NovelToon NovelToon
Bukan Cinta Pengganti

Bukan Cinta Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Office Romance
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Dijebak oleh sahabat dan atasannya sendiri, Adelia harus rela kehilangan mahkotanya dan terpaksa menerima dinikahi oleh seorang pria pengganti saat ia hamil. Hidup yang ia pikir akan suram dengan masa depan kacau, nyatanya berubah. Sepakat untuk membalas pengkhianatan yang dia terima. Ternyata sang suami adalah ….

===========

“Menikah denganku, kuberikan dunia dan bungkam orang yang sudah merendahkan kita."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8 ~ Murahan

Bab 8

 

 

Biasanya Adel sangat menikmati hari off di weekend, tapi kali ini tidak. Ingin segera melewati dua hari ini dan cepat bertemu dengan senin untuk menagih janji Zahir. Mereka harus segera bicara dan Zahir menjanjikan hari senin.

Berangkat lebih awal bukan karena menghindari kepadatan di jalan dan angkutan umum di senin pagi, tapi ingin segera bertemu Zahir. Menggunakan motor tidak sampai satu jam ia tiba di kantor.

Masih setengah jam lagi sebelum jam kerja dimulai, sebagian besar karyawan masih berada di jalan. Keluar dari lift melangkah menuju ruang kerjanya, melewati ruangan Zahir. Sudah ada Neli di sana, sepertinya baru datang.

Meski ragu, Adel menghampiri.

“Pagi, Mbak Neli.”

Neli pun menoleh sambil menghidupkan komputer dan menata dokumen. “Pagi,” jawabnya.

“Pak Zahir, sudah datang mbak?”

Neli menatap heran dan tajam pada Adel. Khawatir diduga sedang mengejar atau posesif pada atasan mereka, Adel pun menjelaskan meski tanpa ditanya.

“Saya mau tanya masalah rekomendasi.”

“Hari ini jadwal bapak padat, dia ada rapat manajemen. Sepertinya kamu tidak bisa bertemu beliau karena siang nanti ada pertemuan dengan klien untuk lobi kerjasama,” tutur Neli menatap layar tablet menjelaskan jadwal Zahir.

Adel mengangguk paham, padahal ia ingin sekali menyampaikan agar dihubungi kalau Zahir sudah selesai rapat. Toh, tidak akan lama bicara dengan pria itu. Namun, nyalinya ciut, apalagi wajah Neli tidak bersahabat.

“Sabar aja, nanti juga rekomendasinya keluar,” cetus Neli.

“I-ya mbak.”

“Kamu nggak niat melobi dengan hal lain ‘kan?”

Tidak paham dengan maksud Neli, Adel mengernyitkan dahi. “Maksudnya, mbak?”

“Saya sudah biasa menghadapi staf kayak kamu, entah itu yang masih magang atau karyawan tetap. Bertemu dengan bapak bukan sekedar urusan kerja, tapi ada hal lain. Merayu atau meminta sesuatu.”

“Tapi … saya tidak begitu. Untuk apa saya merayu Pak Zahir?”

Neli mengedikan bahu.

“Adel.”

Mendengar dipanggil Adel pun menoleh, sedangkan Neli kembali fokus dengan layar komputer.

“Ngapain di sini?” tanya Mona sudah berdiri di sampingnya tepat di depan meja Neli.

“Tadinya mau bertemu Pak Zahir, tanya masalah surat rekomendasi.”

“Oh, biar nanti aku yang tanya,” sahut Mona. “Kamu ke ruangan saja, aku yang tunggu di sini.”

Tidak ingin memaksa untuk tetap bertemu Zahir dan membiarkan Mona yang niatnya karena ucapan Neli. Adel memilih pamit menuju meja kerjanya. Tidak sampai sepuluh menit Adel pergi, Zahir pun tiba. Neli dan Mona menyapa pria itu.

“Kebetulan, saya ada perlu dengan kamu,” ucap Zahir pada Mona.

“Pak, Jam sembilan ada meeting dengan presdir.”

“Hm. Masuk!” titah Zahir pada Mona dan mengabaikan ucapan Neli.

Mona pun tersenyum lebar dan melambaikan tangan seolah dia pemenang pada Neli.

“Kunci pintunya!” titah Zahir.

Mona pun patuh, gegas ia mengunci pintu dan menghampiri Zahir yang sudah melepas jas kerjanya.

“Kemari!”

“Masih pagi kali, pak,” sahut Mona. Sepertinya sudah paham yang diinginkan Zahir.

“Nggak usah cerewet. Satu jam lagi saya harus rapat, tapi saya butuh pelep4san. Bantu saya dan besok surat rekomendasi untuk kalian sudah ada di meja HRD.”

“Oke, siapa takut,” ujar Mona lalu menuruti apa yang diinginkan Zahir.

***

Abi membawa nampan berisi secangkir kopi dengan asap yang masih mengepul.

“Bapak ada?” tanyanya pada Neli. Minuman yang biasa dia siapkan untuk atasannya setiap pagi. Seharusnya dia antar lebih awal, tapi ada staf yang menitip sarapan dan sempat terjebak saat menunggu lift yang antri membuatnya harus melewati tangga darurat dan tiba lebih lambat.

“Ada, tapi ….”

Terdengar suara pintu dibuka dan keluarlah Mona. Bukan hanya Neli yang menatap wanita itu, Abi pun sama.

“Kalian kenapa, kayak nggak pernah lihat perempuan cantik aja,” ujar Mona sambil berlalu.

“Dih, pede banget,” cetus Neli.

Abi  tersenyum sinis. Sudah bisa menduga apa yang terjadi di dalam dan apa yang dilakukan Mona. Rambut perempuan itu agak berantakan begitupun blazernya.

“Saya ke dalam ya mbak,” ujar Abi.

“Jangan dulu deh atau taruh sini nanti saya yang bawa ke dalam. Kamu paham maksud saya ‘kan?”

“Oh, iya.”

Sepertinya Neli khawatir, Zahir belum siap setelah sesi pertemuan plus-plus dengan Mona. Bukan tanpa alasan kenapa Neli bisa tahu dan paham karena sudah mengerti seperti apa Zahir, bagaimana brengs3knya pria itu. Karena dia pernah beberapa kali mengikuti permintaan dan permainan Zahir. Diakuinya kalau pria itu memang royal, akan memberikan uang atau barang setelah mereka bersama.

“Padahal hotel banyak, kenapa harus lakukan di kantor,” cetus Abi dengan wajah sinis. Ternyata Zahir tipe atasan yang memanfaatkan posisinya untuk kepentingan pribadi. Dalam hati ia berpikir apa pimpinan perusahaan tahu sebej4t apa Zahir.

Kembali ke pantry yang letaknya bersebelahan dengan toilet. Hampir saja ia bertabrakan dengan Mona yang baru keluar dari toilet.

“Ck, ngagetin aja.”

“Mbak Mona yang keluar tanpa aba-aba, kenapa saya dibilang ngagetin,” seru Abi dan mengabaikan Mona lalu memasuki pantry. “Justru dia bikin kaget sama kelakuannya.”

“Eh, ngomong apa kamu?” ternyata Mona malah ikut juga ke pantry. “Bikinin saya es jeruk dong!”

Mona sudah duduk sambil mematut wajahnya dengan layar ponsel.

“Nggak ada mbak, di sini bukan warmindo. Hanya ada teh, kopi dan air mineral. Silahkan buat sendiri, saya sibuk.”

“Cuih, banyak gaya kamu. Cuma jadi Ob doang aja.”

“Memang kenapa dengan OB?” tanya Abi sedang melap meja sambil menatap Mona.

“Iya itu kamu, sombong. Kecuali kamu tuh direktur atau anak yang punya perusahaan, boleh lah banyak gaya. Gaji kamu paling habis buat makan doang, jangan sok sibuk. Kerja seperlunya saja karena OB nggak akan naik jabatan jadi direktur.”

Abi menanggapi Mona yang menghinanya dengan sikap biasa dan acuh, tidak terpengaruh. Hanya menatap dengan raut wajah datar.

Merasa tertantang Mona pun beranjak dan menghampiri Abi berdiri berhadapan.  

“Kamu memang ganteng,” ujar Mona menyentuh bahu Abi dengan telunjuknya. “Tapi sayang bukan tipe aku, karena apa … kamu nggak berduit. Cukup yang lain aja mengagumi kamu, aku nggak.”

Mona pun meninggalkan pantry. Abi mengusap bahu yang disentuh Mona seakan mengusir debu yang menempel dan meninggalkan bakteri yang mungkin membuatnya sakit.

“Kamu juga bukan tipeku, murahan.”

 

 

1
🎃
pen tak tabok mulutnya si mona
Felycia R. Fernandez
Masih diatas angin ya Mona dan Zahir...
siap siap aja kalian berdua di tendang dari kantor ini...
hebat kamu Mona, totally teman lucknut
Iccha Risa
si Mona sama Zahir kalo jdi pasangan pasti cocok, ngejeplak aja tuh mulut per solatif ga biar ke kunci tuh mulut rese banget
hiro_yoshi74
mona minta di geprek no del bikin esmosi aja
de2 esih
tuh bibir s zahir lemes am!t sih klo ada karet saya tak kincir tuh bibir sampe monyong
de2 esih
tuh bibir s zahir lemes am!t sih klo ada karet saya tak kincir tuh bibir sampe monyong/Awkward/
de2 esih
dikit amat cerita nya sih kak,,dobel dong kak dtyas yg cantik biar tambh cantik🤭😁
Sunaryati
Aku baru mampir langsung suka makan baca marathon sampai bab ini. Tolong Indra jangan sampai goyah pada selingkuhan masa lalunya, dan benar sadar kesalahan pada mendiang istri da Abi putranya. Pastikan lambat laun Zahir , dan Mona dapat balasan atas tindakan biadap terhadap Adel.
Dewi Purnomo
iiiih Zahir sama ortu sendiri kayak gitu.....awas kualat loh....demi ambisi apapun dilibas yaaa ...
Sunaryati
Istrimu ternyata tidak bisa memberimu anak percuma kamu ambisi jabatan dan gaji besar, tapi tak punya pewaris
Felycia R. Fernandez
makanya jangan licik,anak sendiri pun tega merendahkan ibu yang melahirkan nya...
gak punya harga diri dan kehormatan kamu di depan anak mu
hiro_yoshi74
durhakim lu di kutuk jadi mujahir la kapok nu
Siti Dede
Keren, tidak pernah mengecewakan
Siti Dede
Songong ih, masa sama ibunya begitu
Koesbandiana
huh...! dasar anak durhakim....zahiirrr zahiirrr.....
dtyas (ig : dtyas_dtyas): durhakim bin durjahim ya 🤣
total 1 replies
de2 esih
tuh si zahir otak nya dah konslet kali ya,,dah greget pengen nimpuk bneran
Kas Mi: tabok kak klw perlu../Grin//Facepalm/
total 2 replies
hiro_yoshi74
di tunggu balas dendam versi abi .....
kalo perlu zahir nya ngk punya apa " dan tinggal di kontrakan biar kapok
Felycia R. Fernandez
kereeeen Abi 👍👍👍👍
sedia payung sebelum hujan
Iccha Risa
harus itu, dech keenakan Zahir dong kalo didiemin aja balas dendam keren ya mas Abi..
de2 esih
hempaskan saja sampai ke dasar laut,,,good job abi aku padamu terlove love you💖💖
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!