NovelToon NovelToon
Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Sistem / Iblis / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Isekai
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: febri_yeee

nre: Fantasi, Aksi, Sekte-Building, Antihero, Overpowered

Sinopsis:

Di benua Elvaria, kehormatan dan kesetiaan adalah dua mata uang paling berharga. Namun, bagi Kael Arvane, seorang jenderal muda yang pernah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran, keduanya hanyalah ilusi yang bisa dibakar oleh kekuasaan.

Dikhianati oleh rajanya sendiri dan difitnah sebagai pengkhianat, Kael diburu, disiksa, lalu dilempar ke lembah kematian yang dikenal sebagai "Jurang Sunyi"—tempat para monster, penjahat, dan kutukan abadi bermuara. Tapi justru di tempat itulah "Sistem Chaos Sovereign" bangkit dari sisa jiwanya yang penuh dendam.

Dengan sistem itu, Kael mampu menciptakan sekte dari nol: Sekte Chaos, sekte tanpa aturan moral, tanpa dogma suci—hanya kekuatan, kebebasan, dan ambisi pribadi. Ia mulai merekrut orang-orang yang dibuang oleh dunia: budak, pembunuh, monster setengah manusia, penyihir terkutuk, bahkan mantan bangsawan pengkhianat.

Dari mereka, ia membentuk Dua Belas Pilar Chaos

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febri_yeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Bara Perang Pertama

Langit di atas wilayah Timur Laut berwarna kelabu. Hujan deras mengguyur benteng tua milik Fraksi Besi, salah satu organisasi militer tertua di benua itu. Dinding-dinding hitam yang dibalut logam runik bergetar oleh derap pasukan. Di menara utama, Jenderal Valdren—pemimpin Fraksi Besi—menatap ke arah hutan kabut di kejauhan.

"Gerakan itu tidak seperti gerombolan bandit biasa," gumamnya, tangan memegang peta. "Mereka terorganisir. Terlalu cepat, terlalu diam."

Seorang perwira muda masuk. “Laporan terbaru, Jenderal. Pos Ketiga telah hancur tanpa tanda perlawanan.”

Valdren mengerutkan kening. “Apa tidak ada sihir pelacak?”

“Tidak ada. Hanya... sisa simbol Chaos yang tertanam di tanah.”

Valdren mencengkeram gagangnya. “Sekte Chaos…”

---

Di sisi lain, dalam hutan yang menyelimuti perbatasan wilayah netral, Kael berdiri di atas tebing kecil bersama dua dari 12 Pilar: Zareth dan Reina.

Pasukan kecil mereka—terdiri dari lima puluh dua murid inti dan dua ratus murid biasa—berbaris dalam formasi Chaos, pola berbentuk spiral terbuka, dirancang untuk membingungkan pasukan lawan.

“Fraksi Besi akan kirim pasukan utama besok,” ucap Reina, matanya mengawasi dari kejauhan. “Jika kita ingin menghancurkan nama mereka, ini saatnya.”

Kael tak menjawab. Ia menutup mata, memusatkan pikirannya. Di antara ratusan nyawa di bawah kepemimpinannya, ia bisa merasakan semangat, ketakutan, dan kemarahan. Tapi juga sesuatu yang lebih kuat—kehausan untuk membuktikan diri.

“Serangan ini akan menjadi pembaptisan mereka,” katanya akhirnya. “Zareth, pimpin murid inti dari sisi kanan. Hancurkan lini komunikasi mereka.”

“Siap,” jawab Zareth sambil melompat turun.

“Reina,” lanjut Kael, “kuasai medan dari udara. Bakar hutan jika perlu. Tapi jangan biarkan satu pun dari mereka melarikan diri.”

“Dengan senang hati.”

Kael sendiri akan masuk dari depan—sendirian.

---

Malam itu, langit dipenuhi api.

Zareth memimpin barisan Ryza, Elen, dan beberapa murid paling berbakat. Mereka menyusup ke garis pertahanan Fraksi Besi tanpa suara. Setiap pos dijaga minimal oleh tiga hingga lima penjaga lapis baja. Tapi itu tak berarti bagi Ryza.

Dengan dua bilah pendeknya, ia bergerak secepat kilat, menyayat tenggorokan sebelum musuh sempat berteriak. Elen menyusup di belakang, menggunakan bayangan dan ilusi untuk menyesatkan arah patroli.

Darah berceceran di rumput basah. Teriakan hanya terdengar sekali sebelum sunyi kembali menguasai malam.

Dari langit, Reina memanggil burung kegelapan yang ia jinakkan—Ravok, makhluk bertubuh besar dengan paruh api. Mereka menurunkan hujan bara ke atas menara pengawas.

Fraksi Besi mulai panik.

“Alarm!” teriak salah satu perwira.

Namun sebelum bel dapat dibunyikan, Kael muncul di gerbang utama, tubuhnya dikelilingi aura ungu berapi.

Dengan satu gerakan tangan, ia menghempaskan dua puluh penjaga sekaligus ke dinding, tubuh mereka meledak dalam percikan energi Chaos.

Jenderal Valdren turun dari menara dengan tubuh berlapis zirah besi berukir rune.

“Aku telah mendengar tentangmu, Kael! Pengkhianat! Penyebar kekacauan!” suaranya menggema keras.

Kael mengangkat dagu. “Lalu?”

“Aku akan menebas lehermu dan menggantungnya di gerbang kota suci!”

Kael melangkah maju. “Coba saja.”

Pertarungan pecah seketika.

Valdren mengayunkan pedang raksasa bermata dua yang diselimuti aura bumi, memecahkan tanah tiap kali ia mengayun. Tapi Kael bergerak dengan keanggunan mematikan. Setiap serangan Valdren mengarah pada ilusi, bayangan, atau kehampaan.

Kael memancing waktu, membaca pola, lalu—dengan satu ledakan Chaos dari telapak tangannya—ia menghancurkan armor dada Valdren.

Valdren terjungkal, berdarah dari mulut.

“Demi... keadilan…” katanya, mencoba berdiri.

Kael menatapnya dingin. “Keadilan? Itu hanya topeng dari kekuatan para penakluk.”

Ia menusukkan tangan ke dada Valdren, menarik keluar energi jiwa sang jenderal—dan menyegelnya dalam kristal hitam.

Bara merah muda meledak dari tubuh Kael.

Dan dengan itu, Fraksi Besi tumbang.

---

Pagi harinya, bendera hitam-ungu dengan simbol Chaos berkibar dari atas benteng logam.

Para murid berdiri membentuk formasi kehormatan. Zareth meletakkan kepala Valdren di altar batu sebagai simbol kemenangan.

“Mulai sekarang,” seru Reina, “ini bukan lagi benteng Fraksi Besi. Ini adalah Benteng Bara Gelap! Markas depan kita!”

Para murid bersorak.

Kael berdiri di tengah mereka, tanpa emosi berlebihan.

“Ini baru langkah pertama,” katanya pelan. “Masih ada sepuluh fraksi besar lainnya. Dan Ordo Keabadian telah mulai bergerak.”

---

Di ruang bawah tanah benteng, Ryza dan Elen menemukan ruangan terlarang yang dipenuhi artefak terlarang.

Salah satunya adalah kitab kuno dengan segel berbentuk mata ketiga.

“Ini… bukan sihir biasa,” bisik Elen.

Ryza mengangguk. “Kita serahkan ke Kael.”

Namun sebelum mereka keluar, kitab itu membuka sendiri—dan dari dalamnya, keluar bayangan bergigi runcing.

Seketika, Elen diserang.

Ryza bergerak cepat, menebas bayangan itu, namun pergelangan tangannya tertandai simbol yang sama.

Ketika Kael datang, ia menghela napas panjang.

“Kalian baru saja membangunkan sesuatu yang lebih tua dari kekacauan itu sendiri…”

---

Malam itu, Kael berdiri sendirian di atas benteng.

Ravok mendarat di sisinya.

Reina menyusul, rambutnya masih basah oleh hujan darah.

“Mereka semua percaya padamu sekarang,” katanya.

Kael memejamkan mata. “Mereka harus.”

“Karena kau percaya pada mereka?”

Kael membuka matanya. “Karena aku percaya, dunia lama harus terbakar.”

Dan dari kegelapan, Pilar Keempat akhirnya muncul. Seorang wanita bertudung gelap, mata tak terlihat, tubuhnya membungkus energi hitam murni.

“Maaf aku terlambat,” suaranya berbisik seperti kabut.

Kael mengangguk. “Velra. Waktunya kita memperkenalkan kekacauan… ke Ordo Keabadian.”

---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!