Dia terlihat seperti batu kerikil di mata suaminya. Namun di mataku, dia adalah berlian yang tak ternilai harganya.
Sepertinya rasa ini tak tepat, karena aku jatuh cinta pada istri sabahatku sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 - Ternyata kenal
Dimas hanya terdiam mendengar ucapan Linda. Hatinya hancur dan kecewa mendengar wanita yang dia cintai selama ini menyerah meski belum bertemu dengan ibunya.
"Lin, ayo kita temui Tante Vani. Seenggaknya ucapkan salam perpisahan sama Tante dan adik Dimas." Rahadi mengajak Linda untuk menemui istrinya, yaitu Vani yang saat ini sedang berada di dalam kamar. Tengah dibujuk oleh Divan agar mau menerima Linda meski itu hanya tindakan yang sia-sia.
"Memangnya nggak ada perempuan lain yang bisa kamu nikahi selain janda beranak dua! Nggak bisa kamu cari perempuan yang masih sendiri. Otak kamu dimana 'sih, Dimas!!"
Begitulah amukan Vani saat Dimas mengutarakan keinginannya untuk melamar Linda.
Mereka sudah sampai di depan kamar Vani. Rahadi mengetuk pintu kamar tersebut.
Tak berselang lama keluarlah Divan. Linda tampak tidak asing dengan wajah Divan.
"Mama mana, Van?" tanya Dimas dengan wajah datarnya.
"Di dalam, Bang." Menoleh ke belakang. "Ma, dicariin Bang Dimas," ucap Divan.
Vani pun keluar dengan wajah masamnya. Namun saat melihat wajah Linda, betapa terkejutnya ia.
"Kinan!" teriaknya.
"Tante Vania." Linda tak kalah terkejutnya dengan Vani.
"Mama kenal?" tanya Dimas yang sedikit bingung namun hatinya begitu senang mengetahui mamanya dan Linda ternyata sudah mengenal.
"Dia ini Kinan. Anak teman Mama yang sering Mama ceritain, Dimas." Wajah Vani yang tadinya masam berubah menjadi raut wajah kegembiraan.
"Tapi Mama bilang namanya Kinan. Sedangkan dia 'kan Linda Kinan,,,,,ti." Dimas baru menyadari sesuatu.
"Iya, dulu panggilan Mama ke dia itu Kinan. Ya ampun sayang, Tante kangen banget." Vani langsung memeluk Linda dengan sabgat erat.
"Aku juga kangen banget sama Tante."
"Jadi orang tua kamu udah meninggal? Pantesan Tante nggak pernah tau keberadaan mereka." Vani mengusap air mata Linda yang jatuh karena haru akan pertemuan mereka.
"Iya, Tante. Dua tahun yang lalu orang tua aku kecelakaan dan meninggal."
"Kalau aja Tante tau bahwa yang selama ini disukai Dimas itu, kamu, pasti Tante akan langsung menyetujuinya."
"Kan sudah Papa bilang, Ma. Temui dulu, jangan keburu menyimpulkan," cibir Rahadi.
"Jadi Papa tau kalau Linda itu yang selama ini dicari Mama?" tanya Dimas.
"Tau dong. Sejak kamu keluar dari rumah ini, Papa nyuruh orang buat selidiki kamu. Alasannya aja mau selidiki orang di kantor Papa, tapi ternyata mau deketin bini orang. Papa penasaran, jadi Papa cari tahu asal usul Linda yang ternyata dia anak sahabat Mama kamu." Rahadi menjelaskan.
"Kenapa Papa nggak bilang sama Dimas?"
"Ya Papa mau lihat aja gimana usaha kamu. Dan Papa juga nggak bilang sama Mama, itu sebagai hukuman buat kamu karena sudah berbohong."
Dimas hanya bisa menggaruk kepalanya. Kenapa ia bisa lupa bahwa papanya ini sangat pintar membaca situasi? Dia juga lupa kalau papanya sangat suka mempermainkan dirinya.
*****
Di ruang keluarga.
"Jadi yang dulu Tante bawa pas masih kecil itu, Divan. Yang sering ngompol 'kan Tante?" tanya Linda sambil menatap Divan dengan tawa kegelian.
"Udah dong, Mbak. Jangan diungkit. Malu nih." Divan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Iya, iya maaf." Linda masih tertawa.
"Jadi gimana? Kapan kalian akan menikah?" tanya Rahadi.
"Ngapain dikasih tau, enak-enakin kamu dong. Harus ada usaha untuk menuai hasil. Masa semua harus Papa. Usaha sendiri dong, baru bisa bangga jadi keluarga Bagaskara."
ih aku kok gregetan yah 🤭