Diambil dari cerita weton Jawa yang populer, dimana seseorang yang lahir di hari tersebut memiliki keistimewaan di luar nalar.
Penampilannya, sikapnya, serta daya tarik yang tidak dimiliki oleh weton-weton yang lain. Keberuntungan tidak selalu menghampirinya. Ujiannya tak main-main, orang tua dan cinta adalah sosok yang menguras hati dan airmata nya.
Tak cukup sampai di situ, banyaknya tekanan membuat hidupnya terasa mengambang, raganya di dunia, namun sebagian jiwanya seperti mengambang, berkelana entahlah kemana.
Makhluk ghaib tak jauh-jauh darinya, ada yang menyukai, ada juga yang membenci.
Semua itu tidak akan berhenti kecuali Wage sudah dewasa lahir batin, matang dalam segala hal. Dia akan menjadi sosok yang kuat, bahkan makhluk halus pun enggan melawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali memanas
"Aku tidak akan menjual rumah ini Mbak, ini rumah pemberian ibu untuk Wulan. Mbak Yuni, sama Mbak Sari juga sudah mendapatkan bagian. Mbak Yuni sendiri yang dulu memilih perkebunan yang cukup luas, dan Mbak Sari memilih rumah di depan sana. Aku hanya mendapat sisanya. Dan ibu sudah menegaskan, kalau rumah ini untuk Wulan, aku pun tidak berhak untuk menjualnya."
Yuni tersenyum sinis, dadanya semakin bergemuruh kesal mendengar bahwa rumah itu sudah di wariskan kepada Wulan. Semakin bertambah saja kebenciannya. Sudahlah dulu membuat dia gagal mendapatkan besan Setyo, kini malah akan menikah lebih dulu dibandingkan Sarinah ataupun Nia. Ditambah lagi, rumah itu di berikan kepada Wulan.
"Ratih! Aku tahu kamu sudah mendapatkan bagian dari Ibu dan bapak. Tapi sekarang aku benar-benar butuh uang dan harapanku satu-satunya adalah rumah ini. Dibandingkan dengan perkebunan, rumah ini jauh lebih tinggi nilai jualnya. Kita jual, laku belikan lagi setengahnya untuk Wulan. Aku juga tidak serakah, tapi aku juga punya hak atas rumah ibuku."
"Tidak Mbak. Aku sudah mengalah banyak hal kepada mu. Perkebunan itu dulu sangat ku butuhkan karena kami mengalami kesulitan. Tapi Mbak bersikeras memintanya. Perihal rumah ini tidak akan pernah ku jual meskipun aku mati." jawab Ratih.
Brak!
Yuni menggebrak meja dan berdiri dengan penuh amarah. "Hati-hati, ucapan mu bisa saja jadi kenyataan." ucap Yuni dengan tatapan tajam dan sinis. Dia melenggang meninggalkan rumah Ratih dengan segala kekesalan, tidak terima.
"Awas kamu Ratih!" dia bergumam sambil mengepalkan tangannya.
Dan di dalam rumah, Ratih terduduk lemas sambil menutup wajahnya. Ini pertama kali ia melawan Yuni.
Dahulu Yuni sering menindas karena wajah Ratih lebih cantik dari mereka, Ratih hanya diam saja. Bisanya cuma menangis tanpa melawan sedikitpun.
Di saat sudah dewasa pun sama, Ratih sering mengalah dan berpura-pura baik-baik saja, menjaga perasaan dua saudarinya. Tapi sekarang, dia tidak mau lagi mengulangi karena suatu hal yang tidak sengaja Ratih ketahui.
Hari itu, sebelum Sari mengajaknya mendatangi rumah Yuni. Ratih sudah mendatanginya di malam hari.
Ratih sungguh bahagia mendengar kabar saudarinya kembali pulang setelah beberapa tahun tinggal di rumah mertua. Tapi kedatangannya seorang diri itu membuat ia tak sengaja mendengar Yuni mengomeli suaminya yang sakit menahun itu.
"Ratih, Kamu Ratih?" ucap suaminya Yuni itu.
Jadilah Yuni mengamuk habis-habisan, melempar barang dan berteriak marah. "Sudah dua puluh enam tahun, kamu masih saja mengingat dia! Dasar laki-laki tidak berguna, kalau bukan karena kamu anak orang kaya, mana sudi aku menikah denganmu!" kata Yuni.
"Aku akan menikah dengan Ratih." kata suaminya, Sadewo.
"Hahahaha! Ratih pilihanmu itu, sudah menjadi istri orang. Dia hidup susah sampai mati, dia menjadi bodoh, dia bahkan tidak akan menyayangi anaknya karena aku sudah menebar sihir pemisah yang akan selalu memisahkan dia dengan orang yang paling disayangi. Dan kamu! Tunggu sampai surat warisan itu jatuh ke tangan ku! Aku akan membebaskan mu dari penderitaan ini."
Tawa Yuni menggema di dalam rumahnya yang besar dan mewah itu, Ratih menyandar di tembok dekat jendela sambil menutup mulutnya rapat-rapat, dia menangis kecewa mendengar kenyataan itu. Sungguh kejam Yuni kepadanya, Ratih jadi tersadar kalau selama ini rasa nya terhadap Wulan seperti memiliki dinding pembatas, ternyata Yuni lah yang membuatnya.
Kalau Sihirnya bekerja memisahkan dia dan Wulan, sejatinya Wulan lah yang paling di sayangi Ratih, sebenarnya.
"Buk."
Wulan baru saja selesai mandi, ia mendekati Ratih yang tampak melamun sehingga memanggilnya berkali-kali.
"Nduk, sini." Ratih menepuk kursi di sebelahnya.
"Ada apa? Rasanya, tadi ada bude." menatap keluar tapi sudah tidak melihat siapa-siapa.
"Sudah pulang." jawab Ratih, meraih tangan Wulan lalu menggenggamnya.
"Bude Marah sama Ibuk?" tanya Wulan.
"Itu sudah biasa, dan tidak penting." kata Ratih, memandangi wajah Wulan yang kini malah terlihat cantik sekali di matanya. Rasa sayangnya memuncak menatap sosok anak gadis yang sudah menemaninya dalam keadaan susah dan senang. Ratih memeluknya dan menangis. "Maafkan Ibu belum membahagiakan kamu."
"Tidak apa-apa Buk, Wulan sudah sangat bersyukur menjadi anak Ibu. Ibu adalah perempuan yang tidak neko-neko. Menyayangi saudara meskipun mereka memperlakukan Ibu dengan tidak baik. Wulan kagum sama Ibuk."
Ratih melonggarkan pelukannya, kemudian menangkup wajah Wulan dan menatapnya. "Kamu harus bahagia. Menikah dengan laki-laki yang kuat akan bisa menjagamu lahir dan batin. Ibu yakin Bara bisa menjaga kamu."
*
*
*
Hari pernikahan semakin dekat, Rumah Wulan mulai ramai melakukan persiapan. Ratih mengeluarkan semua tabungannya untuk membuat pesta pernikahan yang meriah. Meskipun tidak semewah orang kaya, tapi cukup setara dengan orang-orang pada umumnya.
Panggung sudah berdiri, pelaminan pun sudah di tata warna-warni. Hidangan sudah di persiapkan oleh para tetangga yang dengan suka rela membantu.
Bu Ratna dan suaminya pun tidak kalah hebohnya, mereka juga terlihat sibuk mempersiapkan segala sesuatu, bahkan pelaminan dan kursi dia yang membiayai. Katanya, dia mau punya mantu.
Sebagian orang menatapnya iba, anak tunggal sudah berpulang, calon menantu kini akan menikah. Tapi Bu Ratna menganggapnya pengganti Arif, dan tampak sangat sibuk sekali dibandingkan yang lainnya.
"Mbak, jangan capek-capek." cegah Ratih, sudah malam tapi Ratna masih sibuk saja.
"Tidak apa-apa, wong mau punya mantu ya mesti sibuk." jawabnya.
Ratih meraih tangan halus Ratna yang ikut mengelap piring bertumpuk, memeluk calon besannya itu sangat erat. "Terima kasih Mbak." ucapnya.
"Sama-sama Dek, aku juga tidak punya saudara, kesedihanku dulu hanya bisa ku rasakan berdua sama kamu. Kini kamu sedang bahagia, bolehkan aku ikut bahagia?" jawab Ratna.
"Tentu Mbak, Wulan juga anakmu." Dua perempuan paruh baya itu saling menghibur dan menguatkan.
"Wulan sayang sama ibuk berdua." ucap Wulan, ikut berpelukan sehingga tangis berubah menjadi tawa.
"Kamu Nduk." Ratna merangkul Wulan erat-erat.
"Bilang sama Bara, besok pukul 07:00 sudah ada di sini. Biar nanti di rias di sini saja." titah Ratih, dia faham Bara tidak memiliki siapa-siapa, kasihan.
"Nggeh Buk." jawab Wulan.
"Langsung tidur, jangan begadang, biar ayu." titah Ratna pula.
"Iya!" jawab Wulan, segera masuk ke dalam kamarnya.
"Besok, biar aku sama Mas Setyo yang jadi pihak laki-lakinya. Jadi kita besanan lagi ya Dek." kata Ratna, terkekeh sambil mengusap sisa air matanya.
Ratih pun tertawa, mengingat Bara hanya hidup seorang diri, dan Ratna kehilangan anaknya. Semoga saja mereka semua bisa menjadi satu keluarga yang akur.
Kata orang, darah lebih kental dari pada air. Tanpa air, maka tidak akan ada kehidupan.
kasian banget wulan.
dia yg main serongg.
orang lain pula yg kenaaa.
boleh ditabok bolak balik gak sih si baraaa 😡😡😡
lebih menjijikk kan dari pada hewan
kalau akan bgini ,
knp Wulan di buat Hamill sii Thor,
kekuatan Wage yg mana menang di pegang Wulan kalau si tindas seperti itu
bara dari awal bukan cinta ke kamu
tapi obsesii ,
bahkan sampai membawamu ke dlm sengsara
laki2 model begitu
sifatnya memang buruk dari lahir
terbungkus wajah tampan saja itu bara
ngga dapat menggaet Dion
bara pun di embatt
itu saking irii nya sama Wulan kan
jgn2 bunting itu mayang
Sumpahin aja tuh bara ,wulan...
orang gila, bukannya cari obat malah nuruti omongan orang buat ngetes burung loyo.
kau yang salah ,tapi kau berbuat seolah paling tersakiti
terkhianati padahal kau lah orang yang rusak moral
kau main hati Bara ,di bekalang kakimu menari , ...kasihannya wulan
ada kaitan apa di masa lalu sih kk thor makin oenasarana aj deh
berarti jodohmu sama Wulan smpai disini sj,
setidaknya Dion sdh tau kelakuan buruk mu bara ,punya perempuan lain di belakang Wulan
di saat mau melupakan Arif malah Bara
bikin sakit hatii, bikin hidupnya Wulan sengsara ,talak tiki sekalian aja ..
jgn2 mang Diman yg kirim guna2 ke Bara
spy rumah tangga mereka hancur
🤭
apa ngga tambah murka itu bara
btw bara pergi sama selingkuhann nya lagii yaa
ini dion mantan bos nya wulan kan??
Sudah mulai diambang kehancuran tuh rumah tangga , di tambah lagi tetanggaan dengan Dion .
makin kalap tuh Bara...
btw bara ....burungmu sudah tidak suci , sdh tidak merdu lagi ...
nadanya sudah acak2an , lompat sana sini ,awas suatu saat kau akan terpeleset jua
kirain siyapa gitu anak nya... Adipati Dolken kek ato Al Ghazali 😋😋
Dion..Dion...4L jd nya..loe lg loe lg 😚
piye lanjutan suara2 dan sandal perempuan di rumah bara??
apa itu jangan2 sandal mayang ....