Alma Seravina, seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Hostess di sebuah klub malam, harus menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat sekitarnya. Pekerjaannya yang unik, yang memerlukan dia untuk bekerja di malam hari, sering kali disalahpahami sebagai pekerjaan yang tidak pantas. Namun, Alma tetap mempertahankan pekerjaannya untuk membesarkan anak satu-satunya. Meskipun pandangan masyarakat membebani dirinya, Alma tidak pernah menyerah sedikitpun apalagi setelah mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit parah.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba saja seorang pemuda yang usianya jauh di bawah Alma memasuki kehidupannya untuk balas dendam atas kematian tunangannya yang berkaitan dengannya. Namun, bukannya berhasil membalaskan dendam, Gevan justru malah terjebak nikah dengan Alma.
"Ayo menikah dan tandatangani kontrak ini!"
Alma tersenyum remeh, "Apa kamu bercanda? Aku tidak pantas jadi istri kamu, aku lebih pantas jadi kakak atau Tante kamu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tersudut
Alma terdiam mendengar ucapan Dokter. Bagaimana dia menjalani tes bersama suami, jika suami saja dia tidak punya.
Dokter segera terdiam saat menyadari bahwa dia tidak sengaja berkata mengenai suami. Bahkan dengan jelas tadi dia mendengar jika Alma hamil tanpa seorang suami.
Dokter mendeham, "Maksud saya silahkan Anda lakukan tes kecocokan di ruangan khusus untuk pemeriksaannya. Semoga sum-sum Anda cocok dengan Nona Rose." tutur Dokter hati-hati.
Alma mengangguk, "Baik, Dok. Saya akan menjalankan tes." Alma segera berdiri hendak pergi ke ruangan yang di sebutkan Dokter tadi.
Namun, langkahnya terhenti saat dokter kembali berbicara.
"Nyonya, selain itu ada hal yang lebih penting yang harus anda persiapkan!" ucap Dokter.
Alma berbalik menyeka wajahnya, "Apa itu Dokter?"
"Seperti yang kita tahu, operasi pencangkokan sumsum tulang belakang tidak semudah mengoperasi penyakit yang lainnya. Butuh waktu yang cukup lama juga biaya yang sangat besar. Jika Anda ingin menyelamatkan nyawa Nona Rose dengan mengambil tindakan operasi, maka anda setidaknya harus menyiapkan uang kurang lebih satu sampai dua milliar."
Mata Alma membulat sempurna mendengar penuturan Dokter. Uang sebanyak itu dari mana Alma bisa mendapatkannya?
"Dua miliar, Dok?"
Bukan hanya Alma, tapi ibu Julia juga ikut melongo mendengar nominal fantastis yang harus anaknya bayarkan untuk menjalani operasi Rose cucunya.
"Uang sebanyak itu? Mendengarnya saja aku merinding!" lirih ibu Julia sambil mengusap tangannya dengan kasar.
Alma kembali duduk di kursinya dengan tatapan nyalang sambil menelan salivanya dengan kasar. Uang sebanyak itu bagaimana dia bisa mendapatkannya?
"Baik, Dok. Saya akan segera mencari uang untuk pengobatan Rose. Tolong lakukan yang terbaik untuk menyembuhkan, Rose."
Mata ibu Julia melotot tajam saat mendengar ucapan anaknya itu. "Apa dia sudah gila? Uang sebanyak itu dari mana dia akan dapat!" gumamnya dalam hati.
Alma segera berdiri dan langsung keluar dari ruangan Dokter yang di susul ibu Julia.
"Alma tunggu!"
Alma langsung menghentikan langkahnya saat bahunya di cekal ibu Julia.
"Ada apa, Bu?"
"Mau kemana kamu sekarang? Cari uang satu miliar itu bukan hal yang mudah, apalagi dua miliar Alma! Itu jumlah uang yang sangat fantastis, mustahil kamu mendapatkan uang itu, menghayalkannya saja sudah mustahil!"
Alma menghela nafasnya, "Alma tahu, Bu. Tapi Alma harus coba cari uang itu."
Ibu Julia mendelik, "Lebih baik kita beli rumah dan mobil jika punya uang sebanyak itu!" gerutu ibu Julia yang nyaris tidak terdengar suaranya.
Alma mengerutkan keningnya, dia faham apa yang saat ini sedang dipikirkan oleh ibu Julia. Namun, ini masalah hidup dan mati Rose, putri satu-satunya yang dia miliki dan Alma tidak ingin terjadi apa-apa pada Rose.
"Kalau begitu aku pamit pergi dulu. Ibu tolong jaga Rose sampai Alma kembali ya, Bu."
Ibu Julia menghembuskan nafas kasar. "Memang siapa lagi yang akan menjaga dia kalau bukan aku!" jawabnya ketus.
Alma berlalu pergi menuju tempat kerjanya untuk berbicara dengan Royce, manajer club sekaligus penanggung jawab club. Namun, sebelum pergi Alma lebih dulu memberi pesan pada Royce.
(Massage Royce)
Alma - "Royce, apa saat ini kamu ada di kantor? Ada hal yang ingin aku sampaikan."
Royce - "Datanglah aku sedang santai."
Setelah memastikan Royce ada di kantor, Alma segera bergegas untuk menemui pria yang dominan seperti wanita itu.
Club' Sunrise Star
Tok!
Tok!
"Masuk."
Alma membuka kenop pintu lalu masuk ke dalam ruangan Royce tanpa ragu.
Saat pintu terbuka suara erangan terdengar jelas yang membuat mata Alma melotot tajam melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
"Aw, sorry! Nanti aku balik lagi," ucap Alma yang langsung memalingkan wajahnya.
Royce menghentikan aktivitasnya, "No, sekarang aja! kita udah selesai," ucap Royce dengan suara terengah-engah.
Alma segera mengatur nafasnya dan bersikap tenang di hadapan Royce dan lawan mainnya.
"Ada apa Alma kamu mendadak ingin bertemu?" tanya Royce Sambil mengibaskan lengannya pada pria di sampingnya.
Laki-laki itu keluar dengan wajah tak mengenakan.
"Royce, aku sedang butuh uang, anak ku Rose saat ini sedang ada di rumah sakit, dia sedang menjalani pengobatan," jelas Alma.
"Oh uang, berapa yang kamu butuhkan? Biar aku transfer sekarang."
Royce mengangkat ponsel miliknya sambil meneguk air putih.
"Dua miliar."
Uhuk!
Royce hampir tersedak air yang dia minum saat mendengar nominal yang di sebutkan Alma.
"What? Are you serious! Dua miliar kamu bilang?"
Alma mengangguk, "Rose harus di operasi dan butuh biaya dua miliar, Royce. Aku mohon tolong bantu aku kali ini, aku janji aku akan kerja lebih giat lagi bahkan aku siap kerja 24 jam untuk mengganti uang yang aku pinjam."
Royce menggelengkan kepalanya, "Sorry darling, aku kira cuman seratus atau dua ratus juta. Kalau dua miliar maaf aku nggak bisa bantu kamu, Alma."
"Tapi Royce, cuman kamu yang bisa bantu aku! Kalau bukan kamu siapa lagi?"
"Itu nominal yang sangat besar, Al! Mana mungkin aku kasih itu sama kamu tanpa jaminan!" ucapnya ketus.
Alma kembali menghela nafasnya. "Aku kira aku bukan orang asing di tempat ini. Ternyata aku salah, aku bantu kemajuan club ini dengan susah payah tapi bahkan kalian nggak bisa bantu kesusahan yang sedang aku alami saat ini."
"Maaf Al, kamu tahu sendiri prosedur yang ada di club' kita ini."
"Oke nggak apa-apa, Roy. Aku pergi dahulu."
Alma segera berdiri dan langsung pergi dengan rasa kecewa tanpa menoleh lagi.
"Kemana lagi aku harus cari uang sebanyak itu?" gumam Alma sambil memejamkan matanya.
Perlahan-lahan Alma berjalan menyusuri lorong demi lorong club tempatnya bekerja hingga sampai di depan pintu utama. Wanita itu sekilas menoleh ke arah lain yang di sana sudah banyak wanita-wanita yang tengah bersiap untuk bekerja.
"Apa aku harus menemui madam Dara?" gumamnya.
"Hei, Alma!"
Alma terkejut saat Tesa menepuk bahunya.
"Ya ampun, Tesa," sapa Alma sambil tersenyum tipis.
"Alma, kamu lagi apa di sini? Ini masih siang, apa kamu ada kerja tambahan?" tanya Tesa.
Alma tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Nggak, ada urusan sedikit tapi sekarang sudah selesai," jawab Alma.
"Kalau boleh tahu urusan apa?"
Alma menatap Tesa dengan tatapan nyalang, Alma tak ingin melibatkan siapa pun dalam urusannya.
"Hanya masalah kerjaan," jawab Alma singkat.
Tesa menganggukkan kepalanya, "Tapi tadi kenapa kamu lihat mereka? Apa ada yang kamu kenal?"
Lagi, Tesa kembali bertanya pada Alma yang berhasil membuat perasaannya tidak nyaman.
Alma hanya menggelengkan kepalanya perlahan.
"Eh maaf, pasti kamu nggak nyaman ya?"
Alma menghela nafasnya, "Nggak apa-apa kok, kalau gitu aku permisi pamit dulu," ucap Alma sambil menepuk pundak Tesa.
Alma kembali berjalan menyusuri jalanan yang sangat ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang. Namun, pikirannya hanya tertuju pada Rose yang saat ini ada di rumah sakit. Entah harus bagaimana lagi cara Alma mencari uang dua miliar untuk Rose agar bisa di operasi.
"Tuhan, kenapa harus aku, Kenapa bukan orang lain yang mampu saja Tuhan?"
Dalam kebisingan Alma hanya bisa menjerit di dalam hatinya. Saat ini dia sangat ingin menangis sekencang-kencangnya sambil berteriak lepas. Tapi bahkan dalam kondisi seperti ini dia tidak bisa melakukan itu, tidak ada siapa pun, tidak ada teman yang bisa menemani Alma untuk menenangkannya.
Alma berhenti di sebuah danau dengan view yang sangat menyejukkan. Di sini dia bisa menenangkan hati dan pikirannya yang terus bergulat memikirkan cara agar mendapatkan uang dengan cepat namun tidak terjerumus kedalam lembah hitam. Alma duduk di bangku yang ada di sana, wanita itu menyandarkan kepalanya di pohon yang besar lalu perlahan-lahan menutup matanya sambil merasakan angin yang berhembus semakin kencang hingga tak sadar akhirnya dia terlelap tidur.
Derd!
["Aku akan datang!"]