Pertempuran sengit di akhir musim kedua mengubah segalanya. Xander berhasil menundukkan Edward dan sekutunya, namun harga yang harus dibayar sangat mahal: darah, pengkhianatan, dan tumbangnya Evan Krest—sekutu terkuat yang selama ini menjadi sandaran kekuatannya.
Kini, di season ketiga, badai yang lebih besar mulai berhembus. Cincin takluk yang melilit jari para musuh lama hanyalah janji rapuh—di balik tunduk mereka, dendam masih menyala. Sementara itu, kekuatan asing dari luar negeri mulai bergerak, menjadikan Xander bukan hanya pewaris, tapi juga pion dalam permainan kekuasaan global yang berbahaya.
Mampukah Xander mempertahankan warisannya, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menjaga sisa-sisa kepercayaan sekutu yang tersisa? Ataukah ia justru akan tenggelam dalam lautan intrik yang tak berujung?
Pewaris Terhebat 3 menghadirkan drama yang lebih kelam, pertarungan yang lebih sengit, dan rahasia yang semakin mengejutkan.
SAKSIKAN TERUS HANYA DI PEWARIS TERHEBAT 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Xander tiba di kediaman utama beberapa menit kemudian. Meski meninggalkan rumah sebentar, ia benar-benar rindu dengan putranya.
Saat memasuki kamar, Xander melihat Lydia tengah memangku putranya. Pemandangan ini benar-benar pemandangan yang begitu menenangkan.
"Kakekmu dan anggota keluarga Hillborn akan berkunjung hari ini. Mereka ingin melihat anggota baru keluarga kita." Lydia tersenyum.
"Kapan mereka akan datang?" tanya Xander seraya mengikuti Lydia keluar dari ruangan. Ia harus sedikit menahan rindu karena Lizzy harus menyusui putranya.
"Mereka sudah berada di Royaltown. Kemungkinan mereka akan tiba beberapa menit lagi." Lydia duduk di sofa. "Bagaimana dengan pertemuanmu dengan keluarga Ashcroft, Alexander?"
"Semua berjalan dengan baik. Mereka sepakat untuk bekerja sama dalam proyek bisnis di negara Caldora. Hanya Dalton yang tampak menolak, tapi dia tidak memiliki kawan yang mendukungnya."
Lydia menghembus napas panjang. "Alexander, aku sebenarnya khawatir dengan keadaan kita, terutama keadaan putramu. Entah mengapa bayangan masa lalu terus menghantuiku. Aku takut jika kejadian naas itu kembali terulang."
Xander menatap pintu kamar. "Aku juga merasakan hal yang sama. Untuk itu, aku melakukan penjagaan dengan sangat ketat.
Sampai saat ini, keluarga Ashcroft masih belum tahu jika aku sudah menikah dan memiliki putra. Mereka tidak memiliki kekuatan apapun lagi untuk melakukan pemberontakan, terlebih setelah Franco, Fabian, dan Felix mengakui status pewaris paman di hadapan keluarga Ashcroft."
Xander menjeda sejenak. "Selain itu, Edward, Caesar, Franklin, dan yang lain juga diawasi sangat ketat oleh pasukanku. Kita bisa melihat aktivitas mereka dengan lebih jelas, terlebih setelah kita memberi tugas pada mereka untuk mengelola proyek di Vistoria, Havreland, dan Lytora."
Lydia menyentuh tangan Xander. "Hal bisa saja terjadi meski kita sudah berencana sesempurna apapun, terlebih tidak adanya Miguel di sisi kita. Aku mengakui kemampuan para pengawal kita, tetapi mereka tetap memiliki keterbatasan."
"Aku mengerti kekhawatiranmu, Bu. Aku pastikan akan menjaga keluarga kita dengan sebaik mungkin."
Xander memejamkan kata sesaat, mengelus tangan Lydia. Ia sudah melakukan pengamanan sebaik dan sesempurna mungkin. Ia tidak akan membiarkan kejadian naas di masa lalu kembali terulang untuk kedua kali.
Keluarga Hillborn tiba beberapa menit kemudian. Inara dan beberapa anggota keluarga wanita tampak antusias. Mereka langsung memasuki kamar. Terdengar jeritan dan decak kagum ketika melihat secara langsung putra Xander dan Lizzy.
Xander berbincang dengan Morgan, Donald, Garrick dan yang lain. Matthias, Daxon, dan yang lain ikut hadir. Mereka mengutarakan kebahagiaan mereka.
Suasana rumah terasa sangat hangat dengan obrolan, doa, dan harapan sampai akhirnya tiba di sebuah momen di mana nama Leonel disebut.
"Sampai saat ini, Leonel masih belum bisa kembali melihat. Ayahnya berusaha untuk mencari donor," ujar Xander.
"Aku masih merasa bersalah karena terlambat mengeksekusi Leonel. Aku seharusnya melakukannya dengan cepat," sahut Morgan.
Xander berlatih di bawah bimbingan Bernard. Ia masih memakai pemberat atas perintah Bernard. Latihan berlangsung dengan panas.
"Aku tidak boleh terlalu santai karena sekarang semua berada dalam kendali dan tanggung jawabku. Aku harus menjadi kuat setiap harinya."
Semua berkumpul di meja makan untuk makan malam. Xander masih membersihkan diri. Ketika keluar, ia melihat Lizzy tengah menyiapkan baju untuknya.
"Aku minta maaf karena terlalu sibuk dengan putra kita."
Xander memakai pakaian, mengecup pelan kening Lizzy. "Aku tidak masalah dengan hal itu. Kau memang harus bertanggung jawab dengan putra kita. Katakan apapun yang kau butuhkan.”
Xander dan Lizzy pergi ke ruang makan bersama putra mereka. Kedatangan mereka langsung disambut dengan hangat.
Di tempat berbeda, Mikael tengah berada di halaman belakang kediaman utama, memandang ruangan di mana suara obrolan dan teriakan terdengar. Ia tidak mendapatkan informasi apapun dari Xander, Govin maupun Miguel mengenai tugas Miguel hingga kini.
Mikael menghembus nafas panjang. Ketika ia akan berjalan, ia melihat Kelly berjalan dari arah sebaliknya. Pria itu itu segera berbalik, mengambil jalur lain.
"Apa kau sedang menghindariku?" tanya Kelly sambil berkacak pinggang. Suasana sedikit santai sehingga ia tidak perlu terlalu kaku.
Mikael seketika berhenti, melirik Kelly. "Tidak."
Kelly tertawa. "Kau tampak dingin dan sangat kaku, tapi kau memiliki sisi romantis yang membuatku mulai memperhatikanmu. Bagaimana jika kita berjalan-jalan disekitar taman?"
"Kau bisa melakukannya sendiri. Aku memiliki pekerjaan yang penting sekarang." Mikael berjalan.
Kelly berjalan di samping Mikael. "Kau tentu tahu kalau penjagaan sudah sangat ketat dan sebagian pengawal sedang beristirahat."
Mikael dan Kelly berjalan-jalan di halaman. Darren terkejut saat melihat hal itu, tetapi memilih untuk tetap melakukan tugasnya.
Suasana sangat hening antara Mikael dan Kelly. Kelly mulai bosan dan berniat pergi. Akan tetapi, Mikael tiba-tiba berhenti, menghadap ke arahnya dengan tiba-tiba.
Mikael teringat dengan pesan Miguel yang memintanya untuk segera memilih wanita yang akan menjadi istrinya. Ia tidak pernah dekat dengan wanita manapun meski ia hidup di jalanan yang keras dan bebas. Ucapan Miguel terkesan ucapan selamat tinggal baginya.
"Aku ingin meminta maaf jika tindakanku membuat risih. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku sampai aku memotretmu secara diam-diam."
Kelly tersenyum dan hal itu membuat Mikael salah tingkat meski di saat yang sama berusaha untuk tenang.
"Dibanding hal itu, aku ingin mendiang kakekmu. Aku adalah meminta maaf atas meninggalnya orang yang paling bertanggung jawab dalam pengaman kakekmu saat itu. Andai saja aku tidak lengah, mungkin kau tidak akan kehilangan kakekmu."
Kelly mematung sesat. "Aku, ayahku, dan Darren tidak pernah sekalipun menyalahkanmu. Baik kau dan pasukanmu sudah melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Aku, ayahku, dan Darren bisa melihat kesungguhanmu. Meninggalnya kakekku adalah sebuah takdir yang tidak dihalau oleh siapa pun.”
"Setidaknya aku bisa lega setelah mengatakan hal ini padamu."
Mikael dan Kelly kembali berjalan dalam diam. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Apa yang kau suka dariku?" tanya Kelly tiba-tiba.
Mikael seketika terbatuk, terdiam agak lama. Jantungnya serasa akan berpindah ke kerongkongan. "Kau tampak berbeda ketika fokus pada pekerjaanmu. Hal yang utama adalah karena kau mengingatkanku pada ibuku. Dia sosok tangguh meski perlakuannya tidak terlalu baik padaku."
Kelly menyentuh dadanya yang mulai berdebar. Ia tidak tertarik lada Mikael pada awalnya, tetapi semua berubah ketika ia mengetahui jika pria itu selalu memotretnya diam-diam.
"Aku tidak keberatan jika kita saling mengenal lebih dekat." Kelly menahan malu.
"Be-benarkah?"
"Aku tidak keberatan, tapi ayahku sepertinya punya pendapat lain. Jika kau memang menyukaiku, kau harus berbicara padanya lebih dulu."
Kelly meninggalkan Mikael yang tercenung di dekat danau. "Aku tiba-tiba saja berdebar. Aku pasti sudah gila karena berbicara tidak masuk akal."
Mikael tersenyum. Ia seperti memiliki jalan untuk bisa mendapatkan Kelly. Akan tetapi, ia memilih dinding kokoh yang harus dirinya taklukan, yakni Bernard yang tengah menatapnya dingin saat ini.
bahkan ada keluarga yg sudah kalah tapi gak mau mengakui kekalahan.
Sungguh di luar prediksi pembaca..
Tetap semangat & sehat selalu Thorr...
livy sepupu larson