Hana sosok wanita biasa yang penuh kesedihan di hidupnya terjebak di situasi yang sulit. Ia tidak sengaja bertabrakan dengan Candra, laki-laki yang terkenal karena kekayaan dan parasnya yang tampan. Karena kejadian tersebut munculah skandal di antara mereka.
Untuk meredam skandal tersebut keduanya diharuskan untuk menikah. Namun yang terjadi setelahnya, bukanlah hal yang diharapkan oleh Hana.
Bermula dari Candra yang tidak bisa melupakan mantan tunangannya. Hingga akhirnya Candra bisa membuka hati untuk Hana. Namun mantan tunangannya kembali untuk merebut hati Candra lagi.
Akankah pernikahan tersebut akan terus terjalin dengan bahagia? Atau penuh dengan kepahitan?
Follow ig : @yoyotaa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Sekeras-kerasnya batu bila tertimpa hujan akan retak juga.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki dari luar. Celine dengan sigapnya merubah posisi jadi terlihat ia yang teraniaya.
"Aww, sakit Hana! Aku datang kesini untuk bicara baik-baik padamu! Kenapa kau malah jahat padaku? Apa salah jika aku masih menginginkan Candra?" ucap Celine dengan sedikit berteriak membuat Hana sedikit bingung.
Pintu pun terbuka, memperlihatkan Candra yang baru saja datang. Seketika Hana tersadar rupanya wanita di hadapannya ini sedang berakting menjadi wanita baik-baik dan dirinya dijadikan penjahatnya.
Baiklah jika itu mau mu. Apa salahnya jika aku realisasikan saja? Toh itu yang kau mau, haha.
Hana benar-benar menarik rambut Celine di depan Candra.
"Aww!"
Sialan! Wanita ini benar-benar menyebalkan! Aku jadi terkena sial! Mana sakit sekali rambutku ditarik olehnya.
Candra yang baru sampai pun terkaget-kaget karena melihat adegan Hana dan Celine.
"Apa yang kalian lakukan!?" teriak Candra berusaha melerai. Hana pun melepaskan pegangan tangannya di rambut Celine.
Celine mendekat ke Candra dan meraih tangan Candra mengadu tentang apa yang sudah dilakukan Hana padanya.
"Can, kau tadi lihat, kan? Istrimu ini menarik rambutku dengan sangat kuat! Dia benar-benar tidak tahu etika!"
Candra melirik ke arah Hana. Hana yang mendapatkan lirikan dari Candra justru melirik ke arah lain. Ia tidak ingin bersusah payah untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi. Toh, akhirnya Candra tidak akan pernah percaya padanya. Percuma menjelaskan pun buang-buang waktu dan tenaganya saja.
"Tidak ada yang ingin kau jelaskan padaku?" tanya Candra. Hana menggeleng.
"Celine," panggil Candra pada Celine.
"Ya?" jawab Celine.
"Ini adalah kali pertama dan terakhir kau berkunjung ke rumahku. Setelah ini jangan pernah kau kesini!"
Mendengar ucapan Candra membuat Celine kesal dan marah. Sementara Hana, ia tersenyum senang. Sepertinya pertandingan kali ini ia yang memenangkannya. Hana tak perlu repot-repot mengusir ulat bulu itu karena sang pemilik rumah sendiri sudah melarang ulat bulu itu untuk berkunjung.
"Can apa kau bercanda?" tanya Celine.
"Tidak, sudah aku bilang. Aku tidak ingin mama dan papaku tahu. Bisa-bisa nanti mereka kecewa saat tahu kau pernah datang ke rumahku. Jika ingin bertemu denganku di luar saja," ucap Candra.
Ucapan tersebut membuat Celine menjadi tersenyum. Kali ini ia merasa menang karena alasan Candra hanya tidak ingin mengecewakan orang tuanya, bukan untuk menjaga hati Hana. Candra juga tidak melarang dirinya untuk bertemu Candra. Berbeda dengan Hana yang merasa tidak diharapkan.
Jangan terlalu berharap Hana. Sudah tahu laki-laki di hadapanmu itu tidak akan pernah melirik mu sama sekali.
Hana dengan kesadaran penuh, ia memilih untuk pergi dari hadapan keduanya. Ia naik ke tangga dan masuk ke dalam kamarnya.
Entah kenapa Candra merasa kesal karena Hana bersikap tidak peduli padanya, padahal ada wanita lain yang masuk ke dalam rumah mereka. Di hati kecilnya, Candra ingin Hana yang mengusir wanita ini. Ia masih memiliki akal sehat untuk tidak membawa wanita lain masuk ke dalam rumahnya meskipun rumah tangganya dengan Hana memang tidak pernah baik sejak awal.
Candra pun menarik Celine untuk keluar dari rumahnya.
"Silahkan kau pulang! Ingat perkataan ku tadi!" pinta Candra.
"Can, kenapa kau berubah? Kau tidak sama seperti dulu?"
"Tidak ada yang berubah dari diriku. Sebaiknya kau pulang Celine. Aku tidak ingin papa dan mama mengetahui keberadaan mu disini. Tolong mengerti."
Akhirnya dengan perasaan kesal, marah dan kecewa, Celine pun pergi dari rumah Candra.
Candra bernapas lega namun ia tetap saja gelisah. Ia masuk ke dalam rumah dan menaiki anak tangga lalu berhenti di depan kamar Hana.
"Ketuk tidak ya? Duh! Kenapa aku jadi merasa bersalah begini?" ucap Candra bertanya-tanya.
Akhirnya setelah berperang dengan pikirannya, Candra pun mengetuk pintu kamar Hana.
Pintu kamar Hana pun terbuka.
"Ada apa?" tanya Hana.
"Soal kedatangan Celine tadi, jangan kau katakan pada mama dan papa," pinta Candra.
"Kau tenang saja, aku bukan pengadu yang dengan mudahnya mengadukan apapun yang kau lakukan. Tidak usah khawatir," ujar Hana.
"Baguslah kalau begitu." Hana mengangguk.
"Tidak ada hal lain yang kau ingin bicarakan denganku lagi kan? Kalau tidak, aku ingin beristirahat."
Belum juga dijawab Hana sudah menutup pintu kamarnya. Candra hanya bisa menghela napas melihat kelakuan Hana.
"Ya sudahlah, lagipula tidak perlu aku jelaskan lagi siapa Celine sebenarnya. Pasti dia sudah tahu semuanya dari mama."
Candra pun berjalan masuk ke dalam kamarnya yang berada di samping kamar Hana. Dua orang asing yang benar-benar tinggal di dalam satu rumah.
Sebuah pernikahan yang diharapkan akan bahagia pada waktunya. Entah kenapa jadi terlihat tak ada harapan lagi bagi Hana. Cintanya Candra sudah hadir kembali. Hanya tinggal menunggu waktu untuknya dicampakkan.
"Jika memang aku akan dicampakkan, setidaknya aku harus menjadi istri yang tak pernah terlupakan kebaikannya. Iya, aku harus jadi istri yang lebih baik lagi."
Hana sudah bertekad, meski ia tidak tahu akhirnya akan seperti apa. Ia hanya akan berusaha lebih baik dan lebih baik lagi. Satu poin sudah ia dapatkan karena Candra sudah mulai mau makan bersamanya.
"Hm? Kira-kira hal apalagi yang harus aku lakukan?" pikir Hana.
Di sela-sela berpikirnya, tersemat sebuah ide. Ia akan menanyakan semua hal yang disukai oleh Candra dari mama mertuanya. Hana meraih ponsel yang ia letakkan di meja.
"Halo ma," sapa Hana.
"Iya sayang, ada apa?" tanya sang mama mertua.
"Aku ingin tahu makanan atau sesuatu hal yang disukai dan tidak disukai oleh Candra. Apakah boleh?"
"Tentu saja boleh. Kau kan istrinya sudah sepatutnya mengetahui hal yang disukai dan tidak disukai oleh Candra. Candra itu menyukai makanan yang manis-manis dan dia juga akan mudah tersentuh dengan diberikan hadiah dari karya tangan orang yang memberikannya. Yang tidak disukai Candra hanya satu yaitu dikekang. Jadi sebisa mungkin kau jangan terlalu mengekang dia. Mama jadi kasian sejak kecil Candra selalu dikekang dan disuruh belajar ini dan itu sesuai keinginan papanya. Jadi mama harap dengan dia hidup bersamamu. Dia akan menemukan adanya sebuah kebebasan untuk memilih apa yang dia sukai," jelas sang mama.
"Baiklah ma, akan aku ingat perkataan mama. Apa ada lagi?" tanya Hana.
"Tidak. Mama tahu menaklukan hati Candra tidaklah mudah. Tapi satu hal yang perlu diingat. Sekeras-kerasnya batu bila tertimpa hujan akan retak juga. Jadi berjuanglah! Mama akan terus mendukungmu!"
"Terima kasih ma, aku akan ingat pesan mama. Kalau begitu aku tutup ya ma."
Percakapan telepon pun berhenti. Hana merasa senang karena mama mertua selalu berpihak padanya. Padahal awalnya ia bukanlah siapa-siapa. Ia hanya berasal dari kalangan orang biasa saja. Tapi, mama Dona begitu baik dan perhatian padanya.
"Semoga apa yang akan aku lakukan nanti bisa berhasil."
****
Ramaikan kolom komentarnya. Mulai hari ini aku akan berusaha untuk update rutin cerita ini. Jadi, kalian harus stay terus untuk membaca ya. Like, komentar, vote dan hadiah dari kalian jadi penyemangat ku.