NovelToon NovelToon
Cinta Sang Jurnalis

Cinta Sang Jurnalis

Status: tamat
Genre:Romantis / Teen / Contest / Romansa Modern / Pernikahan Kilat / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.6
Nama Author: NL choi

Gadis cantik bernama Kirei Fitriya Tsabita berprofesi sebagai jurnalis di sebuah media televisi swasta.

Cita-citanya lahir lewat tangan ayahnya yang juga seorang wartawan senior. Ayah baginya idola, cinta pertama dan kiblatnya. Hingga peristiwa yang menyebabkan ayahnya meninggal ia membulatkan tekad melanjutkan cita-citanya. Sebuah cita-cita sederhana berkat kekaguman seorang anak terhadap ayahnya.

Ternyata cita-cita sederhana itu membuatnya kalang kabut saat ia ditunjuk menjadi jurnalis lapangan divisi news program menggantikan rekannya yang resign. Meliput kejadian di luar dugaan program 'Telusur Peristiwa' dan harus menghadapi atasan yang ia juluki makhluk aneh dan sok menyebalkan.

Belum lagi harus berhubungan dengan Wadir Reskrimsus terkait beberapa kasus liputannya. Yang mana mengantarkannya pada 'pernikahan' yang tak disangka-sangka.

Apakah 'pernikahan' itu mampu menghadirkan cinta?
Setelah kenyataan di depan mata, orang-orang terkasihnya ternyata terkait dengan kejadian kematian ayahnya.

Follow ig : enel_choi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NL choi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Terbongkar

...26. Terbongkar...

Pagi ini ia hampir terlambat datang ke kantor. Entah kenapa ia bangun kesiangan. Tak sempat sarapan, hanya mandi bebek.

Pun dengan Danang. Laki-laki itu justru masih tertidur saat ia meninggalkan apartemen.

Namun yang membuatnya terus berpikir sepanjang perjalanan yaitu ia terbangun di atas tempat tidur. Di dalam kamarnya. Padahal seingatnya tadi malam ia tidur di sofa.

Tak sempat menanyakan pada laki-laki itu sebab tak ada waktu.

“Hei,” Anisa mengibaskan telapak tangannya tepat di depan wajahnya.

“Pagi-pagi udah ngelamun. Ntar kesambet sama penghuni gedung.”

“Untung datang tepat waktu. Dari kemarin korlip lo, bawaannya tegang mulu!” terang Anisa bersungut-sungut.

Ia mengernyit, “Kenapa?”

Anisa mengedikkan bahunya. Lalu berlalu meninggalkan kubikelnya.

Ia pergi ke pantry. Berniat membuat kopi. Sebab ia membawa beberapa potongan kue lapis legit. Sepertinya cocok dan sepadan dijadikan teman sarapan.

Namun, saat hendak membuka pintu gadis itu mendengar dua orang  berlalu tengah membicarakan tentang sebuah kasus.

“Kasihan yaa ... gak nyangka bangeeet. Ternyata dalangnya orang kita sendiri,” ucap wanita yang rambutnya dicepol.

“Ssst ... jangan keras-keras!” seru wanita satunya yang memakai kerudung, “kita lihat saja hasil konferensi pers nanti ....”

Ia sempat tertahan di ambang pintu demi menangkap pembicaraan dua orang tersebut. Tapi sejurus kemudian, ia menggeleng. Bodoh .... Termakan biang gosip pikirnya.

Seorang jurnalis tentu mengedepankan berita sesuai fakta. Harus mengandung kebenaran fungsional. Sesuai standar jurnalistik. Akurasi, proposional, komprehensif, relevansif, fairness dan berimbang.

Gadis itu kembali ke meja kubikelnya dengan membawa gelas mug berlogo TVS berisi capuccino. Mengeluarkan kotak bekal yang berisi beberapa potongan kue.

Sembari menunggu liputan ke polda beberapa jam ke depan. Sebab info terbaru konferensi pers diundur. Dari mulanya jam 9 pagi menjadi jam 11.

Mempelajari hasil meeting kasus apa saja yang akan diliput. Cuti dua hari sepertinya banyak hal yang terlewatkan.

Tadi pagi tiba di kubikelnya, beberapa tumpukan berkas sudah menanti.

-note-

‘Pelajari hasil meeting kemarin’

Ttd : Oka

Ia belum sempat bertemu dengan Oka. Mungkin sedang liputan di luar.

Saat memikirkannya, tetiba sosok Oka muncul menghampirinya. Menggeret kursi kosong di sebelahnya tanpa prolog laki-laki asal Bali itu mencomot kue.

Gadis itu menipiskan bibirnya, “Laper?”

“Gak!”

“Enaak aja kuenya,” tandas Oka tanpa dosa. Potongan kue ketiga sudah masuk dalam mulutnya.

“Beli di mana sih, nih? Enak bangeet kuenya." Oka menukas dengan tangan sudah terulur untuk mengambil potongan keempat.

“Dikasih mer ... eh beli di toko rotilah,” ucapnya hampir keceplosan. Mertuanya punya toko bakery jadi jika ditanya lebih lanjut gadis itu bisa menjawab.

“Udah dipelajari belum hasil meeting kemarin?” tanya Oka.

Ia meringis. Niatnya mau tapi keburu Oka datang.

“Parah abis!” sembur Oka ambigu.

“Sorry ... niatnya tadi mau buka. Eh, kamu keburu datang,” kilahnya beralasan.

“Aku baca sekarang deh ... kamu balik sana!” tukasnya.

“Kamu pasti terkaget-kaget kalo denger ....” Oka mengedarkan pandangan ke sekitar, lalu melirihkan ucapannya, “meeting kemarin, meeting paling tegang selama aku kerja di sini.”

Ia tercenung, “Hah! Maksudnya? Bukannya kalo meeting udah biasa kaya gitu?” sanggahnya. Sebab meeting yang selama ini diikuti tak jauh membahas tentang liputan apa saja yang akan masuk daftar program. Meski produser punya hak prerogatif. Tapi selama ini ide, gagasan dan masukkan dari para jurnalis selalu dipertimbangkan. Jadi wajar jika terjadi ketegangan. Banyak kepala pastinya juga banyak pendapat yang bermunculan.

“Ih ... gak nyambung!” sembur Oka kesal.

Lagi, ia mengernyit.

“Yang jelas donk! Tegang gimana maksudnya? Sapu lidi juga tegang, nyante aja tuh dia ....” kelakarnya tapi justru Oka semakin kesal.

Oka mencebik, bangkit dari duduk. Lalu meninggalkannya. Baru beberapa langkah ia kembali lagi, mencomot satu potongan kue terakhir. Dan tergelak setelahnya.

“Ha ha ha ... gak lucu!”

“Ishh ....” Ia mendesis. Sepertinya memang ia banyak ketinggalan informasi alias kudet.

Tiba di kantor mapolda para wartawan telah berkerubung di sana. Mobil kantor berlogo TVS juga sudah terparkir sempurna. Agak jauh kali ini sebab parkiran penuh.

Sedikit mempercepat langkah ia dan Mas Budi ikut bergabung dengan yang lainnya. Setelah memperlihatkan ID card dan mengisi buku tamu.

“Rei, udah tau soal meeting kemarin?” tanya Mas Budi setelah mereka mendapatkan bangku kosong. Konferensi ini tampaknya sudah dipersiapkan. Bertempat di ruangan cukup luas.

Ia menggeleng. Nyatanya memang ia tidak tahu. Oka juga tadi memberi sinyal seperti itu. Tapi ....

“TSK salah satunya pemegang saham TVS,” bisik Budi di samping telinganya.

Ia menjengit kaget.

Dahinya berkerut. Tak percaya apa yang baru saja didengarnya.

“Ahh ... yang bener, Mas?”

Mas Budi mengedikkan bahunya santai.

“We will see (kita lihat saja nanti) ....”

Rombongan petinggi Polda sudah memasuki ruangan. Adalah Kapolda duduk di tengah, yang beberapa waktu lalu ia sempat berkenalan.  Di sebelah kanan sosok yang begitu amat dikenalnya siapa lagi kalau bukan Danang Barata suaminya, sebagai Dirreskrimsus. Bibirnya jelas melengkung ke atas mengulas senyum.

Kemudian di sebelah kiri Kabid Dokkes (ketua bidang kedokteran dan kesehatan).

Di depan terdapat meja menyimpan barang bukti (BB). Total keseluruhan BB mencapai 7 buah.

‘BB 1; parang, yang digunakan untuk memutilasi’

‘BB 2; karung beras, tempat menyimpan potongan jasad’

‘BB 3; kalung korban’

‘BB 4; baju korban yang terakhir kali dipakai’

‘BB 5; ATM sebagai transaksi kejahatan’

‘BB 6; bukti chat transaksi TSK (tersangka) 1 pada TSK 3’

‘BB 7; hasil autopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara’

Para tersangka yang berjumlah 3 orang juga dihadirkan. Mengenakan baju tahanan berwarna oranye, penutup wajah dan berdiri membelakangi wartawan.

Kapolda menjelaskan jati diri para tersangka, “TSK 1 sebagai orang yang bertugas mengeksekusi. Inisial AA bertugas mengawasi gerak gerik korban, penculikan, pemerkosa dan pembunuhan berujung mutilasi ....”

“TSK 2 sebagai orang yang bertugas mengeksekusi. Inisial BA bertugas sama dengan TSK 1,”

“TSK 3 inisial CB. Sebagai otak, dalang pembunuhan ....”

“Pada kesempatan selanjutnya, Dirreskrimsus akan membeberkan kronologis, latar belakang motif terjadinya kasus ini ....”

“Silakan jika ada pertanyaan di simpan dahulu. Sebab di sesi terakhir akan ada sesi tanya jawab ....” Pungkas Kapolda menyerahkan mikrofon pada Dirresskrimsus.

“Selamat pagi menjelang siang semuanya ....” Ucap Danang dengan melempar senyum.

Suara berat dan maskulin itu mulai menjelaskan secara rinci meski tidak semua bisa dibuka. Sebab untuk kepentingan penyidikan dan penyelidikan.

“Motif utama untuk menghilangkan jejak. Demi menutupi hubungan terlarang antara TSK 3 dan korban ....”

“Tindakan mutilasi ini disebut defensive mutilation. Yaitu pemisahan atau pemotongan anggota tubuh bertujuan menghilangkan jejak setelah tindakan pembunuhan ....”

“Selanjutnya tindakan pemerkosaan adalah inisiatif TSK 1 dan TSK 2.”

Kemudian Danang menjelaskan satu persatu barang bukti yang ditemukan.

Disusul penjelasan medis hasil autopsi oleh Kabid Dokkes.

“Apakah TSK 3 yang berinisial CB adalah Candra Birawa, Pak?”

“Pengusaha sekaligus petinggi TVS?” tanya wartawan cetak JawaTra. Seketika riuh rendah para reporter mengiring, “huuuuuuuu ....” Mereka menoleh padanya dan Mas Budi yang jelas mengenakan pakaian kebanggaan TVS.

“Oknum.” Celetuk yang lainnya.

Lagi dan lagi laki-laki bergelar suaminya itu tersenyum.

“Betul,” jawab Kapolda, “tapi kami masih mendalami lagi. Apakah TSK 3 seorang pengusaha dan pemilik salah satu media besar di kota ini,” lanjutnya justru membuat ambigu dan penasaran.

Ia mengangkat tangan, “Apakah liontin BB 3 yang bertuliskan ‘alundra’ adalah perpaduan nama Alunawati dan Candra?”

“Dan berapa lama mereka sudah memiliki hubungan terlarang? Apakah korban menuntut pengakuan? Atau TSK 3 merasa terendus, sehingga penghilangan nyawa adalah satu-satunya jalan?”

“Silakan Pak Danang yang menjawab,” ucap Kapolda menyerahkan mikrofon pada laki-laki itu disertai senyuman.

“Baik ... terima kasih pertanyaannya. Dugaan kami mengarah ke sana. TSK 3 dan korban sudah berhubungan sekitar 1 tahunan. Awal mereka bertemu di salah satu yayasan. Sebab TSK 3 adalah salah satu donatur di sana,”

“Lalu berjalannya waktu menurut penuturan TSK 3. Korban menuntut pengakuan. Sesuai janji TSK 3 yang akan menikahinya. Akibat tertekan dari tuntutan korban ditambah lagi istri sah tersangka yang curiga dan menuntut akan menceraikan suaminya jika terbukti berhubungan dengan wanita lain, maka tersangka menghabisi korban ....” Danang menjelaskan runut pertemuan korban dan tersangka.

“Semua tersangka dijerat pasal berapa, Pak?”

“Apakah selama berhubungan dengan korban. Korban pernah hamil? Sehingga korban menuntut dinikahi?”

“Mengapa kasus mutilasi ini tergolong lama terungkap. Apa karena dalang pembunuhan orang yang berpengaruh? Atau ada backing yang membuat terkesan lambat ....?

Pertanyaan para wartawan bertubi-tubi dilemparkan. Meski terjawab. Namun ada beberapa pertanyaan yang menggantung dikarenakan waktu sesi tanya jawab sudah habis. Hingga Danang mengangkat tangan. Memberikan isyarat jika sesi tanya jawab sudah selesai. Tak ada lagi penambahan waktu.

Sebagian wartawan terlihat gurat kecewa. Sebab masih ada pertanyaan yang tidak dijawab dengan gamblang.

Demi penyidikan dan penyelidikan yang masih terus dikembangkan alasannya.

Tepat pukul 13.30 WIB konferensi berakhir.  Ia dan Budi membereskan perlengkapan liputan.

“Tebakanku benar, kan, Rei!?” ucap Mas Budi memasukkan tripod pada wadahnya.

Ia menutup buku catatan, memasukkan ke dalam tas punggungnya, “Alunawati-Candra?” terkanya.

“Yap ....” Kameramen itu menghela napas, “Pak Candra, papanya Keisya, camer Aldi ....” Tandas Budi terang dan gamblang tidak seperti ujar Kapolda yang masih menutupi identitasnya.

Ia mengembuskan napas kasar, mendengar informasi yang begitu penting ini sebab berkaitan dengan tempatnya bekerja saat ini. Ia tak pernah menyangka.

“Dan kamu tahu?” Mas Budi menjeda kalimatnya, semua perlengkapan termasuk kamera ENG (Electronik News Gathering) sudah beres tersimpan dalam wadahnya. “Meeting kemarin adalah penentuan nasib Aldi. Jika ia tetap kekeuh mempertahankan liputan ini di program, maka ... mungkin karirnya ... you know-lah ....”

Pasti. Pak Candra tidak akan tinggal diam. Meski Aldi calon menantunya.

“Jadi Aldi sudah tahu sebelumnya, Mas?” tanyanya.

“Jelas! Saat penangkapan, Aldi sedang bersama Keisya. Dan mama Keisya meneleponnya untuk segera pulang. Pak Candra ditangkap saat berada di kantornya,” Budi terkekeh, “untung bukan kantor TVS ... kalo iya?! Lebih heboh lagi pemberitaan!”

Perbincangan mereka berakhir saat ruangan sudah sepi tinggal mereka berdua.

Mobil melaju perlahan meninggalkan mapolda.

Mas Danang: Sudah pulang?

Pesan chat itu masuk dalam ponselnya. Ternyata sudah 15 menit yang lalu Danang mengirimkan pesan itu.

Kirei : Sudah.

Tidak romantis memang. Dari kemarin tidak ada kabar. Pulang jam berapa juga. Ia tidak tahu. Dan seharian ini baru melihatnya saat di konferensi pers tadi.

Chat group jurnalis news ramai berdenting.

Korlip : Meeting lanjutan hari ini pukul 15.00 WIB.

Oka : Asiiiaapp Mas!

Anisa : Siap Pak Ketua!

Danar : Oke, Mas.

Birka : Baik, Mas.

Korlip : Tidak ada yang terlambat!

“Mas Budi, ada meeting lagi,” ujarnya sambil menghempaskan punggungnya ke belakang.

“Aku rasa akan membahas hasil liputan kita.”

“Lebih baik kita maksi dulu, Rei.” Tawar Mas Budi, “biar kuat hadapi kenyataan,” kelakar nya.

“DO (Delevery Order) aja ya, Mas,” ia melihat jam tangan di lengannya, “pas kita nyampe kantor, pas makanan tiba. Kayaknya mepet nih.” Ia memberikan alasan signifikan. Tak ingin keterlambatan mereka mengikuti meeting menjadi pemantik ketegangan.

“Good idea!” Mas Budi mengacungi jempol.

Betul saja, tiba di kantor waktu kurang 15 menit lagi meeting penting akan dimulai.

Ia yang sejak kemarin lupa makan. Melewatkan makan malam, tak sempat sarapan hanya sepotong kue dan segelas capuccino. Justru makan siang yang sudah sangat terlambat membuat ***** makan siangnya entah menguap di mana.

Perutnya tiba-tiba perih. Melilit. Ia paksa makan baru tiga suap. Akan tetapi malah rasa mual yang menyergap. Berlarian ke toilet demi mengeluarkan semua isi perutnya.

“Hoeekkk ... hoeekkk ....”

-

-

Terima kasih yang sudah mampir, membaca dan memberikan dukungan .... yaa! 🙏

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1
Naura Fazila AP
aq suukaa
Naura Fazila AP
ok
Naura Fazila AP
sabar yo pak...
Naura Fazila AP
hayo lho...
Vie ardila
Luar biasa
chika aprilia zubaidah
kata2 i don't care, jd inget mama nya raymond chin😁
Anjas Badat
baca yang ke 2 kalinya ..
Nafisa nur Aulia
Kecewa
Nafisa nur Aulia
Buruk
n🍅fa
bab 15 ini 😭😭😭😭
n🍅fa
pityan deh you🤣
n🍅fa
anaknya kayak gimana ya?🤣🤣🤣
Ida Ayu Utami
Luar biasa
Ei_AldeguerGhazali
Beneran sih baca novel ini bikin betah, banyak ilmu yg di dapat, banyak hikmah yg bisa dipelajari. Hidup memang harus legowo. Makasi kak author semoga bisa berkarya terus dan makin sukses. Salam dr warga semarang 🥰
Ei_AldeguerGhazali
Ada yg datang dan pasti ada yg pergi, Rip bappu dan nenne
Ei_AldeguerGhazali
Horee yg dinanti datang juga🥰
Ei_AldeguerGhazali
Baru kali ini tertarik bgt baca cerita tentang jurnalis, dan pas bgt ada berita kecelakan jurnalis, kameramen & kru tvone yg kecelakaan di tol pemalang hari ini, langsung tbtb keinget novel ini. Nyesek bgt ternyata jadi jurnalis dan kameramen ngga semudah yg dikira orang”. Berdoa semoga korban meninggal di terima disisiNYA 🙏🏻
Ei_AldeguerGhazali
Ampun dah pesona kirei, aldi aja belum selesai move on nya ini udah ada lg ganjar wkwk 🤣
Ei_AldeguerGhazali
Seru bgt punya kakak kyk ken 😍
Ei_AldeguerGhazali
Pengangguran borjuis beneran mah ini sih rei 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!