Ketika hati mencoba berpaling.. namun takdir mempertemukan kita di waktu yang berbeda. Bahkan status kita pun berubah..
Akankah takdir mempermainkan kita kembali? ataukah justru takdir menunjukkan kuasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SUNFLOWSIST, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. BABY ZAYN SHARIF XAVIER
Ibu Wira memegangi dadanya yang terasa sakit. Nafasnya pun terasa sesak. Mendadak tubuhnya lemas dan akhirnya tidak sadarkan diri.
"Tan... Tante... bangun tan.... Hufh sial.. merepotkan saja." Umpat Laras dengan nada kesalnya.
Diambilnya minyak angin, mencoba menyadarkan Ibu Wira. Niatnya ingin menjelek - jelekkan citra Naya, malah dia sendiri yang kerepotan sekarang.
Ibu Wira mengerjapkan matanya perlahan. Mencoba mencari secuil ingatan sebelum ia tidak sadarkan diri. Di hadapannya kini tampak Laras dengan wajah penuh kekhawatiran. Wanita dengan wajah yang penuh tipu daya.
"Tan... Tante.. Baik - baik saja kan? Apa perlu kita pergi ke dokter? Wajah tante terlihat pucat. Aku khawatir tante kenapa - napa." ucap Laras dengan mata yang berembun.
"Tante baik - baik saja Ras.. Mungkin dengan istrahat sebentar nanti juga akan pulih. Apa wanita itu sudah melahirkan?" ucap Ibu Siti dengan wajah sendunya.
"Kemarin sih kata para suster dia melakukan percobaan bunuh diri. Mungkin karena dia begitu frustasi dengan keadaannya. Ingin bersama Wira tapi terhalang oleh bayinya. Dia bahkan rela minum obat peluruh kandungan tan, padahal usia kandungannya sudah 32 minggu. Dan sekarang bayinya lahir prematur.
Ibu Wira menatap Laras tidak percaya. "Seharusnya dia belajar dari kesalahannya. Anak itu tidak bersalah. Tapi kenapa dia tega melakukan hal seperti itu. Tante tidak habis pikir, kenapa Wira mau - maunya dengan wanita seperti itu."
Laras tersenyum penuh kemenangan. Mudah baginya untuk memutar balikkan fakta. Apalagi Ibu Wira merupakan seorang wanita yang patuh akan norma - norma susila.
"Tan.. Besok kalau Wira kesini jangan bilang ya kalau aku kasih tau tante semuanya. Ntar dikiranya aku fitnah. Padahal kenyataannya memang seperti itu."
Ibu Wira hanya mampu menghela nafas panjangnya. Dadanya berkecamuk. Pikirannya bingung antara senang atau sedih. Senang karena Wira mau membuka hatinya untuk wanita, namun sedih karena wanita pilihan Wira yang cukup mengecewakan.
"Tan aku pamit dulu ya.. Makasih buat sarapannya. Dan ingat... Tante juga harus jaga kesehatan." ucap Laras sembari memeluk Ibu Wira dengan penuh kehangatan.
Ibu Wira membalasnya dengan senyum penuh kehangatan. "Makasih ya Ras.. Uda mau mampir dan temani tante sarapan."
"Sama - sama tante. Aku balik dulu ya... Bye.. "
Perlahan punggung Laras mulai pergi menjauh. Hanya menyisakan informasi tantang Naya yang terus mengusik pikiran Ibu Wira.
* * *
Di depan ruangan inkubator Naya terduduk dengan wajah sendunya. Sudah hampir empat setelah ia melahirkan, namun belum diperbolehkan menemui putranya.
Suara langkah kaki perlahan berjalan mendekat. Langkah yang tegap dan penuh kepastian. Dokter Wira.. Ia baru saja pulang dari seminar di surabaya selama 3 hari ini.
"Kamu sedang apa? Kenapa melamun?" ucap Wira dengan penuh kelembutan.
"Dokter.. Aku sedang melihat bayiku. Sedari tadi dia gelisah terus. Sepertinya kurang nyaman berada di tempat itu.
Wira menatap box bayi dalam ruangan itu. Dilihatnya bayi Naya yang tampak bergerak - gerak. Perlahan senyum pun mengembang dari bibirnya.
"Apa kamu ingin melihatnya dari dekat?"
Naya terkesiap, senyuman tipis terlihat di wajahnya. "Bolehkah?" ucapnya dengan sorot mata yang berbinar.
Dengan penuh kesabaran Wira memapah tubuh Naya. Digenggamnya tangan Naya dengan begitu erat. Sebuah genggaman yang penuh kehangatan.
Wira memberikan baju steril kepada Naya. Dengan telaten Wira membantu Naya mengenakannya. Jarak mereka cukup dekat, hingga harum maskulin tubuh Wira seolah memanjakan indra penciuman Naya.
Perlahan Naya mulai mendekati vox bayi itu."Anakku ... " ucap Naya dengan sorot mata penuh kebahagiaan.
Baru kali ini ia dapat melihat bayinya dengan jarak yang sangat dekat. Sudut mata Naya tampak berair. Ia tidak menyangka perjuangannya untuk mempertahankan bayinya ternyata tidak sia - sia.
Rambut yang begitu hitam legam. Matanya yang bulat, hidungnya yang mancung. Semuanya jelas terlihat seperti Devan versi mini.
"Apa kamu sudah memberikan nama untuk bayimu?"
"Nama? Belum dok. Aku sendiri masih bingung mau memberi nama apa." ucap Naya dengan nada sedihnya. Boro - boro kepikiran memberi nama, rencana setelah keluar dari rumah sakit seperti apa saja dia juga tidak tahu.
"Apa aku boleh memberimu saran sebuah nama? Zayn Sharif Xavier. Mungkin nama itu sangat cocok untuknya." ucap Wira dengan sorot mata yang hangat.
Naya terdiam. Bibirnya hanya mengulas senyuman tipis, nyaris tak terlihat. Sebuah nama yang sangat bagus untuk bayinya. "Apa aku boleh tau arti dari nama itu dok?"
" Anak tampan yang lembut, gentleman, dan bersinar. Aku berharap ia akan mampu melindungi ibunya suatu saat nanti. Menjadi pria yang penuh kelembutan dan tentunya karirnya bersinar."
Naya menimbang - nimbang saran dari Wira. "Makasih dok. Aku akan memakai nama itu untuk bayiku."
Perlahan tangan Wira menggenggam jemari Naya. Sorot matanya begitu teduh dan penuh kelembutan.
"Naya.. Apa kamu sudah memikirkan permintaanku tempo hari? Aku ingin menikahimu dan kita sama - sama membesarkan baby Zayn.."
Naya hanya terdiam. Pikirannya melayang pada ucapan kakeknya tempo hari. Tentang jasa - jasa dokter Wira kepada keluarganya.
"Nay.... Aku tidak akan pernah memaksamu. Aku ingin kamu benar - benar merasa nyaman denganku. Bukan karena paksaan dari kakek."
"Ehmm.. Baiklah dokter aku menerima ajakan dokter. Tapi ... tolong jangan paksakan aku untuk bisa membuka hati. Karena sejujurnya di hatiku saat ini masih tersimpan satu nama yaitu DEVAN.. "
Degh..
Wira hanya mampu menggangguk perlahan. "Aku tahu.. Bahkan mungkin akan sulit menghapus rasa itu. Namun ijinkan aku memberimu perhatian yang lebih. Aku akan menghapus kenanganmu yang kelam karena aku benar - benar serius denganmu Nay.. "
"Sabtu besok aku libur. Maukah kamu menemaniku pulang dan bertemu dengan ibuku? Aku ingin mengenalkanmu kepada beliau."
"Apa memang harus secepat itu dok?" tanyanya dengan penuh keraguan. Takut pertanyaannya akan membuat Wira tersinggung.
"Iya Nay... Karena aku tidak main - main denganmu. Jadi lebih cepat lebih baik bukan. Kita mulai semuanya dengan niat baik."
"Terus bayiku gimana dok? Aku merasa tidak tenang meninggalkannya sendirian disini. Aku merasa khawatir bayiku kenapa - napa."
"Kamu tenang saja. Aku akan menyuruh suster Ika untuk menjaganya. Lagipula kita tidak akan menginap. Jadi jangan terlalu khawatir" ucap Wira penuh kelembutan.
kerahkan para intelejen buat nyari Naya sampai ke lobang tikus sekalipun....ah nggak ada usaha banget sih 😬😬😬