Valda yang saat itu masih SD, jatuh cinta kepada teman dari perumahan seberang yang bernama Dera. Valda, dibantu teman-temannya, menyatakan perasaan kepada Dera di depan rumah Dera. Pernyataan cinta Valda ditolak mentah-mentah, hubungan antara mereka berdua pun menjadi renggang dan canggung. Kisah pun berlanjut, mengantarkan pada episode lain hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achmad Aditya Avery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden Jatuh dari Panggung
Setelah lagu ciptaan selesai kami nyanyikan, tiba saatnya untuk lagu terakhir. Lagu yang sangat kontras dari tema kemerdekaan, yaitu Main Serong. Sebenarnya aku tidak terlalu setuju lagu ini dinyanyikan pada momen kemerdekaan. Namun demi AVEOBA, aku siap untuk menggila di panggung dengan lagu itu.
“Iya! Semuanya siap? Ini lagu terakhir, The Changcuters, Main Serong! Mulai!” teriakku dengan penuh semangat. Amda memulai permainan gitarnya, dilanjutkan dengan Osa dan Erdy.
Ma ma ma main serong berbahaya, but it’s so fun!
Tingkat kegilaanku berada pada puncaknya. Aku tidak peduli pada lirik lagi. Musik ini membuatku ingin lompat setinggi-tingginya.
Aku berniat melompat dari atas panggung yang kelihatannya pendek itu. Jika aku melompat dan beraksi di bawah sana, mungkin aku bisa menarik perhatian juri, lagi pula mikrofon yang kugunakan ini adalah mikrofon tanpa kabel. Tidak masalah mau dibawa ke mana pun, tetap akan ada suaranya. Akhirnya, aku memutuskan untuk melakukan hal yang cenderung mendadakitu. Lompat dari panggung. Tapi ….
Duaaak!
Aku jatuh di tanah, tidak disangka ternyata dari atas panggung hingga ke tanah itu lumayan tinggi. Memalukan jika jatuh dalam keadaan seperti ini sementara lagu belum selesai. Tidak mungkin aku berhenti di sini.
Tanpa pikir panjang, aku langsung bergaya seperti orang yang sedang melakukan breakdance. Tidak peduli seaneh apa gerakan badan ini, bahkan jika itu terlihat seperti orang yang sedang ciuman dengan tanah.
Aku mencoba berdiri karena bagian melodi gitar sudah selesai. Waktunya kembali bernyanyi. Saat aku berdiri dan bernyanyi dengan semangatnya. Aku kaget, saat mendengar suara yang begitu keras.
Makin keras bernyanyi, suara itu membalasnya lebih keras lagi. Ternyata aku berdiri tepat di samping speaker besar. Telinga ini berdengung.
Lekas dengan cepat berlari kembali ke atas panggung lewat sisi samping sambil bernyanyi. Sesampainya di atas panggung, aku mencoba tersenyum, lebih tepatnya nyengir untuk menandakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, lalu kami menyelesaikan lagu ini hingga selesai.
Helaan napas seperti baru saja lari maraton. Aku mengucapkan terima kasih dan memberikan salam penutup tanda penampilan kami sudah selesai.
Setelah itu, kami membicarakan penampilan tadi sambil minum dan istirahat. Erdy terus mengeluh karena suara basnya tidak sesuai harapan. Amda makin tidak percaya diri melihat peserta yang tampil setelah kami menunjukkan penampilan yang sungguh luar biasa. Osa yang pertama kali membahas tentang lompatan anehku tadi.
“Val, tadi kenapa lu? Jatuh?” kata Osa.
“Iya Val, kayak orang gila lu tadi,” sambung Erdy sambil tertawa.
“Niat gue cuma mau gaya doang. Lompat dari panggung terus nyanyi di bawah sambil jalan-jalan. Eh, enggak tahunya, panggung sama tanah jaraknya ketinggian. Gue kira pendek, ya jatuh dah,” jawabku sambil tertawa.
“Ah, geblek lu, Val! Tadi orang yang di samping gue nanya pas gue lagi main drum, ‘Itu temen lu kenapa? Gila atau lagi stres?’ Gue cuma bilang lagi stres kali, Bang,” kata Osa.
“Aih parah, tapi yang penting ‘kan enggak bikin konser kacau. Anggap aja itu buat cari perhatian,” kataku sambil tertawa.
“Cari perhatian gimana? Terus ngapain aja tadi di bawah? Gue kira enggak bisa bangun lagi lu,” tanya Amda.
“Joget-joget, breakdance!” jawabku.
“Ah, dodol lu, Val! Aneh-aneh aja,” kata Osa.
“Emang bener-bener lu!” kata Amda.
Aku tertawa mendengar ocehan mereka. Anehnya aku sama sekali tidak malu. Saat itu penampilan kami memang kurang maksimal. Erdy yang basnya tidak sesuai harapan, Amda yang saat itu sedang ada masalah dengan kekasihnya, Moni. Namun, aku salut dengan mereka, tetap bisa menutupi masalah, dan stay cool saat konser. Kami memutuskan untuk bersantai di rumahku, sekadar menghapus galau dan membahas sampai puas tentang konser tadi.
Sesampainya di rumah, kami langsung duduk dan bersantai. Aku mengambil beberapa makanan dan minuman. Mereka terus-menerus membahas tentang penampilan tadi. Amda tidak yakin jika kita akan menang. Melihat kebanyakan peserta yang sangat luar biasa niat. Erdy juga demikian. Namun, aku mencoba menepisnya dan membayangkan bahwa nama AVEOBA akan dipanggil saat pengumuman pemenang.
Keesokan harinya, ada acara menghias kelas. Akhirnya aku bisa lebih membaur dengan teman-teman di kelas XI.2 ini. Aku ikut membantu. Sebenarnya kami mulai menghias kelas dari hari Jumat. Kali ini hanya tinggal memberikan sentuhan terakhir.
Aku yang saat itu lagi suka-sukanya menggambar manga, begitu semangat menggambar seluruh isi papan tulis menggunakan spidol. Gambar yang bertemakan tentang kemerdekaan disajikan dalam versi manga.
Yep! Kami sudah selesai mendandani kelas kami, tinggal menunggu hasil. Kurang lebih tiga puluh menit, sekitar jam setengah 10 penilaian dimulai. Hasilnya tidak sesuai harapan, kami kalah. Namun, itu tidak membuat kelas kami terpecah. Kami justru makin akrab.
Ini awal yang baik. Aku rasa orang-orang yang menjadi bagian dari kesuraman di masa lalu kini sudah berubah. Mereka tidak lagi menciptakan kelas yang suram bagiku.
Keesokan harinya adalah peringatan hari kemerdekaan Indonesia. Kami semua melakukan upacara. Setelah selesai, aku kembali bersama AVEOBA. Kami akan tampil pada sebuah acara tidak jauh dari sekolah kami.
Kami sengaja membawa baju ganti meskipun menggunakan celana sekolah. Tenang saja, kami sudah mempersiapkan penampilan untuk hari ini. Dua lagu andalan yang akan kami nyanyikan yaitu Racun Dunia dan Main Serong.
Penentuan lagu ini benar-benar membutuhkan waktu yang lama, tidak sembarangan. Pertama Amda ingin menyanyikan lagu Peterpan yang judulnya Mimpi yang Sempurna. Kami saja belum pernah latihan menggunakan lagu itu. Aku juga belum hafal liriknya walaupun kelihatannya cukup mudah. Amda juga sedang idam dengan lagu Kotak yang berjudul Masih Cinta. Dia terus-menerus menyodorkan lagu itu di telinga tapi aku menolak karena sepertinya lagu itu terlalu galau jika dibawakan di pagi hari.
Aku juga ngotot ingin menyanyikan lagu ciptaan, tapi Amda dan Erdy tidak setuju karena nadanya kurang enak. Rencana lagu itu akan diaransemen ulang. Akhirnya kami memutuskan membawakan lagu Racun Dunia dan Main Serong.
Akhirnya acara dimulai. Saat kami sedang menunggu giliran manggung, tiba-tiba kami melihat Bu Zeni, guru matematika dan Miss Cita yang saat itu menjadi guru bahasa Inggris. Mereka melewati lokasi yang akan menjadi tempat kami tampil ini. Miss Cita dengan motornya, sementara Bu Zeni menggunakan sepeda. Mereka melihat kami, lalu turun dan menghampiri kami.
“Wah, Valda ngapain di sini? Nakal yah, sudah main di tongkrongan sekarang?” kata Bu Zeni.
“Eh, enggak Bu, kami mau tampil Bu, di sini,” jawabku setelah kami mencium tangan keduanya.
“Eh, Amda sama Erdy juga ada? Mau tampil apa kalian?” tanya Bu Zeni.
“Kami mau konser Bu,” jawabku.
“Wah, awas entar prestasinya turun gara-gara nge-band lagi,” kata Bu Zeni.
“Ehehe, jangan sampai dong Bu,” kata kami serentak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...