🔥🔥🔥 Harap bijak dalam membaca.
Airin, kembang desa yang merantau ke ibu kota dan bekerja sebagai pelayan di bar membutuhkan biaya untuk operasi sang ayah, ia terpaksa menjual keperawanannya kepada Gara Emanuel. Laki-laki kaya raya yang hampir setiap malam menghabiskan waktunya di bar dengan para wanita.
Sejak kejadian malam itu, Airin memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha toko bunga yang tak jauh dari kantor milik Gara.
Dan tak lama setelah kejadian itu, Airin pun dinyatakan HAMIL, dan itu membuat Airin sangat shock dan terpukul.
Sejak Gara mengetahui jika Airin pemilik toko bunga tersebut, ia setiap hari memperhatikan gadis yang pernah ia tiduri itu semakin lama perutnya semakin membesar, dan disitulah Gara curiga jika Airin hamil darah dagingnya.
Gara memutuskan mencari tahu semua tentang Airin dan siapa suaminya saat ini.
Apakah Airin memang sudah menikah atau masih sendiri?
Apakah yang di kandung Airin itu anaknya Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Setelah menenangkan juniornya, Gara kembali mendekati Airin. Menatap lekat wajah cantik alaminya yang teduh saat tertidur pulas itu. Gara merasakan ada sesuatu yang ia rasakan di dalam hatinya.
"Rasa apa ini? Kenapa baru kali ini aku merasakannya?" tanya Gara dengan jantungnya yang saat ini tengah pargoy.
***
Gara terus menatap Airin saat wanita cantik itu tengah tertidur.
"Cium dikit gak papa kali ya," gumam Gara pelan pada dirinya sendiri sambil tersenyum dan mengusap dadanya yang deg-deg serr😂
Perlahan tapi pasti Gara terus mendekatkan wajahnya ke wajah cantik milik Airin. Airin yang masih tertidur sama sekali belum menyadari kehadiran Gara yang hanya beberapa senti di depan wajahnya.
'Aduh kok aku gemetaran gini ya,' batin Gara gemetaran.
Saat Gara hampir saja berhasil mencium Airin, tiba-tiba saja Airin bangun dan seketika berteriak karena kaget melihat wajah Gara yang begitu dekat dengannya.
"Aaaaaaaa," pekik Airin membuat Gara kaget. Tak hanya Gara dan Airin, Mama Lena yang berada di bawah juga kaget saat mendengar teriakan Airin dari lantai dua.
"Gara Airin kenapa?" teriak Mama Lena dari bawah.
"Airin gak papa kok, tadi ada tikus. Aman.. Aman," teriak Gara gelagapan dari lantai dua.
"Kau tikus nya. Mau apa kau disini? Jangan bilang kau akan berbuat mesum denganku," bentak Airin dengan gugup.
"Siapa yang mau mesum, kau tak dengar tadi aku bilang ada tikus," jawab Gara berbohong.
"Tikusnya kau bukan? Jelas-jelas tadi kau mendekatkan wajah burik mu itu di depan wajahku," skakmat Airin membuat Gara menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.
"Itu.. Apa.. ," ucap Gara gugup.
"Itu apa? Awas ya sekali lagi kau macam-macam denganku. Aku pastikan kau tak akan melihat anak ini lahir," ucap Airin dengan ancaman yang paling di takuti Gara.
"Iya.. Iya aku janji," jawab Gara menunduk dengan dua jarinya.
"Hey mau kemana kau," tanya Gara saat Airin mulai berdiri dengan sempoyongan.
"Aku mau kebawah, aku baru ingat dari tadi aku meninggalkan Ibu Lena sendirian di bawah," jawab Airin yang memegangi kepalanya.
"Biar aku bantu, kita akan pulang sekarang," ujar Gara akan merangkul pundak Airin.
"Gak usah, aku bisa sendiri," tolak Airin.
"Kau ini jangan keras kepala. Nanti kalau kau jatuh dari tangga bagaimana?" ucap Gara sedikit kesal.
"Aku bilang gak perlu ya gak perlu. Aku bisa sendiri," jawab Airin rolls eyes. Namun baru saja Airin berjalan beberapa langkah, tiba-tiba kepalanya pusing dan jalannya kembali sempoyongan. Untung saja ada Gara yang sigap memegangi Airin dari belakang.
Untuk sesaat mata Airin dan mata Gara bertemu dan bertatap-tatapan untuk beberapa saat.
Deg
'Kenapa aku jadi deg-degan begini ya,' batin Airin saat berhadapan langsung dengan Gara.
'Rasa itu?' batin Gara menatap Airin lama.
Beberapa saat kemudian keduanya tersadar dari pikirannya masing-masing.
Untuk sesaat Airin dan Gara jadi salah tingkah dan gugup.
Namun Gara berhasil mencairkan suasana canggung di antara mereka berdua.
"Sudah ku bilang. Sekali saja kau jangan keras kepala. Aku janji tak akan macam-macam kepadamu," ucap Gara menuntun Airin turun.
Airin terpaksa menurut dengan ucapan Gara. Ia tak mau jika terjadi sesuatu kepadanya dan juga si kembar.
Sesampainya di lantai satu, tepatnya di toko bunga Airin, Mama Lena yang melihat pemandangan antara Gara dan Airin merasa hati dan jiwanya sangat sejuk sekali.
Ia benar-benar berharap jika Gara dan Airin akan menikah secepatnya, dengan begitu ia tak perlu lagi membohongi Airin tentang siapa dirinya yang sebenarnya.
"Airin, kamu sudah baikan sayang?" tanya Mama Lena dengan senyuman bersahajanya.
"Su.. Sudah Bu," jawab Airin tersenyum malu karena dirinya selalu dipegangi oleh Gara.
"Airin dia siapa? Calon suamimu?" tanya Mama Lena pura-pura tidak tau.
"Bu.. Bukan Bu.. Dia.. Dia sebenarnya...-" jawab Airin terputus oleh ucapan Gara.
"Kenalkan, saya Gara, ayah dari anak yang di kandung Airin," jawab Gara mengulurkan tangannya kepada Mama Lena lalu mengedipkan matanya sesaat.
"Oh Gara. Jadi kamu ayah dari anak yang di kandung Airin ya.. Tampan sekali. Ngomong-ngomong, kapan kamu akan menikahi Airin? Kamu gak kasihan anakmu lahir tanpa memiliki status seorang ayah," ucap Mama Lena berpura-pura memarahi Gara.
"Ibu sudah. Airin tak akan mau menikah dengannya," ucap Airin memegang bahu Mama Lena.
"Kenapa? Kenapa kamu tidak mau menikah dengannya? Dia itu ayah dari anakmu. Apapun yang terjadi, kamu ataupun dia harus menikah demi anak yang kamu kandung sayang. Kamu gak kasihan jika nanti anak ini lahir tak mempunyai status?" ucap Mama Lena memasukkan rasa ke Airin.
Airin tampak termenung mendengar ucapan Mama Lena. Apa yang di katakan wanita paruh baya itu memang benar adanya.
"Bu, Airin akan memikirkannya nanti. Sekarang kita tutup tokonya ya," ucap Airin mengusap punggung Mama Lena.
"Baiklah sayang. Mari Ibu bantu," jawab Mama Lena tersenyum.
Ada sedikit rasa kekecewaan yang terselip di dalam hati wanita paruh baya yang terlihat masih muda itu. Bagaimana tidak, ia bahkan sangat berharap sekali jika Gara dan Airin akan menikah dalam waktu dekat ini.
Seakan sadar akan apa yang dirasakan mamanya, Gara kemudian menatap sang mama dengan tatapan yang penuh arti. Gara seolah-olah mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Ia juga seakan mengatakan jika suatu saat nanti dirinya akan berhasil mendapatkan Airin seutuhnya.
"Bu Airin pulang dulu ya," pamit Airin kepada Mama Lena saat dirinya akan memasuki mobil Gara.
"Iya. Hati-hati di jalan ya sayang," jawab Mama Lena tersenyum.
"Ibu juga ya. Hati-hati di jalan," ucap Airin memeluk Mama Lena sesaat.
Saat di perjalanan pulang, tiba-tiba Gara menyuruh Leon berhenti untuk membeli kue ape yang di jual dengan gerobak keliling.
"Kita akan cari dimana kue ape itu Gara? Kau jangan minta yang aneh-aneh. Ini sudah mulai gelap. Jika kau mau memakan kue itu, kau harus membelinya besok pagi atau siang," jawab Leon yang di buat pusing oleh pengidaman Gara.
"Kau jangan banyak bicara Leon. Kita cari saja dulu," perintah Gara tak dapat di bantah.
Airin yang sedari tadi hanya menyimak kini mulai angkat bicara.
"Kau mau makan kue ape?" tanya Airin tersenyum membuat Gara gemes.
"Ya, tapi si Leon ini tak mau membantuku untuk mendapatkannya," jawab Gara mengadu seperti anak kecil.
"Cih," Senyum Leon dengan senyuman miringnya.
"Aku juga mau.. Sepertinya enak," ucap Airin sambil mengelus perut buncitnya.
"Astaga.. Bencana apa lagi ini," gumam Leon pelan sambil mengurut dadanya.
"Kau mau juga?" tanya Gara memastikan.
"Ya," jawab Airin tersenyum.
"Kau dengar Leon.. Sekarang tak ada lagi alasan untuk kau menolaknya," ucap Gara dengan senyum kemenangan.
"Tapi aku harus mencarinya kemana Gara? Ini sudah mau gelap," lirih Leon merasa tertindas.
"Aku tau harus mencarinya kemana," jawab Airin tiba-tiba.