Update: Senin-Jum'at
Sekuel 'REUNI'.
Eric Andreas duda yang ditinggal mati oleh istrinya. Lelaki itu sudah bangkit dari keterpurukannya. Di tengah kesibukannya, dia harus mencari pengasuh untuk si kembar, Raka dan Talita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Irvianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mas Duda
Menanggung pahitnya hidup lebih baik, daripada menanggung malu tujuh turunan. Amit-amit jabang bayi Arumi menginjakan kaki di kantor Eric lagi. Kalaupun dia harus dan wajib ke tempat itu lagi, dia akan operasi plastik terlebih dahulu untuk menyamarkan dirinya, daripada dia dicap wanita amburadul, mending amburadul, lah kalau dicap sundal bolong yang berhasil menundukan raja rimba gimana? Apa tidak jatuh harga dirinya.
"Gara-gara lipstik sial." Tangannya sibuk membenahi lipstik yang keluar dari jalurnya. Perempuan itu menggunakan vision mirror atau kaca spion yang ada di dalam mobil. Beruntung supir taxi-nya baik, ramah dan tidak sombong.
Potong bonus dua bulan your head, seenak boyok memotong bonus orang yang sudah menanggung malu dari sepanjang kantor menuju lobi. Justru bosnya-lah yang hutang banyak karena dia sudah menjadi dukun pengusir sundal bolong di ruangannya.
Balas dendam memang tidak baik, tapi kalau orang model Eric tidak dihajar balik, dia nantinya malah nambah kurang dihajar alias ngelunjak. Manusia tidak boleh semena-mena dengan sesama manusia lainnya.
"Busyeett. Habis dari mana neng?" Mbak Ovi kaget melihat penampilan rekannya yang berbeda.
"Gagal cari sugar dady, yang ada malah apes setengah mati." Arumi membanting tubuhnya di atas kasur rekannya.
"Random banget sih, memangnya apes kenapa?"
"Sugar dady-nya tua, pelit, perhitungan, seenak jidat, pokoknya segala sifat jelek diborong semua sama dia. Gimana aku enggak apes, ketemu modelan manusia kaya gitu."
"Sumpah ya, Rum. Kamu tuh curhat sama manusia ya, bukan sama ikan ******. Bisa tidak, dijelasin dengan bahasa manusia. Pelit, tua, kamu beneran jadi baby girl? Kan kamu juga sudah berumur." Arumi memandang mbak Ovi tidak percaya. Jelasin bagaimana lagi, Arumi mana mau cerita tentang kejadian tadi ke rekannya. Perlu difilter kalau mau curhat sekalipun itu teman dekat kalian.
"Pokoknya gitu deh, Mbak. Aku juga pusing setengah mampus."
Daripada bangunin macan tidur, mbak Ovi memilih pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang sebelum anak-anak pulang. Arumi ganti kostum dan menjemput anak-anak di sekolah.
Manusia yang harusnya Arumi hindari muncul di depannya. Begini salah, begitu juga salah, ngelawan artinya cari gara-gara. Kejadian lipstik belum sempat dia buang ke tempat sampah. Namun, seonggok manusia kejam plus-plus sudah berada di depan gerbang sekolah. Mau lari kaya ada yang narik kakinya untuk mendekat, mau nyamperin dongkolnya masih melekat. Pura-pura jadi patung pancoran sepertinya ide yang bagus.
Gawai Arumi berdering. Perempuan itu mendesah kesal melihat siapa yang menghubungi dirinya.
"Kenapa diam saja? Kakinya encok?"
Komposisi mulut Eric. Cabai setan, merica, carolina reaper, dan racun sianida.
"Tut tut, sisa otak Anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini." Arumi mematikan panggilan teleponnya dan memberi senyum mengejek ke bosnya yang tengah berdiri di sana.
Daripada dikira encok beneran, Arumi memilih mendekat ke arahnya. Negatif ditambah negatif hasilnya positif. Arumi mencoba biasa saja di samping bosnya.
"Lain kali pakai helm monyet sekalian saja, biar rambutnya lebih rapih." Mulut dan sikap sangat berbeda. Mulutnya berbisa, tindakan kaya madu. Eric merapihkan anakan rambut Arumi yang berterbangan mengenai wajahnya. Sangat lembut dan telaten.
"Aduh." Eric mengadu kesakitan karena kaki kirinya diinjek macan betina.
"Racun tetap racun. Tidak usah pura-pura sok jadi madu." Arumi menghentikan aksi Eric. Namun, lengan Arumi malah ditahan balik oleh Eric.
"Madu kalah manis sama kamu, Arumi." Senyumnya terpancar dan tangannya membelai lembut pipi Arumi.
Sial! Sebenarnya Eric itu termasuk spesies apa? Sedetik yang lalu bikin orang emosi. Sedetik kemudian bikin orang baper. Sudahlah, memang benar duda yang satu ini harusnya dimusnahkan saja. Untung, Arumi betina langka yang tidak mudah terbuai.
"Jelaslah!" belanya. "c**arolina reaper juga kalah saing sama pak bos." Arumi melepaskan tangan Eric dari pipinya. Dia kembali ke tempatnya dengan posisi berdampingan di depan mobil karena bel sekolah sudah berdering.
"Maksud kamu, saya hot?" bisiknya tepat di telinga Arumi.
Hot-man Paris si pengacara kondang maksudnya. Iyakan?
Arumi bergidik jijik di sampingnya. Bagaimana bisa duda si mulut pedas itu menobatkan dirinya manusia HOT. Hot-an juga anjing panas--HOT DOG. Arumi ingin sekali mengorek masa lalu bosnya, dia sangat penasaran apa yang membuat istri si bos bertekuk lutut kepadanya. Tampang O.K, akhlak K.O.
"Ayaaahhhh." Talita paling antusias di antara mereka bertiga.
Naya memeluk Arumi dan si kembar memeluk ayahnya.
"Tumben ayah jemput." Talita mengalungkan tangannya di leher Eric yang berjongkok memangku Talita.
"Kebetulan, ayah lewat sini, jadi sekalian jemput kalian," jawabnya. "dan, ayah enggak bilang ke mama lebih dulu, jadi kita ketemu di sini."
Perjalanan hanya di isi gelak tawa anak-anak di belakang yang tengah bercerita sewaktu mereka di lingkungan sekolah. Arumi hanya diam saja duduk di samping Eric yang tengah menyetir.
Tidak bisa mampir ke mana-mana karena Eric harus kembali ke kantor lagi. Eric mengantar mereka sampai halaman rumahnya. Dia ingin memastikan kalau anak-anak benar sudah masuk rumah.
"Tunggu Arumi!" cegah Eric ketika Arumi akan menghilang dari hadapannya.
Langkah Arumi berhenti di depan pintu rumah bosnya. Dia menoleh seakan lupa bahwa di antara mereka sedang terjadi konflik. Eric mendekat ke arah Arumi yang enggan melangkah sedikitpun dari tempatnya.
"Untuk seterusnya, Kamu tidak perlu jemput anak-anak. Biar saya atau Rai saja yang jemput, kamu cukup antar mereka sekolah saja."
"Kenapa? Pak bos mau ngurangin kerjaan saya, terus ngurangin gaji saya?"
"Bukan begitu Arumi," ujar Eric menggantung.
"Terus, kenapa? Bos enggak percaya lagi sama saya, jika mereka bakal aman-aman saja sama saya?" Hal paling menyakitkan di dunia ini adalah ketika kepercayaan kita hilang dimata orang lain.
"Ini juga demi kamu."
"Kenapa demi saya?" Ayolah, Arumi tidak suka bertele-tele.
"Cipta, ketika saya rela kaki saya diinjek oleh kamu, itu untuk melindungi kamu dari Cipta."
Kenapa Arumi sampai kecolongan? Dia bahkan lupa kalau mantan suaminya kemarin ke sekolah anaknya. "Dia sedang mengamati kamu. Jika kamu bahaya, anak-anak saya juga dalam bahaya. jelas?"
Benar apa kata Eric. Sebagai pengasuh, dia harus lebih waspada. Jangan sampai anak orang menjadi salah sasaran orang lain. Cipta boleh melukai dirinya, tapi jangan sampai membuat lecet sekecil apapun anak-anak yang harus dia lindungi.
Pantas saja sikap Eric tadi mendadak berubah manis. Dia yang sudah mengklaim bahwa dirinya adalah calon suami Arumi, dia harus pandai akting di manapun berada. Dirinya harus menempatkan diri supaya Cipta memeprcayai semua itu dan Arumi tidak lagi diganggu karena perempuan itu sudah ada yang menjaganya.
"Tenang saja, kamu bisa aman jika di rumah saja. Jangan keluar tanpa seizin saya."
Jangan lupa like, komen dan vote.
Follow juga yuk.
kalau bisa panggilannya jangan Rai ya thor, karena kalau di Jawa Tengah & Jawa Timur itu Rai = muka thor.