NovelToon NovelToon
Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cintapertama / Enemy to Lovers
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ayusekarrahayu

Maya, anak sulung yang doyan dugem, nongkrong, dan bikin drama, nggak pernah nyangka hidupnya bakal “dipaksa” masuk dunia yang lebih tertib—katanya sih biar lebih bermanfaat.

Di tengah semua aturan baru dan rutinitas yang bikin pusing, Maya ketemu Azzam. Kalem, dan selalu bikin Maya kesal… tapi entah kenapa juga bikin penasaran.

Satu anak pembangkang, satu calon ustadz muda. Awalnya kayak clash TikTok hits vs playlist tilawah, tapi justru momen receh dan salah paham kocak bikin hari-hari Maya nggak pernah boring.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayusekarrahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31 Bintang Pesantren Sesungguhnya

Rita dan Putri hanya bisa menunduk, wajah mereka pucat pasi. Suasana di depan toilet terasa tegang, bahkan suara gemuruh acara dari aula tak mampu menutupi kekesalan Nadia.

“Udah, kita mundur dulu sebelum orang lain lihat,” desis Nadia tajam. Ia berbalik cepat, melangkah dengan sepatu haknya yang berdetak keras di lantai keramik. Dua pengikutnya berjalan di belakang, menunduk tanpa suara.

Begitu mereka sampai di balik tirai panggung, Nadia menatap panggung dengan mata menyipit. Maya masih berdiri di depan, wajahnya tenang, suaranya mengalun indah saat melanjutkan bacaan ayat suci. Tepuk tangan pun terdengar meriah setelah ia selesai.

Ia sempat menoleh ke arah Azzam yang tampak berdiri dengan senyuman penuh arti yang baru ia lihat pertama kalinya. “Azzam...tatapan kamu itu, kenapa harus disertai senyuman sehangat itu, dan apa ini? semua itu karna Maya?” gumamnya pelan, bibirnya mencebik kesal.

Setelah sesi tilawah selesai, Maya kembali memandu acara dengan lancar. Tak ada sedikit pun tanda-tanda ia terganggu. Justru ia tampak semakin percaya diri dan bersinar.

Sementara itu, di balik panggung, Sinta dan Zahra masih berusaha menahan tawa setiap kali mendengar suara pintu toilet terbuka lalu tertutup lagi.

“Wi, kamu masih kuat ga?! apa perlu kita bawa ambulan nih," teriak Zahra setengah bercanda.

Dari dalam, terdengar suara Dewi parau, “Jangan nanya! Gue lagi perang dunia ketiga di sini!”

Rara sampai terpingkal, “Udah Wi, itu bener-bener karma instan. Minum teh orang gak bilang-bilang!”

“Gue janji gak bakal gitu lagi! Tolongin gue, ambilin air putih satu botol, please!” rintih Dewi dari balik pintu.

Zahra masih tertawa sambil mengipas-ngipas wajahnya. “Oke, oke, sabar, Aku ambilin. Tapi kamu harus kuat ya sampe acara selesai, Wi. Jangan tumbang di medan perang!”

Beberapa panitia lain yang lewat sampai menoleh ke arah mereka, bingung tapi juga menahan senyum mendengar percakapan lucu itu.

Sementara itu di panggung depan, acara berjalan semakin meriah. Maya kini memanggil satu per satu perwakilan dari tiap bagian untuk menyampaikan laporan kegiatan dan sambutan singkat dari para perangkat desa serta pemimpin pesantren. Setiap langkah dan ucapannya disambut antusias.

Azzam memperhatikan dari jauh. Ada rasa bangga terselip di dalam dirinya, meski ia sendiri tak bisa menjelaskan kenapa. “Anak itu... punya karisma alami,” gumamnya lirih.

Namun dari tempat duduk tamu, Nadia terus menatap dengan tatapan menusuk. Kegagalannya hari ini membuat dadanya terasa panas. Ia menggenggam tangannya kuat-kuat di pangkuan, menahan emosi.

“Aku gak akan berhenti di sini, Maya…” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. “Kami pikir kamu bisa terus bersinar? Kita liat aja nanti.”

Senyum tipis yang berbahaya muncul di sudut bibirnya, sebelum ia berdiri perlahan dan meninggalkan aula dengan langkah tenang, namun menyimpan rencana baru di balik pikirannya.

......................

Sore mulai menjelang ketika acara utama selesai. Namun suasana di aula masih hangat dan penuh antusiasme, sebab sesi terakhir baru akan dimulai, sosialisasi bisnis dan program kemitraan keluarga Wicaksono, yang dipimpin langsung oleh Pak Arman.

Maya yang semula menjadi MC kini duduk di barisan depan bersama panitia, menatap ayahnya yang bersiap di panggung. Meski sudah terbiasa melihat ayahnya memimpin rapat dan berbicara di depan banyak orang, kali ini terasa berbeda. Ada rasa kagum terselip di dadanya, walaupun ia mencoba menutupinya.

Azzam maju sebentar untuk memperkenalkan tamu kehormatan itu.

“Selanjutnya, kami persilakan kepada Bapak Arman Wicaksono, selaku tamu kehormatan sekaligus mitra utama kegiatan sosial pesantren Nurul Hikmah, untuk menyampaikan sambutan sekaligus sosialisasi program bisnis beliau.”

Tepuk tangan menggema di seluruh aula.

Pak Arman berdiri tegap, mengenakan batik biru tua dengan lengan digulung rapi. Senyumnya hangat tapi berwibawa, sorot matanya tajam, tipikal seorang pebisnis sukses yang terbiasa memimpin.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab hadirin serempak.

Pak Arman menatap seluruh ruangan sebelum mulai berbicara.

“Terima kasih atas sambutan hangatnya. Saya merasa sangat terhormat bisa berada di sini, di tempat yang begitu penuh berkah ini.”

Beliau berhenti sejenak, menatap sekilas ke arah Kiai Bahar dan para guru.

“Saya datang bukan hanya sebagai seorang pengusaha, tapi juga sebagai seorang ayah yang belajar banyak dari putrinya sendiri,Maya.”

Maya sontak menunduk malu. Beberapa santri di sebelahnya langsung berbisik-bisik kecil, merasa terkejut mengetahui bahwa Maya ternyata anak dari donatur tetap pesantren. Mulai terdengar bisikan ada yang kagum tapi juga ada yang mencebik membicarakan dengan nada tak suka.

Pak Arman melanjutkan dengan nada lebih tegas.

“Program yang ingin saya sampaikan hari ini adalah ‘Kemitraan Mandiri Wicaksono Group’, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar pesantren, terutama para santri dan alumni, agar memiliki kemampuan wirausaha mandiri.”

Suara gemuruh kagum terdengar dari para santri dan guru.

“Kami membuka peluang pelatihan gratis di bidang manajemen usaha, pemasaran, serta produksi kecil-menengah, dan akan bekerja sama dengan pesantren Nurul Hikmah sebagai pusat pelatihannya.”

Bu Rani yang duduk di barisan depan tersenyum bangga, begitu pula Kiai Bahar yang mengangguk berkali-kali.

“Kami percaya, santri bukan hanya bisa mengaji, tapi juga bisa menjadi penggerak ekonomi yang jujur dan berintegritas,” lanjut Pak Arman. “Dengan begitu, pesantren akan melahirkan bukan hanya ulama, tapi juga pemimpin masa depan.”

Tepuk tangan pecah di seluruh aula.

Maya menatap ayahnya dengan ekspresi datar, tapi sorot matanya tak mampu menyembunyikan rasa bangga yang tumbuh diam-diam. Dalam hatinya, ia berbisik, “Pah... kenapa sih, jadi sweet dan gagah gini? hilang deh aura gue buat keliatan cool.”

Di barisan belakang, Azzam mengangguk kecil.

“Luar biasa,” gumamnya. “Kalau program ini berhasil, pesantren bisa jauh lebih maju.”

Namun tidak semua wajah di aula menampakkan senyum.

Di sudut ruangan, Nadia menatap ke arah panggung dengan rahang mengeras.

“Jadi... ini alasan kenapa Maya diperlakukan beda oleh Azzam, rupanya dia adalah anak dari donatur tetap, pantes aja, Maya kesombongan kamu ini akan segera terbayarkan!," gumamnya lirih.

Tangannya mengepal pelan di atas pangkuan, wajahnya tampak tersenyum tipis. Sementara itu, Rita dan Putri yang duduk di sebelahnya saling berpandangan, rupanya sesuatu yang baru tengah mereka rencanakan kembali.

.....................

Setelah sesi sosialisasi selesai, beberapa guru dan tamu undangan langsung mengerubungi Pak Arman, menanyakan detail programnya.

Para panitia ikut membantu membagikan selebaran kemitraan yang sudah dicetak rapi.

“Hebat banget, May,” puji Sinta yang baru saja kembali dari toilet (setelah memastikan Dewi benar-benar aman). “Ayah kamu kayak tokoh inspiratif banget. Aku aja pengen daftar jadi peserta pelatihannya!”

Maya tertawa kecil. “Aduh, lo pada kalau mau ikut pelatihannya, buruan daftar gue mah gak tertarik jadi pebisnis, lebih suka jadi bintang pesantren aja."

Zahra menambahkan dengan nada geli, “Ah iyaa deh bintang pesantren, Tapi yang paling penting... teh itu akhirnya gak diminum sama kamu. Coba kalo iya, kebayang gak acara bakal kayak gimana?”

Rara ngakak, “Bisa-bisa bukan Pak Arman yang sosialisasi, tapi kamu yang sosialisasi ke toilet!”

Semua tertawa. Bahkan Maya pun sampai menutupi mulutnya sambil menahan geli.

Sementara itu, Dewi akhirnya muncul lagi dari arah belakang, wajahnya lemas tapi sudah jauh lebih tenang.

“Gue... udah hidup lagi,” katanya dramatis, disambut tawa pecah dari teman-temannya.

“Selamat datang kembali dari medan perang, prajurit Dewi,” seru Maya. “Misi gagal tapi korban selamat!”

Dewi langsung mengangkat tangan menyerah. “Pokoknya gue kapok. Sumpah, teh orang gak bakal gue sentuh lagi seumur hidup.”

Sinta hanya menggeleng sambil tersenyum. “Udah, yang penting semua selamat. Acara juga sukses.”

Dari arah belakang mereka Ustadz Azzam datang dengan wajah hangatnya. "Permisi...," Maya menoleh lalu mata keduanya bertemu.

Ada senyum hangat yang tak biasa dari ustadz Azzam, begitu pula dengan Maya. Ia yang biasanya tak bisa diam itu kini malah terpaku dengan wajah tersenyum tipis.

"Maya hari ini kamu hebat sekali, saya bangga," Ustadz Azzam tersenyum kecil.

Namun senyum itu mampu membuat, Maya justru diam membeku. 'Gak bisa!! kali ini dia lebih menggoda daripada Bruno Mars sekalipun," monolognya dalam hati.

.

.

✨️ Bersambung ✨️

1
Richboy I
semangat ka othor, ditunggu lanjutannya
Ayusekarrahayu: siappp makasihhh kakakk😍
total 1 replies
Hesty
bikin nadia ketauan thoor
Hesty
kalau bisa thoor jangan ada poligami... bikin nadia kena karmanya... dikeluarkandari pesantren
Ayusekarrahayu: siapp kakak masukan diterimaa😍🙏
total 1 replies
Rian Ardiansyah
di tunggu part selanjutnya kak👍
Ayusekarrahayu
Ayooo bacaa di jaminnn seruuu
Rian Ardiansyah
di tunggu kelanjutannya nyaa kak
Tachibana Daisuke
Bikin syantik baca terus, ga sabar nunggu update selanjutnya!
Ayusekarrahayu: sudah up ya kak
total 1 replies
Rian Ardiansyah
wowww amazing
Rian Ardiansyah
ihh keren bngtttt,di tungguu kelanjutan nyaaaa kak😍
Ayusekarrahayu: makasiii😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!