Apa jadinya jika seorang gadis bar-bar yang punya keahlian bela diri dan mampu mempergunakan berbagai macam senjata dengan baik, tiba-tiba tersedot pusaran waktu saat dirinya terjerembab pada lubang sumur yang dalam di tengah hutan saat dikejar oleh gangster.
Bukannya mati, tapi Aurora Valencia justru masuk ke dunia lain.
Di mana dia menemukan seorang lelaki berpakaian layaknya seorang pangeran sedang merintih kesakitan akibat luka di sekujur tubuhnya dan matanya.
Mata sosok pangeran itu mengeluarkan darah bagaikan telah ditusuk benda tajam yang mengakibatkan kebutaan permanen.
"Apakah ada orang, tolong aku." Ucap lelaki yang bernama Dexter Douglas dengan nafas terputus-putus.
Di waktu yang sama Aurora menemukan benda aneh berwujud seperti potongan kaca tapi saat disentuh, tubuh Aurora tersedot masuk ke dalam kaca yang ternyata terdapat sebuah ruangan luas penuh dengan hal-hal ajaib di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Suami Istri Bohongan
Aurora nampak cantik dengan balutan pakaian berwarna merah dan hitam.
"Kenapa aku seperti seorang Gipsi?" Gumam Aurora melihat penampilannya sendiri.
"Dan kamu Pangeran tahu gak, meskipun pakaianmu mirip seorang penyamun. Tapi tetap saja aura tampanmu sulit dihilangkan, aku khawatir penduduk masih akan mengenalimu." Ucap Aurora.
"Lalu aku harau bagaimana lagi?"
Aurora tidak ingin wajah kekasihnya dikenali penduduk kerajaan yang nantinya bisa buat rencana mereka kacau.
Jadi dengan gesit, Aurora mencari pohon jarak yang punya getah berwarna merah pekat dan lengket. Setelah berkeliling di dalam ruang ajaib, akhirnya Aurora menemukan pohon jarak merah dan langsung memetiknya.
"Pangeran menurut saja apa kataku."
Tes
Tes
Tes
Aurora meneteskan banyak getah pohon jarak di wajah Dexter, lalu mengoleskannya dengan sembarangan sehingga memunculkan seperti bekas luka sayatan pisau yang menjijikkan.
"Nah sudah, kalau begini tidak akan ada yang mengenali Pangeran." Ucap Aurora tertawa dengan lebar.
"Apa yang kamu lakukan pada wajahku?" Tanya Dexter meraba wajahnya.
"Aku buat wajah Pangeran jelek, jadi untuk sementara kita aman. Tapi awas, jangan cuci muka. Karena nanti getah pohonnya menghilang. Sekarang tugas Pangeran membawa kita keluar dari sumur tua ini. Dan aku akan menyimpan potongan cermin ini sebagai jaga-jaga. Kalau kita terdesak, bisa sembunyi di ruang ajaib kapan saja."
"Baiklah, aku menurut apa katamu." Ucap Dexter yang memang tidak punya pilihan selain mengikuti rencana dari gadis yang datang dari masa depan dan sekarang sudah menjadi kekasihnya dalam waktu sehari.
"Gerbang Kerajaan Thornewood Eldoria." Ucapnya sambil menggenggam tangan Aurora erat.
Hanya semenit, mereka tiba di perbatasan antara Kerajaan dengan hutan.
"Kita sudah sampai." Ucap Dexter.
"Pangeran hebat, kita tiba di tempat tujuan tanpa harus terjatuh seperti saat aku yang melakukannya." Ucap Aurora semakin merasa takjub.
"Itu karena aku sudah terbiasa melakukannya saat Kakekku masih hidup. Ayo kita jalan menuju kedai, kita harus istirahat dan membaca situasi untuk membuat sebuah rencana."
Aurora menuntun tubuh besar Dexter, lalu membawanya ke sebuah kedai yang di dalamnya tersedia penginapan. Beruntung tadi Dexter sudah meminta sekantong uang dari ruang ajaib. Yang membuat Aurora bingung, bentuk uangnya mirip seperti cerita legenda. Bukan uang kertas bergambar presiden, tapi kepingan logam yang berwarna seperti emas, perak dan perunggu.
"Permisi apa kami bisa mendapatkan makanan paling enak di sini?" Ucap Aurora pada pelayan kedai.
"Kalian penduduk baru? Kenapa aku baru melihat kalian di sekitar sini?" Tanya pemilik kedai curiga.
"Benar, kami berasal dari Kerajaan tetangga. Dan kebetulan ada yang ingin kami temui di Kerajaan ini." Ucap Aurora penuh keyakinan.
"Oh... Begitu, memangnya siapa yang ingin kalian temui?" Tanyanya lagi, membuat Aurora jengah kehilangan kesabaran.
"Bisakah Anda menyiapkan makanannya dulu, saya begitu lapar setelah menempuh perjalanan jauh." Ucap Aurora lemah.
"Oh... Baiklah akan aku siapkan segera makanan terlezat dari kedaiku." Ucap pemilik kedai langsung melipir menuju ke dapur untuk memasak.
"Dia bukan murni pemilik kedai, melainkan seorang mata-mata istana yang ditugaskan menjaga gerbang perbatasan. Hati-hati kalau akan berbicara, jangan sampai identitasku ketahuan mereka. Biarkan semua orang tahunya aku sudah mati, sebagaimana keinginan Louise dan Diandra." Ucap Dexter dingin.
"Kamu akan membiarkan mereka menikah? Mengkhianatimu sedemikian parahnya?" Tanya Aurora.
"Tidak ada pilihan lagi, toh aku sudah tidak sudi hidup bersama pengkhianat seperti mereka berdua. Suatu hari aku akan membalasnya, bukankah sekarang kita sudah menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai?" Ucap Dexter membuat Aurora bersemu.
"Tuan... Nyonya... Ini pesanan kalian." Ucap pelayan kedai memberikan satu nampan penuh makanan penuh daging.
"Sepertinya kita dijamu dengan spesial, apa mereka tahu bahwa kita banyak membawa uang?" Tanya Aurora berbisik lirih di telinga Dexter.
"Mungkin saja, apa kamu memakai pakaian glamor?" Tanya balik Dexter.
"Bukan salahku, tapi salahkan ruang ajaib yang memberiku pakaian ini. Warna merah terang ditambah rumbai-rumbai seperti mau karnaval saja."
Seorang prajurit kerajaan memasuki kedai, menatap aneh ke arah Aurora dan Dexter yang terlihat mencolok. Kemudian prajurit itu datang menghampiri dan bertanya seolah sedang mencurigai.
"Kalian pasangan suami istri? Berasal dari mana, tunjukkan kartu identitas kalian!" Ucap prajurit memberi perintah.
"Kami... Bukan..."
"Ya, kami adalah suami istri yang baru menikah."
Ucapan Aurora yang ingin menyangkal, kalah cepat dengan Dexter yang justru membenarkan kecurigaan prajurit itu.
"Kami baru menikah kemarin, jadi kartu identitasnya belum selesai dibuat. Tujuan kami datang adalah untuk bulan madu." Ucapan Dexter sontak membuat Aurora semakin salah tingkah.
"Oohhh... Jadi memang kalian bukan penduduk kerajaan ini." Ulang prajurit.
"Ya, kami datang untuk merayakan pernikahan kami yang belum ada 24 jam." Ucap Dexter meyakinkan.
"Kalau begitu, saya turut bahagia. Ada kamar khusus pengantin di penginapan ini. Kalian bisa memesannya." Ucap prajurit itu sebelum pergi.
"Pangeran, apa-apaan ini. Kenapa jadi mengaku kita pasangan yang sedang bulan madu." Bisik Aurora.
"Tidak ada pilihan lain, jika tidak ingin semua rencana yang kamu buat gagal." Jawab Dexter.
"Tapi aku masih perawan, pangeran. Masa iya tidur satu kamar?" Ucap Aurora nampak kurang setuju.
"Satu kamar bukan berarti satu ranjang. Aku yang di ranjang, sedangkan kamu bisa tidur di lantai." Jawab Dexter tanpa ragu.
"Waduh... Kalau begitu aku tidak mau. Itu namanya melanggar hak asasi, Pangeran tidak berperi keperawanan." Ucap Aurora menatap sengit, sementara yang ditatap tidak melihat ekspresi kesal yang sedang Aurora tunjukkan.
"Sudah jangan terbawa emosi, makan dulu katanya lapar. Baunya seperti daging rusa lho, kamu belum pernah makan. Ini rasanya enak sekali, kalau tidak mau jatahmu buat aku saja." Ucap Dexter.
"Ternyata seorang Pangeran rakus juga, yang di hadapannya saja belum disentuh sudah minta jatah orang." Omelan Aurora terdengar sangat lucu.
"Bagaimana mau makan, sudah tahu aku orang buta." Ucap Dexter.
"Buta, tidak harus bersikap manja." Balas Aurora masih merasa kesal.
"Tapi, kamu bilang kamu cinta. Yang aku tahu jika mencintai itu artinya memanjakan orang yang dicintainya, jadi tidak salah kan jika aku minya dimanja olehmu." Ucap Dexter tanpa ekspresi, tapi dalam hati dia terpingkal-pingkal karena berhasil mengerjai kekasih barunya.
"Buka mulutmu!" Perintah Aurora kasar.
"Yang lebih lembut dong sayang."
Deg
'Sayang... Pangeran panggil aku sayang?' Aurora salah tingkah sendiri.
Sedangkan Dexter juga merasa apa yang tadi dia ucapkan spontan keluar dari bibirnya tanpa rencana.
Suasana meja menjadi teramat canggung, hal itu membuat pemilik kedai dan prajurit saling tatap curiga.
"Kalian kalau sudah tidak tahan, langsung masuk kamar saja." Ucapnya.
"Haaa..." Aurora melongo mendengar celetukan prajurit yang senyum-senyum sendiri.
"Benar, tidak apa meskipun masih pagi. Namanya pengantin baru, maunya bermesraan terus." Ucap pemilik kedai.
"Silahkan masuk ke kamar khusus pengantin baru, di sana ada fasilitas kamar mandi di dalam."
"Astaga... Sebaiknya aku pergi saja dari tempat ini." Ucap Aurora.