NovelToon NovelToon
When Love Comes Back

When Love Comes Back

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Pelakor jahat
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Irish kembali, membawa dua anak kembar dan luka lama yang telah berubah menjadi kekuatan. Ethan, pria yang dulu mengabaikannya tanpa rasa, kini tak bisa mengalihkan pandangan. Ada yang berbeda dari Irish, keteguhan hatinya, tatapannya, dan terutama... anak-anak itu. Nalurinya berkata mereka adalah anaknya. Tapi setelah semua yang ia lakukan, pantaskah Ethan berharap diberi kesempatan kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EP: 8

Ia melirik Irish dengan ekspresi tidak suka, lalu menjauhkan tangan Dion dan berkata manja, “Dion, kamu tidak tahu kan. Irish ini perempuan yang licik. Hanna yang polos pun bisa dia kelabui! Hanna jelas-jelas suka pada Erick, tapi Irish, dia malah punya hubungan tidak jelas dengan Erick.”

“Izinkan aku bicara, Kirana,” ucap Irish, suaranya mulai menegang. “Kamu ini seorang publik figur, masa tidak bisa menjaga ucapan? Jangan balikkan fakta seenaknya.”

Pertengkaran makin panas. Dion terdiam, tidak langsung memihak. Ia tahu Kirana punya sifat impulsif, tapi jika ini menyangkut Hanna, adiknya sendiri, ia harus mencari tahu.

“Kirana, maksudmu Hanna? Ada apa memangnya?” tanyanya, mulai serius.

“Hanna itu ditipu oleh Irish!” ujar Kirana penuh semangat, dan seperti tombol dramanya ditekan, dia langsung memasang wajah sedih. “Hanna polos, tidak mengerti mana orang manipulatif seperti Irish yang pandai memainkan situasi. Irish di satu sisi berteman dengan Hanna, di sisi lain, dia mendekati Erick. Bahkan waktu aku ajak Hanna jalan, Irish ikut campur, dan akhirnya Hanna malah bicara hal menyakitkan ke aku! Aku … aku benar-benar sakit hati!”

Kirana lalu menangis dalam pelukan Dion, isaknya mengalun pilu. “Ini semua gara-gara Irish!”

Dion menarik napas dalam dan menatap Irish. “Nona Irish, apa benar begitu?”

“Dia terlalu membesar-besarkan,” jawab Irish datar, tapi tegas. “Aku tidak pernah menyakiti Hanna. Aku juga tidak pernah mengkhianati pertemanan kami.”

Dion mengamati wajah Irish. Ekspresi wanita itu tenang, tidak membela diri berlebihan. Berdasarkan pengamatannya, Irish bukan tipe yang suka cari sensasi.

“Huh. Hebat sekali aktingnya,” gumam Kirana sinis. “Pelacur licik.”

Irish membeku. Matanya membulat, tidak percaya Kirana bisa melontarkan ucapan yang begitu kasar. Ia baru ingin membalas saat suara tajam terdengar memotong ketegangan.

“Kirana, hari itu di kantorku kamu sudah cukup mempermalukan diri sendiri. Hari ini, kamu datang lagi dan mencoba menghalangi jalanku?”

Irish menoleh dan mendapati Hanna berdiri di sana, tangan bersedekap, wajahnya dingin dan tajam. Di belakangnya, seorang pelayan membawa beberapa kotak, isi pakaian dan sepatu yang disiapkan Hanna untuk Irish.

“Hanna, kenapa bicara begitu ke Kirana?” tanya Dion cepat-cepat, berusaha meredam suasana.

“Kak,” Hanna menatap Dion penuh kekecewaan. “Bagian mana dari Kirana yang kamu lihat baik? Apa kamu sungguh-sungguh menyukainya, atau … kamu cuma … karena dia mirip Anita?”

“Cukup!”

Nada Dion meninggi. Untuk pertama kalinya, Irish melihat Dion bersuara sekeras itu. Sorot matanya tajam, rahangnya mengeras.

Hanna terdiam sejenak, lalu berkata lirih, “Maaf, tapi sudah empat tahun, Kak. Kamu bahkan belum bisa benar-benar melepaskannya.”

Dion memalingkan wajah, rahangnya masih mengeras. “Aku harus menemui

Ethan. Kalian selesaikan urusan kalian sendiri.”

Sebelum melangkah pergi, ia berpesan dengan nada berat, “Jangan bertengkar lagi. Jangan egois.”

Ia membalikkan badan, tapi Kirana tiba-tiba meraih tangannya.

“Dion,” suaranya bergetar. “Siapa wanita Anita yang dimaksud Hanna tadi?”

Tubuh Dion menegang. Ia menarik pelan tangannya dari genggaman Kirana, nadanya dingin. “Itu bukan urusanmu.”

“Aku tidak....” Kirana mencoba meraih lagi, air matanya benar-benar jatuh kali ini, tidak dibuat-buat.

Dion menghela napas, menahan emosi. “Kirana, lepas. Jangan buat ini jadi makin rumit.”

“Aku tidak mau!” seru Kirana putus asa. “Wanita Anita itu … dia yang kamu cintai, ya?”

Dion tidak menjawab. Tapi ekspresinya cukup untuk mengonfirmasi segalanya.

“Aku tahu,” lanjut Kirana. “Perhiasan yang kamu berikan aku, semua seleranya. Baju yang kamu belikan, gayanya. Aku suka gaya modern, kamu paksa aku pakai aksesori antik. Aku suka makeup bold, kamu paksa aku dandan natural.”

Ia menatap Dion, mata berkaca-kaca. “Hari ini aku dandan beda dari seleranya, dan kamu langsung menjauh. Dion, kalau aku bukan pengganti wanita itu … aku ini siapa?”

Dion diam, lalu berkata pendek, “Aku pergi.”

Ia mengibaskan tangan Kirana, berbalik tanpa menoleh, dan meninggalkan semua orang dalam diam yang membeku.

“Dion!” Kirana bergegas maju, hendak mengejar pria itu, namun Hanna sudah berdiri menghadangnya.

Tatapan Hanna dingin, penuh ketegasan. Ia bukan Irish yang bisa bersikap lunak pada Kirana. Dalam hatinya, tidak ada cinta tanpa alasan, tidak pula kebencian tanpa sebab. Ia ingat betul, karena wajah Kirana yang sudah diubah lewat operasi plastik itulah, kakaknya, Dion, dulu terlalu sering membantunya.

Dari seorang model liar, kini Kirana menjadi artis terkenal. Semua itu bukan karena usahanya sendiri, tapi karena koneksi dan dukungan Dion. Dan sekarang, Kirana masih juga menginginkan hati Dion? Itu namanya serakah.

“Hanna, minggir. Aku mau bicara dengan Dion!” Makeup tebal Kirana telah luntur karena tangisan, membuat wajah cantiknya terlihat kacau dan menyedihkan.

“Kau sungguh memalukan.” Hanna menggeleng pelan, suaranya dingin. “Kau bisa seperti sekarang ini berkat kakakku. Seharusnya kau tahu diri, cukup lakukan tugasmu. Jangan berharap lebih.”

“Kau kira kau jauh lebih baik dariku? Kau juga menyukai Erick, kan? Tapi bukankah Erick menyukai Irish?” Kirana menunjuk ke arah Irish dan tertawa sinis. “Jangan berpura-pura anggun, Hanna. Kita berdua sama-sama menyedihkan!”

Ucapan itu membuat Hanna diam sejenak. Wajahnya tak menunjukkan reaksi apa pun, namun matanya menatap Irish sekilas.

Ia tahu betul bagaimana, Ethan, begitu terguncang sejak kehadiran Irish. Ia juga tahu betapa Erick menolak perasaannya tanpa ragu. Semua itu menyakitkan.

Namun...

“Aku tidak sama denganmu.” Hanna mengangkat dagunya, menatap Kirana dengan penuh percaya diri. “Aku tidak menjadi bayangan Irish, aku juga tidak bergantung pada Kak Erick tidak untuk bertahan hidup, dan aku tidak pernah menyentuh uangnya. Aku tidak menempel padanya, apalagi menyakiti orang lain demi menarik perhatiannya.”

Ia menatap Kirana dari ujung kepala hingga kaki, suaranya penuh penghinaan. “Kau? Kau hidup dari bayang-bayang kakakku. Tidak bisa akting, tidak cerdas, satu-satunya yang kau andalkan hanyalah wajah yang hasil operasi plastik! Dan sekarang kau berharap mendapat sesuatu yang bahkan tak pantas kau dapatkan?”

Meski Hanna masih muda, sejak SMA ia sudah mengenal dunia hiburan. Karena perlindungan ayahnya, ia tak pernah disakiti. Tapi ia telah menyaksikan banyak perempuan mencoba naik lewat jalan pintas. Semua berakhir tragis.

Jika Kirana terus begini, maka saat Dion berhenti mendukungnya, ia akan berakhir seperti mereka, terlupakan dan dibuang.

Karena itu, Hanna menegaskan dengan suara tenang namun tajam.

“Kirana, kau hanya punya dua pilihan, pertama, tinggalkan kakakku dan bangun hidupmu sendiri. Kedua, perbaiki dirimu dengan dukungan yang ada. Ketiga, tetap menjadi parasit. Tapi ingat, selama kakakku masih mendukungku, kau ibarat sebuah gelas. Begitu dukungan itu hilang, kau tak lebih dari serpihan kaca. Orang yang hebat adalah mereka yang tahu diri.”

“Kau...!” Kirana gemetar, matanya membara. Ingin rasanya ia menampar Hanna saat itu juga.

“Hanna...” Irish maju, mencoba menenangkan, “Jangan bicara seperti itu. Ayo, kita pergi.”

Irish tahu, meski kata-kata Hanna kejam, semuanya benar. Kirana harus menghadapi kenyataan. Tapi pemahaman seperti itu seharusnya datang dari dalam diri Kirana, bukan dipaksa di depan umum. Bagi Kirana, Hanna hanya sedang mempermalukannya.

“Aku juga haus karena banyak bicara,” gumam Hanna acuh. Ia merasa sudah cukup bicara. Tak ada gunanya melanjutkan debat itu.

Kirana masih berdiri mematung. Semua kata-kata Hanna menancap dalam-dalam di benaknya.

Ia memandangi punggung Hanna yang menjauh, matanya penuh dendam. Kalau kau bukan putri dari pemilik Perusahaan besar, apa kau berani bicara seangkuh itu padaku? Jangan pikir dengan dukungan kakakmu, kau akan terus berada di atas. Aku akan membuatmu membayar mahal semua kata-katamu hari ini!

Wajah Kirana yang berantakan karena riasan luntur terlihat seperti topeng retak di bawah cahaya lampu.

1
Nanda
The best thorku😊
Nanda
The best thorku😉
Delisa
Bagus thor.. bintang lima pokoknya
Mikeen SI
Ceritanya bagus karna gk terlalu berat...
Mikeen SI
Ceritanya bagus karna gk terlalu berat...
Ddek Aish
siap2 kau bakal tersingkir jalang
Desi Trikorina
semangat lanjut ceritanya thor
Waryu Rahman
Thor update tambah lagi donx
Ddek Aish
itu belum seberapa dari penderitaan yang dialami oleh Irish.
Adinda
Lanjut thor
Adinda
kapan si carissa ketahuan thor, lanjut Thor
Desi Trikorina
asik bacanya tidak terlalu menekan pembaca
Ddek Aish
Ethan pasti galau dengan perasaanny sekarang
Adinda
Lanjut thor
Nurul Boed
lepasin jessy dari jeremy kak,, abis tu semoga kelakuan bejat Carisa dan zyan juga segera ke bongkar

gemessaa lihatnya
Desi Trikorina
thor hajar wanita dan laki2 jalang yang ngak tau terimakasih itu..biar mereka sadar
Waryu Rahman
judulnya di ganti ya thor
Lela Alela: Iya kak, judulnya saya ganti
total 1 replies
Ety Murtiningsih
hadehhtt ada lagi manusia macem jeremy
Desi Trikorina
hajar jeremy dan ibunya dong dokter
Nurul Boed
jgn sampek uang Irish buat pacarnya jeremy kak,, bener² ngak relaaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!