Rasa Yang Tak Tepat
☘️POV DIMAS☘️
Ku lihat seorang wanita yang sejak dulu aku puja-puja tengah duduk termenung di lobi kantor tempat suaminya dan aku (Dimas) bekerja. Dialah Linda, wanita yang sejak dulu berhasil mencuri hatiku.
Namun ada perbedaan yang kulihat padanya sekarang. Dulu dia begitu cantik, anggun, dan bersih. Tapi lihat sekarang. Dia begitu kusam, bajunya tidak sebagus dulu, wajahnya terlihat lebih tua dari umurnya.
Apa yang terjadi? Apa dia sakit? Atau sedang ada masalah? Lama aku melihatnya sampai aku menemukan jawabanku sendiri. Roby, sahabatku yang sekaligus suami dari Linda, wanita yang kucintai menghampirinya dan menariknya dengan kasar menuju luar.
Diam-diam aku ikuti mereka hingga sampai ke belakang gedung kantor. Di sana, Roby melepas tangan Linda dengan kasar sampai ia meringis kesakitan. Geram sekali aku melihatnya. Jika saja ini bukan tempat umum, sudah aku tinju si Roby itu.
"Kamu ngapain sih kesini? Bikin malu aja!" Roby menatap Linda dengan kesal.
"Mas, aku minta uang. Aku mau pergi ke dokter. Dela sakit, Mas. Sekarang lagi aku titipkan sama tetangga. Kasian, demamnya tinggi. Dia nangis terus, Mas," rengek Linda pada Roby.
Ya Allah, apa sampai segitunya Roby hingga membuat Linda datang ke kantor hanya untuk meminta uang?
"Ngapain sih ke dokter. Kasih obat juga pasti sembuh. Buang-buang uang aja!"
"Aku udah kasih obat, Mas. Tapi malah semakin tinggi demamnya."
"Halah, itu karena kamu nggak becus jadi ibu. Ngurus anak aja nggak bisa. Kerjaan kamu apa sih? Nggak ada kan? Di rumah cuma ngurus rumah sama jaga anak-anak aja penampilan kamu kayak nenek tua gini. Bikin malu aja kamu!"
Astaghfirullah, tega sekali Roby mengatakan hal itu pada Linda. Harusnya dia tau kalau jadi ibu rumah tangga dengan dua anak yang masih kecil-kecil pasti sangat merepotkan. Geram sekali aku melihatnya.
"Mas, aku tau aku salah. Tapi tolong kasih aku uang. Aku mau bawa Dela berobat. Kasian dia, Mas." Linda memegang tangan Roby. Kali ini air matanya jatuh berlinang.
Aku tidak bisa melihat pemandangan seperti ini. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Dasar Roby berengsek! Beraninya dia membuat Linda menangis.
"Lepasin! Bikin malu aja kamu! Lagian kan setiap bulan aku selalu kasih kamu uang satu juta. Kamu kemanain uang aku?"
Apa? Satu juta? Bukankah gaji Roby itu lima juta. Yang empat juta kemana? Setauku, motor yang dia pakai itu sudah lunas, kan?
"Mas, kebutuhan kita banyak. Satu juta itu masih kurang. Aku bahkan sering hutang di warung karena uang yang kamu kasih kurang. Buat makan, susu anak-anak, listrik, air, dan juga bensin kamu kan mintanya sama aku."
"Ya mau gimana lagi, kamu tau kan gaji aku cuma satu juta lima ratus. Yang lima ratus ribu aja buat jajan sama rokok aku masih kurang Harusnya kamu itu hemat-hemat jadi istri. Nggak becus banget sih, mengelola keuangan!"
Berengsek kamu Roby. Ternyata selama ini kamu menipu istrimu sendiri. Serakah kamu Roby. Dasar suami tidak berguna!
"Mas, udahlah jangan bahas itu sekarang. Aku minta uang, Mas."
"Nih, aku cuma ada dua puluh ribu!" Roby mencampakkan uang itu ke wajah Linda. Ingin rasanya aku menghajarnya. Ah, Linda kenapa kamu bodoh sekali. Kenapa kamu mau dibohongi seperti itu.
Dengan mata berkaca-kaca Linda memungut uang yang jatuh ke kaki Roby. Tanpa rasa kasihan, Roby meninggalkannya di sana. Ku lihat Linda menangis sambil memegangi dadanya. Aku tau, pasti rasanya sakit sekali sampai menyesakkan dada.
Dengan langkah gontai, Linda pergi dari tempat itu. Aku berpikir, bagaimana caranya aku membantu Linda tanpa ketahuan? Ah, aku tau. Sebaiknya aku mengikuti dia. Mumpung masih banyak waktu istirahat. Lagipula aku ini kan bos pemilik kantor ini. Hanya saja aku sedang menyamar menjadi karyawan biasa agar dapat mengungkap siapa-siapa saja yang curang di kantor ini. Dan yang tau hanya papaku selaku pemilik perusahaan ini. Jadi aku tidak perlu khawatir.
*****
Aku mulai mengikuti Linda. Pertama, dia mengambil anaknya yang sakit yang tadi dia titipkan. Sedangkan anak sulungnya yang bernama Dion ikut dengan mereka.
Hatiku terasa berdenyut saat melihat Linda berjalan kaki. Menggendong Dela serta menuntun Dion yang masih berusia lima tahun. Sedangkan Dela masih enam bulan. Itu yang aku dengar dari Roby.
Linda sampai di sebuah klinik yang tak jauh dari rumahnya. Ia segera memeriksakan anaknya ke dalam salah satu ruangan. Aku dapat melihat wajah takutnya. Pasti dia takut jika uangnya kurang.
Aku mendatangi kasir dan memberikan uang padanya. "Mbak, pasien atas nama Dela, bayarnya pakai ini aja ya. Saya yakin ada kembaliannya, nanti buat Mbak aja. Terus bilang sama ibunya karena dia pasien yang ke berapa gitu makanya pengobatannya gratis. Terus kasih amplop ini. Bilang ini hadiahnya." Aku menyerahkan uang serta amplop kepada sang kasir.
"Iya, Mas. Wah Mas nya baik banget ya."
"Mbak, inget ya. Ini rahasia."
Sang kasir mengangguk. Aku pun segera keluar. Aku bersembunyi dibalik pohon dan menunggu Linda keluar.
Lama aku menunggu sampai akhirnya Linda keluar dengan raut wajah bahagia. Dia terus mencium anak-anaknya dan menghadap ke atas mengucap syukur.
Alhamdulillah, aku berhasil. Setidaknya dia tidak akan sedih lagi. Dan aku pun segera kembali ke kantor saat memastikan Linda pulang naik angkutan umum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nur Afiyah
kualat tuh
2023-05-10
0
Tiana
nyimak
2023-04-18
0
Yuli maelany
aku mampir lagi kak
2023-03-17
0