." Ucap Luna menasehati.
"Iya sayang maaf, lain kali Mas akan ketuk pintu dulu sebelum masuk." Sahut Jay, "Tapi kamu tadi ngga kena kan sayang, atau ada yang sakit?" Tanya Jay meraih tangan Luna.
"Ngga kok Mas, tadi Luna langsung mundur makanya ngga kena pintu." Jawab Luna.
"Syukurlah sayang." Ucap Jay merengkuh tubuh sang istri.
"Mas, kamu bau." Luna melepas pelukan Jay seraya menutup hidungnya.
"Emang iya ya?" Tanya Jay yang langsung mengendus-endus badannya memastikan apakah yang dikatakan istrinya itu benar.
"Ngga kok sayang, Mas ngga Bau." Sangkal Jay yang tak mencium bau di tubuhnya, hanya ada wangi parfum yang meski pun sudah memudar tapi masih sedikit tercium.
"Udah sana mandi dulu, setelah itu kita makan." Ucap Luna yang langsung mendorong tubuh Jay menuju kamar mandi.
"Iya iya, tapi Mas mau naro Tas dulu sayang." Sahut Jay mengangkat tasnya, "Mas juga belum lepas sepatu." Sambung Jay menunjuk kakinya yang masih memakai sepatu.
"Lepas disitu saja Mas, Luna yang akan menyimpannya." Luna meraih tas di tangan Jay agar memudahkan Jay mencopot sepatunya.
Jay pun hanya bisa pasrah mengikuti perintah sang istri, ia melepas sepatunya satu persatu, lalu memberikannya pada Luna.
"Sayang, kita mandi bareng Yuk?" Ajak Jay.
"Tapi Mas, Luna sudah mandi." Ucap Luna.
"Ngga apa-apa, ngga ada larangan kalau mau mandi lagi." Ucap Jay gegas menarik tangan Luna.
Hingga tas dan sepatu yang ada di tangan Luna berhamburan, Jay tak menghiraukan nya, Luna pun tak berusaha menolak atau marah.
Keduanya mandi bersama, dan tentu saja itu akan menghabiskan waktu yang begitu lama, karena bukan hanya sekedar mandi, mereka saling melepas penat dan kerinduan di dalam sana.
***
Malam hari di meja makan, Jay sangat menikmati makanan di hadapannya, dia terlihat begitu lahap memakan masakan dari sang istri. Luna pun begitu senang saat melihat Jay memakan hasil masakannya dengan lahap.
"Sayang, masakan kamu memang tidak pernah gagal, selalu cocok di lidahku." Puji Jay setelah semua makanan dilahap habis olehnya.
"Kamu lapar apa doyan Mas?" Tanya Luna.
"Lapar dan doyan sayang, masakan kamu bikin nagih." Jawab Jay.
"Syukurlah Mas." Sahut Luna, "Jadi mulai saat ini Luna yang akan memasak makanan untuk Mas setiap harinya." Sambung Luna.
"Baiklah, dapur ini milik kamu sayang, kamu bebas mau masak kapan saja." Sahut Jay mengusap kepala Luna.
"Terimakasih Mas." Sahut Luna seraya memeluk sang suami erat.
"Apapun yang membuatmu bahagia, Mas akan menurutinya sayang." Ucap Jay mencium puncak kepala Luna.
Drrttt
Drrttt
Drrttt
Ponsel Jay berdering, Luna pun langsung melerai pelukannya, Jay melirik ponsel, ternyata ada panggilan masuk dari salah satu anak buahnya.
"Sebentar sayang." Ucap Jay meraih ponselnya lalu sedikit berjalan menjauh dari Luna.
Luna tersenyum dan mengangguk, lalu memilih membereskan meja dan mencuci piring bekas makan tadi.
Tak ada pelayan di dapur saat itu, karena Jay melarang siapapun masuk ke ruang makan saat dirinya dan sang istri tengah makan.
"Perketat penjagaan, ingat tugas utama kalian adalah menjaga istriku." Tegas Jay sebelum mengakhiri panggilannya.
"Baik Tuan." Sahut seseorang di sebrang sana.
Luna yang baru selesai mencuci piring menatap pada Jay yang wajahnya berubah gelisah setelah menerima panggilan dari seseorang.
"Ada apa Mas?" Tanya Luna menghampiri Jay.
"Tidak ada apa apa sayang." Jawab Jay mencoba tersenyum untuk menyembunyikan kegelisahan di hatinya.
"Ohhh." Sahut Luna ber'oh ria.
"Sudah selesai kan? Kita kembali ke kamar ya, Mas ingin segera beristirahat." Ucap Jay merangkul pinggang Luna lalu menariknya keluar dari dapur dan masuk ke dalam kamar.
"Berani sekali dia mencoba menjebol pertahanan ku, aku tidak akan membiarkannya begitu saja." Batin Jay.